Hello blog and readers, lama tak jumpa yaa~ udah lama banget rasanya saya nggak nulis di sini.
Kali ini, saya ingin berbagi pengalaman saya yang ada kaitannya dengan judul di atas. Pengalamannya udah agak lama sih, dan sebenarnya sudah dari dulu saya ingin menulisnya. Tapi entah kenapa saya malah lupa :(
Pengalaman ini menurut saya cukup menarik, makanya saya ingin berbagi di blog ini.
Yak, langsung saja, beginilah pengalaman saya:
***
Pagi itu, kalau tidak salah hari Jumat, saya yang tidak ada jadwal kuliah memutuskan untuk mengantar ibu saya pergi dengan motor. Saya lupa ibu saya mau ke mana, yang jelas ibu saya pergi.
Karena perginya agak jauh, saya harus membawa surat-surat kelengkapan berkendara + memakai helm. Saya yang malas harus membawa-bawa tas milik sendiri (yang isinya dompet dan surat-surat tersebut) karena ukurannya agak besar, memutuskan untuk menitipkan dompet dan surat-surat itu di tas ibu saya.
Singkat cerita, setelah semua siap, kami berangkat (entah ke mana, saya lupa). Setelah urusan selesai, kami pulang (oh yeah, tentu saja).
Sekilas jika dibaca normal-normal saja kan? Tentu saja, karena masalah baru dimulai setelahnya.
Sorenya, saya ada rapat barcode jam 4. Saya sudah merencanakan sejak kemarin, saya akan berangkat naik motor jam 3 lewat (setelah sholat ashar). Lebih cepat lebih baik agar saya dapat parkiran yang pas. Saya juga sudah menyiapkan recehan segala untuk bayar parkiran motor. Izin pun sudah saya dapatkan dari orangtua saya. Jadi, semua sudah beres.
Saya merasa tidak akan ada masalah sejak pagi, hari itu akan berlalu seperti biasa. Jadi saya bersikap biasa saja, termasuk ketika di sore hari, sekitar jam 2 lewat, ibu saya mendadak pergi dengan tetangga saya, menjenguk orang sakit katanya (entah siapa dan orang mana, saya nggak kenal T_T ). Sepertinya rumah orang tersebut agak jauh, karena ibu harus menebeng motor tetangga saya segala.
Yang jadi masalah adalah, ketika sudah jam setengah 3, ibu saya belum pulang, dan kamar beliau dikunci. Apa masalahnya? Masalahnya adalah, saya baru ingat jika dompet dan berkas-berkas kelengkapan berkendara saya masih ada di dalam tas ibu saya. Nah, tas ibu saya itu ada di dalam kamarnya. Jadilah saya bingung harus bagaimana.
Saya mencoba menghubungi hp ibu saya, menanyakan dimana kunci kamarnya. Ternyata oh ternyata, ibu saya tidak membawa hp -_- sepertinya karena tadi buru-buru. Ah, nasib. Terus saya harus bagaimana?? Mana dompet tertinggal pula di tas itu.
Sebenarnya saya bisa saja naik kereta atau ojek online, saya tau itu. Karena saya masih ada cadangan uang selain di dompet itu. Cuma, yang saya nggak suka adalah, rencana saya hancur, huhuhu T_T berangkatnya sih bakal enak aja naik ojek online atau naik kereta. Tapi pulangnya yang nggak enak. Saya kurang suka pulang naik ojek online malam-malam, enakan pakai motor sendiri. Naik kereta barengan orang pulang kerja juga nggak begitu enak :(
Selain itu, tentunya bakal lebih boros kan naik kendaraan umum? :( #savemoney
Tapi apa boleh buat, mau tak mau saya harus membuat pilihan, naik kereta atau ojek online. Akhirnya saya memutuskan: berangkat naik ojek online, pulang naik kereta.
Setelah selesai persiapan untuk berangkat rapat, saya memesan ojek. Beberapa menit kemudian, ojeknya tiba. Saya naik dan akhirnya kami menuju kampus.
Sepanjang perjalanan, saya merenungkan kejadian itu. Akhirnya saya menyadari bahwa kejadian itu mungkin rezekinya driver ojek online yang membonceng saya.
Begini lebih jelasnya:
▪ Saya sudah mempersiapkan matang-matang rencana saya untuk ikut rapat. Saya berniat ke kampus naik motor sendiri.
▪Pagi-pagi saya (tanpa direncanakan) ingin mengantar ibu saya sehingga jadi menitipkan dompet dan surat saya di tas ibu saya.
▪Tas ibu saya diletakkan di kamar dan saya lupa mengambil dompet dan surat saya.
▪Ibu saya (tanpa direncanakan) menjenguk orang sakit, sehingga mengunci kamarnya.
▪Ibu saya tidak pulang-pulang dan tidak bawa hp.
▪Akibatnya, saya harus memesan ojek online di hari itu untuk berangkat rapat.
Intinya yang saya tebalkan di atas: Saya berniat ke kampus naik motor sendiri, namun saya malah harus memesan ojek online di hari itu untuk berangkat rapat.
Sesuatu yang tidak saya rencanakan sama sekali malah terjadi ya. Hehehe... Jadi begitulah, manusia bisa berencana, tapi Tuhan (Allah) yang menentukan apakah akan terjadi atau tidak. Sesuatu yang kelihatannya tidak mungkin atau tidak terpikir sama sekali, bisa saja terjadi. Sebaliknya, sesuatu yang terlihat sangat mungkin untuk terjadi, bisa saja tidak akan terjadi, jika memang dikehendaki demikian oleh Tuhan.
Dan saya rasa, jika sudah rezeki memang tak kemana. Jika sudah ditakdirkan bahwa abang driver itu akan mendapat rezekinya melalui saya, mau setidakmungkin apapun, mau setidak nyambung apapun rencana saya sebelumnya dengan kejadian yang akan terjadi, tetap saja ujung-ujungnya ia akan mendapatkan rezeki yang memang ditakdirkan untuknya. Saya bakal tetap pesan layanan dia.
Begitulah yang bisa saya simpulkan dari peristiwa yang saya alami :)
Maka, kita harus yakin bahwa semua orang telah memiliki takdir dan rezekinya masing-masing. Asalkan mau berusaha, pasti akan ada saja jalan untuk mendapatkan rezeki dan mewujudkan takdirnya itu. :) semangaatt!