Semua berawal sejak aku marah dan kecewa karena kau menyenggol prinsipku. Lalu sudah kuputuskan untuk marah padamu dan meninggalkanmu. Tapi nyatanya... kamu berbohong, demi aku. Dan demi pertemanan kita.
Sial, aku bingung setengah mampus. Lalu ujung-ujungnya... unknown feeling ini menyerangku.
Tidak tahu merasakan apa. Flat, tiba-tiba semua perasaanku seolah-olah terserap oleh sesuatu, dan lenyap entah kemana. Karena terlalu banyak perasaan bertentangan yang menghantamku bertubi-tubi.
- Marah karena kamu mengusik prinsipku dan aku jadi ingin meninggalkanmu
- Sedih karena harus meninggalkanmu, walau di satu sisi ingin
- Sedih karena walaupun marah, tapi aku tak suka berkata-kata jahat padamu
- Senang karena ternyata kamu cuma bohong, apalagi demi aku
- Sedih, karena aku tidak suka cara bohong, walau demi aku sekalipun
- Kecewa, karena sepertinya semua kata-katamu paradoks: bisa dipercaya sekaligus tidak bisa
Begitulah kira-kira penyebabnya.
Lalu aku memutuskan untuk menggantungmu, karena mengucapkan perpisahan setelah setahun lebih bersama sangat tidak mudah. Kamu pun tak mau kan kehilangan (setidaknya) pertemanan kita? Ya, aku juga.
Aslinya, aku hanya ingin menghilangkan rasa cintaku padamu, bukan menghilangkan kamu seutuhnya dari hidupku. Apalagi pertemanan kita.
Namun... namun... sulit. Karena aku bisa jatuh cinta berkali-kali padamu. Aku suka kamu karena kamu adalah kamu, anggaplah begitu.
Namun sepertinya unknown feeling ini membantu. Tapi... kok... aku malah kehilangan segala hasrat terhadapmu, termasuk hasrat berteman ya?
Seolah-olah ingin membuangmu seutuhnya, karena terasa lebih baik. Bersama, atau tidak samasekali.
Maka sempat kuputuskan mengaku menghindar darimu selama 2 bulan. Tapi, niat awalku ingin menghilang selamanya. Karena aku ingin mendoorslam dirimu.
Niat awalku, karena ujung-ujungnya baru 4 hari saja aku sudah menghubungimu lagi walau sepatah-dua patah kata. Bedanya, perasaanku saat itu unknown.
Tidak seperti dulu yang full of love and friendship.
Begitulah, aku jadi tidak yakin pada diriku sendiri. Tapi jujur saja, unknown feeling ini ada bagusnya juga, aku jadi tidak ada beban dan bisa bertindak sesukaku.
Meskipun itu artinya aku juga tidak yakin menganggapmu apa. Apa masih layak disebut temanku, atau tidak?
Hahahahaha.
Kadang aku rindu kamu kalau ingat kamu, tapi tidak yakin, itu rindu sebagai perempuan atau cuma teman.
Kadang aku merasa: sayang ya kalau pertemanan yang sudah lama ini jika hancur. Tapi tidak yakin lagi setelah ingat bahwa perlakuanmu padaku tidak seperti aku padamu. Aku anggap kau sahabat, kau hanya teman.
Masih cintakah aku padamu? Entahlah.
Yah, begitulah, tidak jelas. My unknown feeling.
*28 November 2019
Apapun, semoga ke depannya kita berdua baik-baik saja, wahai Tuan sumber inspirasi pertama Midnight Poem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Makasih buat semua yang udah sempat baca sampai akhir :D
Hmm... isi blog ini sebagian copas dan saya sertakan url, sebagian ada yang saya tulis sendiri. Pengennya sih, kalo misalnya ada yang copas dari sini, url saya disertakan juga :v wkwk
Silakan berkomentar. Oiya, jangan lupa ya, sopan-santun dan saling menghargai itu penting bagi manusia :)