Dear, kamu. Mantanku, walau hanya ketika "typo" melanda.
"Sayangku" yang masih dan hanya sebatas angan.
Saya tahu kita tidak pernah menjadi, di status.
Hanya saja kita berdua saling tahu, pernah selalu bersama pada masanya, meski tergolong singkat.
Bukan hanya aku yang mengakui, kau pun dulu begitu. Kita saling mengakui.
Bukan hanya sebelum 'tragedi' itu, setelahnya pun kita masih bersama.
Lucunya, diriku baru mengingatnya. Kukira hanya sekali, rupanya dua.
Dua kali bertahan bersama, pada akhirnya… lepaslah.
Lagi-lagi saling mengakui, hanya saja memang tak mau melanjutkannya.
Lalu aku memilih mundur dan menjauh, meski perlahan.
Karena buat apa memperjuangkan yang tak ingin diperjuangkan.
Dan yaa… kenang-kenanglah semuanya.
Aku dan kamu, hanya sebatas teman dan kenangan.
Namun aku tahu, kamu pun sudah kuberitahu.
Tunggu saja, mungkin 10 tahun lagi.
Kalau masih ada umur, jika usia masih panjang.
Kita lihat, siapa yang benar.
Aku, atau kamu?
Saya sudah tidak mengharapkanmu lagi, biarlah kita hidup masing-masing.
Biarlah keberuntungan dan lika-liku kehidupan lainnya memiliki kesempatannya untuk bersinar dalam hidupku, dan hidupmu.
Hanya saja, saya juga tidak menolak dugaan saya sendiri.