Sabtu, 11 Maret 2023

Midnight Poem part 6 (2): Harapan yang Terakhir

Harapan yang Terakhir
~adoralic~

Mungkin kau adalah harapan yang terakhir
Bagiku, yang sudah terlalu "lelah"
Padahal mungkin hidupku masih panjang
Hanya saja rasa "lelah" ini mengintaiku sedari muda

Aku "lelah" dengan diriku sendiri
Dan "lelah" pula karena keadaan
Aku benci semuanya, terutama orang lain yang bersikap buruk
Aku benci, bahkan dengan rasa "lelah" ini

Aku tak tahu kapan terakhir kali tersenyum
Bukan, bukan senyum palsu, namun senyum betulan
Senyuman dari dalam hati
Hingga mataku turut tersenyum dan berbinar

Mungkin saking benci dengan semuanya
Aku sampai tak bisa tersenyum lagi
Meski sebelumnya jarang, namun masih bisa
Tiada lagi senyum, begitupula air mata kecuali ketika hatiku sakit

Aku benci dengan "kelelahan" ini
Hingga saking "lelah" nya, kurasa takkan pernah mencintai lagi
Terlalu "lelah" untuk menginginkan cinta
Jangankan itu, bertahan hidup setiap hari saja sudah "melelahkan"

Semua butuh energi yang besar
Semangat dan antusiasme yang membara
Aku terlalu "lelah" untuk itu
Sejak kurasakan semuanya benar-benar porak-poranda

Berbagai peristiwa menghantamku
Hingga aku mulai "kelelahan"
Semakin lama semakin "lelah"
Hingga tiba di titik mati rasa

Aku mati rasa, dan kupikir takkan ada cinta lagi
Semua berakhir di sini, tinggal menunggu mati
Hingga pada suatu hari, aku tersadar
Sejak mengenalmu, kamu selalu ada

Kamu selalu ada, dalam tiap "lelah" ku
Bukan hanya "lelah", senang pun kau ada
Gembiraku pun kau hadir, tapi terutama dalam "lelah" kau ada
Karena kau sendiri "kelelahan", bahkan jauh lebih daripadaku

Kita sama-sama "lelah", aku dan kamu
Entah kamu berpikir apa tentangku
Apakah sepertiku yang anggap dirimu selalu ada?
Bahkan kau memang hanyalah teman, namun kau selalu ada

Mungkin karena hanya teman kau selalu ada
Mungkin justru karena itu kau bisa selalu ada
Tetapi bersamamu aku merasa cukup tenang
Tenang, karena bisa muncul dalam keadaan "lelah"

Kupikir ketika menyukai seseorang kembali akan menambah "lelah"
Nyatanya denganmu tidak demikian
Aku tidak bertambah "lelah", meski tak bertambah gembira pula
Karena denganmu aku cukup bebas menampilkan banyak hal

Aku bisa "lelah", aku bisa senang, sedih, marah, curiga, kecewa
Dan tak perlu semangat membara, tak perlu antusiasme tinggi
Aku hanya perlu diriku, menjadi diriku
Entah diri yang "lelah" atau yang manapun

Aku "lelah", aku "lelah" untuk mencintai dan dicintai lagi
Lengkap dengan segala dramanya, itu sangat "melelahkan"
Namun jikalau kamu orangnya
Kamulah harapan yang terakhir

Karena bersamamu...
Mungkin tiada kegembiraan lagi
Mungkin tiada antusiasme lagi
Namun selalu ada kenyamanan untukku jujur padamu

Aku "lelah", jadi aku berharap
Semoga kamu bisa jadi yang terakhir
Dan semoga kamu memang bisa kuharapkan
Dan semoga pada akhirnya suatu saat kamu juga mengharapkanku

Kurasa aku ingin berhenti, bersama denganmu
Di waktu yang tepat
Yang terbaik, dari segala waktu terbaik
Aku suka kamu, dalam sukaku dan dukaku

*12-03-2023
Aku "lelah", tetapi ajaibnya aku masih bisa menyukaimu meski aku sudah "lelah" seperti ini. Bisakah aku berharap bahwa kau akan menjadi yang terakhir bagiku? Bisakah aku berharap suatu saat kau juga akan melihat ke arahku? Bisakah aku... bersama denganmu, suatu saat nanti, di waktu yang terbaik? Aku... tidak menggebu, hanya saja aku akan menunggu dan berharap, mungkin untuk terakhir kalinya, sebelum aku mati rasa seutuhnya. Tidak harus cinta, setidaknya kau ingin bersamaku dan memilih bersamaku atas kemauan hatimu sendiri, itu sudah cukup.

Midnight Poem part 6 (1) : kau yang muncul dari dalam kegelapan

Kau yang Muncul dari Dalam Kegelapan
~adoralic~

Kau yang muncul dari dalam kegelapan
Bukan, bukannya kau buruk di mataku
Hanya saja kau memang telah mengalami banyak hal
Akupun tak kalah gelap dibanding dirimu, meski kau bilang aku cukup terang
Hidup yang melelahkan, hingga membuat dunia ini terasa gelap, suram
Hidup seolah hanyalah formalitas harian yang menguras tenaga
Membuatku, kamu, kita, harus menguatkan diri
Menahan diri dari tiap hal yang menggempur jiwa, raga, dan perasaan

Kuberjumpa denganmu pertama kali di titik demikian
Begitupula denganmu yang lebih lama hidup daripadaku
Aku "lelah", kamu "lelah
Bukan hanya dengan rutinitas ini, kita "lelah" dengan hati masing-masing
Dan peristiwa-peristiwa tak terduga
Dan kisah cinta lama, ataupun yang terjalin saat ini
Yang semua indah pada awalnya, untuk kemudian menyakitkan berlanjut melelahkan

Iya, akhirnya aku ingat, ketika kita sama-sama "lelah"
Tidak akan ada yg menghibur, tidak akan ada yg berwarna-warni
Tidak pula saling bersandar, karena semuanya "lelah"
Namun setidaknya, tidak ada yg perlu memakai topeng warna-warni dan bertingkah seolah dirinya baik-baik saja
Semua "lelah" namun semua paham dan menerimanya
Jika kau temani aku dalam "lelah" ku, maka aku akan kutemani pula dirimu dalam tiap "lelah" mu

Pada kesadaran itulah hatiku mulai jatuh padamu
Karena kau selalu ada dalam setiap "lelah" ku, sejak pertama jumpa kita
Meski seringkali hanya kata-kata formalitas, kadangkala ada saatnya
Ketika kamu mempedulikan aku lebih dari yang kukira
Padahal kamu "lelah", tapi kau masih pikirkan aku
Membuatku ingin meringis miris menahan tangis
Mengapa kita harus bertemu?
Dan mengapa hatiku harus terjatuh padamu?
Apa kau tahu bahwa berada didekatmu bagaikan buah simalakama?
Jikalau jauh membuat sedih, jikalau dekat membuat hatiku jatuh
Membayangkan perasaan baruku padamu saja membuatku makin "lelah"
Walau aku senang karena orangnya adalah kamu
Jika kau temani aku dalam "lelah" ku, maka aku akan kutemani pula dirimu dalam tiap "lelah" mu

*11-03-2023
Aku suka dan ingin kamu hari ini, tidak tahu kalau besok. Aku harap kamu mau menjadi sosok utama yang menemaniku menghadapi lelahku, seperti aku ingin menemanimu pula. Bisakah aku? Bolehkah aku? Maukah kamu denganku? Dapatkah aku denganmu?