Minggu, 26 November 2017

Review Jurnal


REVIEW JURNAL
Judul
Parenting Attitude and Style and Its Effect on
Children’s School Achievements
Jurnal
International Journal of Psychological Studies
Volume & Halaman
Vol. 2, No. 2 hal. 217-222
Tahun
2010
Penulis
Abdorreza Kordi dan Rozumah Baharudin
Reviewer
Alfrida Ramadhani
Tanggal
26 November 2017

Abstrak
Jurnal “Parenting Attitude and Style and Its Effect on
Children’s School Achievements” mengulas studi empiris tentang prestasi sekolah anak-anak. Kontribusi sikap dan gaya mengasuh anak (parenting) diperiksa dalam kaitannya dengan prestasi sekolah anak-anak. Hubungan yang kuat antara prestasi sekolah anak-anak dan sikap dan gaya parenting dilaporkan dalam jurnal ini.

Abstrak yang disajikan penulis hanya menggunakan Bahasa inggris  Secara keseluruhan isi dari abstrak ini langsung menuju ke topik bahasan yang dibahas dalam jurnal ini, yang menurut saya cukup mudah dipahami pembaca.
Perkenalan (Introduction)
Dalam paragraf pertama, penulis menjelaskan tentang tiga jenis gaya pengasuhan (parenting) menurut konsep dari Baumrind (1971) yaitu otoriter, permisif dan otoritatif. Dari berbagai jenis gaya pengasuhan, studi orang tua di Asia telah menunjukkan gaya pengasuhan otoriter.

Dalam paragraf kedua, penulis menjelaskan bahwa keluarga adalah sumber sosialisasi pertama anak, jadi pola asuh dan pengaruh keluarga bisa sangat mempengaruhi pemahaman, sikap dan prestasi sekolah anak.

Dalam paragraf ketiga, penulis menjelaskan perbedaan prestasi yag disebabkan oleh perbedaan pola asuh pada anak Asia dan Amerika. Anak Asia biasanya tampil lebih baik secara akademis dibanding anak Amerika karena orangtua Asia menekankan proses adaptasi terhadap sikap, nilai, dan perilaku budaya yang dominan. Anak Asia dituntut memiliki nilai-nilai “kesalehan” pada diri mereka, serta memprioritaskan kepentingan keluarga daripada kepentingan pribadi. Sedangkan pada anak Amerika, nilai-nilai kebebasan individual lebih ditekankan.

Dalam paragraf keempat, penulis menjelaskan mengenai pentingnya peran keluarga dan pola asuh (parenting) bagi masa depan anak. Peran keluarga dan pola asuh menentukan akan menjadi seperti apa seseorang di masa depannya.
Pembahasan
Pada bagian pembahasan, penulis menggunakan tinjauan literatur sebagai sumber data.

Dalam paragraf pertama, penulis membahas gaya pengasuhan.

Dalam paragraf kedua, penulis membahas permasalahan yang sering diperdebatkan mengenai pola asuh, yaitu pola asuh yang bagaimana sebenarnya yang terbaik?

Dalam paragraf ketiga, penulis membahas mengenai pengaruh pola asuh otoritatif terhadap kematangan psikososial, yang kemudian akan mempengaruhi bagaimana siswa tampil di sekolah, hingga akhirnya berpengaruh pada prestasi siswa.
Dalam paragraf keempat, penulis membahas dampak keterlibatan orang tua dan pengaruhnya terhadap aspek-aspek pengasuhan yang spesifik.

Dalam paragraph kelima, penulis membahas penelitian yang terkait dengan pentingnya gaya pengasuhan dan prestasi akademik di sekolah.

Dalam paragraph keenam dan ketujuh, penulis membahas penelitian mengenai persepsi siswa terhadap gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua mereka. Lalu, kesimpulan penelitiannya adalah, temuan menunjukkan bahwa pola asuh mempengaruhi prestasi akademik remaja.

Dalam paragraph kedelapan, penulis membahas gaya pengasuhan orang tua dan sekolah-sekolah di China yang otoriter serta dampaknya terhadap prestasi belajar anak, serta penelitian yang terkait dengan hal tersebut.
Dalam paragraf kesembilan, penulis membahas penelitian yang menemukan keterlibatan orang tua berhubungan positif dengan prestasi akademik siswa.
Dalam paragfraf kesepuluh, sebelas, dan duabelas, penulis membahas penelitian mengenai aspirasi orangtua terhadap prestasi anaknya.

Dalam paragraph ketigabelas, penulis membahas mengenai ketidakmampuan anak untuk belajar dan merespons sistem peraturan di sekolah yang mungkin terkait langsung dengan bagaimana orang tua mereka mengajar mereka untuk menanggapi otoritas dan masalah interpersonal mereka. Jadi, hal tersebut berkaitan dengan pengasuhan orangtua mereka.

Dalam paragraph keempatbelas, penulis mengungkapkan suatu hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pemantauan orang tua yang rendah secara tidak langsung mempengaruhi penyalahgunaan zat remaja dengan meningkatkan kemungkinan lebih banyak waktu yang dihabiskan dengan menyimpang teman sebaya.

Dalam paragraph kelimabelas, penulis membahas mengenai berbagai instrumen yang bisa digunakan untuk menilai pengasuhan orangtua (parenting).

Kesimpulan
Pada bagian kesimpulan, penulis menyimpulkan bahwa orang tua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi sekolah anak mereka. Terutama ketika mereka terlibat dalam pendidikan anak-anak mereka dan memantau pekerjaan anak-anak mereka setelah sekolah.

Kemudian menurut penulis, gaya pengasuhan yang memiliki dampak terbaik pada prestasi akademik adalah gaya pengasuhan otoritatif atau disebut juga gaya pengasuhan berwibawa, yang akan membuat anak menjadi otonom, berorientasi pada prestasi, dan mampu mengontrol diri sendiri. Gaya pengasuhan otoritatif dikaitkan dengan tingkat remaja yang lebih tinggi prestasi sekolahnya.

Sikap dan gaya pengasuhan anak mengarah pada prestasi sekolah anak-anak. Disimpulkan bahwa sikap dan gaya pengasuhan orang tua memiliki dampak kuat pada anak-anak mereka. Karena itu, prestasi anak bisa jadi tercermin dari sikap dan gaya orang tua mereka.

Menurut saya, kesimpulan penulis baik, namun kurang mewakili keseluruhan isi jurnal.
Kelebihan Jurnal
1.       Literatur yang digunakan banyak.
2.       Cukup banyak hasil penelitian yang dipaparkan.
3.       Tulisan cukup mudah dipahami.
Kekurangan Jurnal
1.       Penulis tidak melakukan penelitian sendiri



Rabu, 15 November 2017

Cara Memanfaatkan Nasi Dingin untuk Kamu yang Nggak Mau Masak

Halo readers, jumpa lagi dengan saya, author blog ini. Kali ini saya akan menceritakan cara pemanfaatan nasi dingin ala saya.

Sebelumnya, saya mau bilang kalo tips ini saya dapat dari sebuah cerita di suatu komik. Sayangnya, saya lupa itu komik yang mana, judulnya apa, authornya siapa -_-

Jadi, cerita di komiknya tentang seorang gadis berandal, preman sekolah, yang ingin bertobat, karena ia tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke Sekolah Memasak. Nah, untuk masuk ke sekolah memasak tersebut, persaingannya ketat, makanya si gadis (yang entah namanya siapa, saya lupa) harus berubah, nggak boleh nakal dan malas-malasan sekolah lagi, supaya bisa dapat rekomendasi dari sekolahnya untuk masuk ke Sekolah Memasak itu.

Rupanya, si gadis ingin masuk ke sekolah memasak karena terinspirasi oleh adik tirinya. Jadi, orangtua si gadis sudah lama bercerai, dan ia hidup bersama ibunya. Selama ini ia hidup kesepian, makanya lama-kelamaan ia jadi nakal, karena bosan. Suatu hari, ibunya memutuskan untuk menikah dengan seorang duda beranak satu, anaknya seorang balita laki-laki.

Tetapi setelah menikah, kehidupan si gadis ternyata tetap sama saja. Ia pikir ibunya akan berubah jadi lebih baik, sering di rumah dan mengurus keluarga, karena sekarang dalam keluarga baru mereka ada seorang balita. Ternyata tidak, ibunya tetap sibuk bekerja dan membiarkan si gadis dan adik tirinya terlantar. Akibatnya, si balita jadi sering kelaparan dan menangis.

Suatu hari, si gadis, yang memang berandalan, pulang di sore hari, biasanya ia pulang malam. Ia menemukan adik tirinya yang sedang duduk menahan lapar. Awalnya ia tak peduli, selama ini ia memang tak peduli pada adiknya itu. Adiknya memang sering dibiarkan kelaparan sampai malam, sampai si gadis pulang, makanya ia tahu jika anak itu kelaparan. Namun karena si balita memanggil ia "Kakak" dan bertanya-tanya kepada si gadis seolah-olah gadis tersebut memang kakaknya, akhirnya si gadis iba, dan memutuskan untuk memberi makanan ke adiknya. Sayangnya, di rumah mereka tidak ada makanan samasekali. Hanya tersisa nasi dingin, kompor pun gasnya habis.

Kemudian si gadis punya ide. Ia campur nasi dingin dengan mentega, taburan merica dan garam. Alhasil, jadilah nasi-nasian, yang di depan adiknya si gadis akui sebagai masakan ala italia hahaha. Si adik yang kelaparan menyantap makanan itu dengan puas sampai tandas. Katanya: "Kak ini enak banget! Aku suka banget masakan kakak!"

Akhirnya, si gadis yang terharu memutuskan bahwa ia akan terus memasak masakan yang enak untuk adiknya. Makanya ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Memasak.

Gitu sih ceritanya. Nah, resep yang di atas bisa lho dipraktekkin oleh kalian yang sering punya nasi dingin tapi nggak mau boros gas kompor atau emang lagi nggak ada gas. Rasanya lumayan enak sih menurut saya, saya kebetulan sering mempraktekkan itu jika sedang kelaparan dan malas masak ahahaha...

Bahannya benar-benar hanya:

-nasi dingin (mungkin sepiring ya, atau sesuai kebutuhan)
-mentega secukupnya (kira-kira sendiri butuhnya seberapa)
-merica secukupnya
-garam secukupnya

Kemudian aduk/campurkan semua bahan di atas. Jadi deh. :D