Sabtu, 28 Desember 2019

Midnight Poem (32)

Dear, kamu. Mantanku, walau hanya ketika "typo" melanda.

"Sayangku" yang masih dan hanya sebatas angan.

Saya tahu kita tidak pernah menjadi, di status.

Hanya saja kita berdua saling tahu, pernah selalu bersama pada masanya, meski tergolong singkat.

Bukan hanya aku yang mengakui, kau pun dulu begitu. Kita saling mengakui.

Bukan hanya sebelum 'tragedi' itu, setelahnya pun kita masih bersama.

Lucunya, diriku baru mengingatnya. Kukira hanya sekali, rupanya dua.

Dua kali bertahan bersama, pada akhirnya… lepaslah.

Lagi-lagi saling mengakui, hanya saja memang tak mau melanjutkannya.

Lalu aku memilih mundur dan menjauh, meski perlahan.

Karena buat apa memperjuangkan yang tak ingin diperjuangkan.

Dan yaa… kenang-kenanglah semuanya.

Aku dan kamu, hanya sebatas teman dan kenangan.

Namun aku tahu, kamu pun sudah kuberitahu.

Tunggu saja, mungkin 10 tahun lagi.

Kalau masih ada umur, jika usia masih panjang.

Kita lihat, siapa yang benar.

Aku, atau kamu?

Saya sudah tidak mengharapkanmu lagi, biarlah kita hidup masing-masing.

Biarlah keberuntungan dan lika-liku kehidupan lainnya memiliki kesempatannya untuk bersinar dalam hidupku, dan hidupmu.

Hanya saja, saya juga tidak menolak dugaan saya sendiri.

Jumat, 20 Desember 2019

Pada Suatu Malam

Pada Suatu Malam
-adoralic-

Senyap, kecuali suara jangkrik dan kukuk burung hantu. Disini kuterjebak, entah mengapa. Dalam rimbunan hutan yang dibalut gelapnya malam.

Terus melangkah, mencari tahu penyebab keberadaanku. Sendirian, menyusuri jalan setapak yang sempit. Di bawah naungan daun. Dan jauh di depanku, kulihat seberkas cahaya.

Rupanya ada padang rumput, dan terang bulan menyinarinya. Semakin mantap kulangkahkan kakiku maju. Dan makin dekat diriku dengan padang itu, makin jelaslah kulihat.

Sesosok gadis jelita, bagaikan bidadari. Di bawah naungan sepohon kayu berdaun rimbun yang berada di tengah padang.

Aku tersentak, jantungku berdenyut cepat. Di balik keremangan sinar bulan, kusadari sang gadis tersenyum, seolah mengundangku mendekat. Maka kulangkahkan kaki menujunya.

Kini kuberdiri di sebelahnya. Bisa kulihat secara jelas sosok cantiknya yang tersenyum tipis namun manis. Suasana penuh kecanggungan, namun kucairkan dengan bertanya. Ia pun berkisah mengapa dirinya terdampar sendiri. Sepertiku, ia kebingungan.

Tiba-tiba pembicaraan menjadi panjang dan mengalir. Seolah ada kekuatan tak kasat mata yang menyihir kami menyatu dalam obrolan. Obrolan yang bersahutan, riuh meramaikan sepinya padang. Disinari lembutnya sinar rembulan.

Kami saling bicara, dan menatap satu sama lain. Kulihat senyumnya, dan senyumku pun terulas di bibir. Malam itu, pertama kalinya hatiku terasa penuh. Sesak, menyesakkan, namun bahagia. Roman wajah yang sama terpancar di wajahnya.

Tiba-tiba ia menggenggam lembut tanganku, dan mengajakku pergi. Membuyarkan kebahagiaan sesaatku. Rupanya ingin mencari jalan keluar dari sana.

Kami menjejaki rumput, menyusuri jalan. Kemudian muncul kunang-kunang. Cahayanya menyaingi sinar bulan. Sesaat aku terpana, pemandangan indah. Sebelum akhirnya kutersadar...

Gadisku dikelilingi olehnya. Lalu ia tersenyum dan berkata "Selamat tinggal". Kemudian menghilang dari hadapanku.

Aku tersentak. Kemana perginya ia? Mengapa diriku ditinggalkan? Sesak rasanya, hingga aku terbangun.

20 Desember 2019



Kamis, 19 Desember 2019

Midnight Poem part 2 (13)

Rindu
-adoralic-

Setelah kunyatakan padamu
Dan kamu pun memberi jawaban
Rupanya
Perasaan kita berbeda

Hanya saja, rasanya tetap sama
Tak ada yang berubah
Atau sedikit
Suaramu mungkin, sedikit lebih bahagia daripada dulu

Maka diriku merasa
Rasanya sama saja
Membahagiakan, justru malah membahagiakan
Tak sedih lagi, tak sakit lagi

Apalagi setelah tahu
Diriku yang rindu
Dan kamu yang pengertian
Lalu memutuskan untuk menebus rinduku dengan percakapan malam

Ahhh... dirimu
Sungguh baik, amat baik
Bahkan meski perasaanku tak terbalas pun
Kamu malah membuatnya terasa sangat menyenangkan

*20 Desember 2019
Ahhh... Marshmallow, kamu memang juara bikin aku meleleh-meleleh baper :")

Rabu, 18 Desember 2019

Midnight Poem part 2 (12)

Pernyataan
-adoralic-

Entah tersihir oleh apa
Dengan sangat mendadak
Tiba-tiba kunyatakan semuanya padamu
Sungguh ajaib tapi nyata

Padahal baru saja menangisi dirimu, lagi
Namun tiba-tiba muncul pikiran 'tuk menyatakannya
Pernyataan rasaku padamu
Rasa yang menggelayut

Aku suka kamu
Dan ternyata sesuka itu
Hingga tiap pagi kuterbangun
Pikiranku dipenuhi kamu

Kamu, kamu, kamu
Walau kutak berharap padamu
Namun setidaknya aku ingin kau tahu
Lalu kita biasa saja

Seperti niat awalku dulu
Menjadi pelindung bagi Sang Penyelamat

*19 Desember 2019
Ini terkocak sih, terdadakan wkwkwk

Midnight Poem part 2 (11)

Ketika Ku Terbangun
-adoralic-

Ketika Ku Terbangun
Pada tiap harinya
Sejak kusadari semuanya
Apa yang terjadi selalu demikian

Selalu diriku terbangun
Dengan perasaan yang sama
Masih berharap ini semua hanya mimpi
Walau nyatanya realita

Kehilanganmu, walau tidak pernah memilikimu
Berpisah denganmu
Bukan sesiapamu lagi
Dan semua tinggal kenangan

Merindukanmu, berharap bisa kembali seperti dulu
Bercanda, tertawa, dan mengobrol denganmu
Memberitahu apa yang kusuka padamu
Bergantian dengan cerita dirimu

Sayang, itu semua hanya perasaanku
Pikiranku berkata lain
Itu semua hanya impian, yang harus kulupakan
Cepat atau lambat, meski harus menangis pada tiap harinya

Tak bisa, tak bisa bersama
Ketika kita akan saling menyakiti
Atau jika tidak pun tetap tak bisa
Karena perasaan kita tidaklah sama :")

*19 Desember 2019
Dan aku tak paham mengapa aku malah makin menjadi. Bukannya lebih mudah move on, semakin lama malah semakin... ah, dasar aku :")

Senin, 16 Desember 2019

Midnight Poem part 2 (10)

Merindukanmu

-adoralic-


Merindukanmu di suatu waktu

Kemudian tersadar

Ini semua menyakitimu, akan

Ketika kasih tak bisa tersampaikan dengan tepat

Hanya akan menyakitimu

Memberi jarak adalah yang terbaik, pada akhirnya

Duhai, aku merindukanmu

Hanya sebatas bisa merindukanmu


*17 Desember 2019

Aku merindukanmu, marshmallow. Hanya bisa rindu, karena... rindu itu irasional, sedangkan menyukai dan menyayangi itu butuh rasionalitas.

Selasa, 10 Desember 2019

Midnight Poem part 2 (9)

Dan Aku Menangisimu
-adoralic-

Dan aku menangisimu
Parah
Air mataku bercucuran
Mataku sembab

Hingga kini, aku masih tak tahu
Apa penyebabnya, apa
Mengapa kamu
Dan mengapa harus menangis

Ah, tahu
Hanya saja mengapa kamu, itu yang aku tak paham
Aku suka kamu, dan kini kehilanganmu
Itu yang kutahu

Aku menangis karena sedih dan sakit
Akibat kehilanganmu, karena kebodohanku
Jika hanya sakit aku sudah biasa
Namun kehilangan, itu yang lebih menyedihkan

Kamu... kamu...
Kebersamaan kita, hanya tinggal kenangan
Canda tawaku bersamamu
Obrolan panjang malam-malam

Aku sayang kamu
Sayangnya, aku bukanlah untukmu
:")

*11 Desember 2019
Dear marshmallow, kalau kamu tahu aku menangisimu, kira-kira apa reaksimu ya?

Midnight Poem part 2 (8)

Kuakui
-adoralic-

Tak kusangka, sedalam ini
Akhirnya kuakui saja semuanya
Mungkin aku bukan mencintaimu
Belum, namun aku menyukaimu

Aku suka kamu
Walau belum sampai jatuh bangun seperti padanya dulu
Namun perasaan ini tulus
Dan hati ini sudah milikmu

Bodohnya diriku
Rupanya terlambat menyadari
Sempat kukira kau hanya sebatas itu
Ternyata tidak, aku kehilangan parah

Kehilangan batas, hingga kini semua kuakui
Aku sayang kamu, andai kamu mau tahu
Ah, tak perlu tahu, kamu tak perlu tahu
Sebab aku juga takkan bisa membuktikannya kan?

Kau takkan beri aku kesempatan
Karena semua sudah berakhir
Jalanku sudah kau tutup, kita sudah tak bisa kembali
Dan aku... lagi-lagi hopeless romantic

*11 Desember 2019
Marshmallow, aku sayang kamu juga, seperti dirimu sayang kamu. Kuruntuhkan saja batasnya, toh kita sudah takkan bersama lagi. Aku ingin kamu, bukan hanya kamu versi besar. Aku ingin kamu, kamu. Hanya saja, itu cuma keinginanku seorang kok. :")

Minggu, 08 Desember 2019

Midnight Poem part 2 (7)

Pria Kedua
~adoralic

Sudah agak lama kita berakhir
Namun, tak kusangka
Menangis lagi diriku kini
Masih karenamu

Sudah tiga kali kurasa
Tiga kali termasuk kali ini
Aku menangisimu
Karena rusaknya seluruh hubungan kita

Mungkin aku bukan menangisimu
Maksudnya bukan sebagai priaku
Namun tetap saja, kamu sosok yang berarti bagiku
Bermakna dalam, lebih dari yang kukira

Kamu adalah penyelamatku
Melepaskanku dari belenggu cinta pertama yang tak kunjung hilang
Pria kedua yang masuk ke dalam midnight poem
Dan pria kedua yang membuatku menangis

Sejak awal aku tak mengharapkanmu macam-macam
Hadir dan jadi penyelamatku saja sudah cukup, aku bahagia walau sesaat
Namun mungkin, aku terlalu berharap jadi temanmu
Yang nyatanya malah tidak bisa terwujud :")

Dear marshmallow, kakakmu sayang kamu
Tidak sebagai wanita, aku memilih sebagai kakak
Tidak bisa sebagai kakak, sebagai teman
Tidak bisa juga... cukup jadi pengikutmu

*9 Desember 2019
Tak kusangka air mata kali ini tipe yang menyebabkan mataku bengkak :") ah... seberarti itu ternyata kamu buatku, baru kusadar setelah kamu tiada. Meski lebih sebagai adik sih daripada pria, namun tetap saja...

Minggu, 01 Desember 2019

Terang Bulan


Cakrawala terang bulan

Hingga bintang berkelip tiada terasa

Anggun sekaligus angkuh

Olehnya disita semua perhatian netramu

Sungguh, keindahan fana yang sempurna


-N. Anuna (my Quora name)

1 Desember 2019

Hmm

Anganku mengembara seiring lantunan bibirku

Nyanyian merdu nan melenakan

Usir sepi dan kesakitanku

Namun hanya pelipur lara sementara

Akhirnya aku selalu hidup pada realita

*

Sampai kapanpun jua

Angan bercokol di kepala, hidup bersekongkol

Nyaman, senyaman-nyamannya diriku

Gembira dalam lautan kepalsuan

*

Perlahan, namun tidak perlahan

Enyahkan segala kepalsuan

Masuki fase yang baru

Impian yang kelak terwujud

Melalui perjuangan nyata, semua diawali

Perjuangan ini demi…

Impian sesederhana mati dalam damai


-N. Anuna (my Quora name)

1 Desember 2019