Rabu, 05 April 2023

Sefrekuensi

Kebanyakan orang mencari pasangan nya itu yang "sefrekuensi". Bukankah yang namanya pasangan itu sejatinya melengkapi antara kekurangan dan kelebihan masing-masing. Menurutmu, apa yang dimaksud dengan sefrekuensi itu?

Sefrekuensi versi saya…

Saya tertarik dan asyik memikirkan topik A, dia juga merasa tertarik dan asyik dengan A. Dia tertarik dan asyik dengan topik B, saya juga tertarik dan merasa asyik dengan topik B. Semacam itu, tapi untuk hal-hal yang penting dan berperan cukup besar dalam diri masing-masing, atau hal yang telah menjadi kebiasaan atau hobi/kegemaran selama bertahun-tahun. Pokoknya bukan cuma hal-hal yang sekilas lalu kayak tren viral sesaat yang cepat datang dan pergi.

Semisal, misal nih contoh simpelnya, sejak kecil saya penyuka genre horror, thriller, dan tertarik dengan kisah-kisah seram (entah mistis atau kriminal), misteri-misteri kehidupan (mistis dan non mistis) serta kasus-kasus mistis dan fenomena anak indigo. Saya akan anggap saya sefrekuensi dengan orang yang:

  1. Dia percaya bahwa ada juga kok hal-hal mistis di dunia ini bukan hanya ada hal logis saja.
  2. Dia tertarik membahas hal-hal seperti itu juga, at least, minimal banget, nggak memandang dan mengatai bahwa saya aneh, freak, creepy, kurang kerjaan dan buang-buang waktu karena tertarik dan menyukai hal semacam itu.
  3. Dia percaya kalau anak indigo dan fenomena kesurupan itu ada, at least, minimal banget, dia nggak anggap anak indigo itu 100% hoax dan orang kesurupan itu 100% hoax, cuma gangguan kejiwaan saja. Saya pribadi percaya 50 : 50, kadang ada memang fenomena yang merupakan gangguan kejiwaan dan butuh penanganan medis-psikologis, tetapi tetap ada fenomena yang memang dia mistis-gaib, jadi fleksibel aja gitu, semua kemungkinan pasti ada.
  4. Bisa saya ajak nonton film horror dan thriller, baca novel/komik horror dan thriller, atau mendengarkan podcast horror dan thriller bareng-barengn dan menikmatinya. Minimal dia nggak penakut dan tahu keseruannya menikmati genre ini tuh apa, tapi bukan untuk bermaksud "nantangin" makhluk gaib atau penjahat juga sih ya.

Misalnya seperti itu. Kenapa saya anggap saya hal ini penting dan bisa menentukan sefrekuensi dengan saya/tidak? Karena saya sudah tertarik dan menyukainya sejak saya kecil = sudah bertahun-tahun dan sebagian waktu saya dihabiskan untuk menikmati genre tersebut selama bertahun-tahun = sudah cukup besar berdampak pada kehidupan saya.

Itu contoh sefrekuensi yang paling remeh karena "cuma" di hobi/kegemaran, tapi tetap penting sih kalau menurut saya. Selera humor yang sama dan model lawakan/bercandaan yang mirip, itu juga bisa dianggap tanda sefrekuensi yang remeh. Karena enak banget tahu kalau bisa sama-sama menikmati lelucon atau genre yang sama apalagi bisa membahas bareng soal itu.

Kalau sefrekuensi yang lebih mendalam gimana? Misalnya, gini sih…

Misal saya punya cita-cita masa depan mau hidup tenang dan sederhana di pinggiran kota, punya uang dan tabungan cukup, tapi saya nggak bakal pakai itu untuk membeli rumah megah, kendaraan baru yang bagus, baju-baju indah yang mewah, atau menyekolahkan anak saya di sekolah internasional (ceritanya doang nih ya, ceritanya mampu nih sebenernya duitnya buat ke international-school wkwk). Saya mau hidup tenang dan sederhana aja gitu di pinggiran kota, rumah secukupnya yang penting layak, kendaraan seperlunya aja yang penting ada, baju-baju yang penting punya yang layak pakai dan nggak lusuh, menyekolahkan anak ya di daerah sekitar aja nggak usah sampai sekolah internasional segala yang penting ilmunya nyampai, kalau ada perlu akses ke sumber ilmu lain ke internet aja, ikut kursus online kek apa kek. Ya pokoknya maunya di pinggiran kota aja walaupun punya uang.

Eh sedangkan pacar saya ternyata sehabis ngobrol-ngobrol soal cita-cita baru ketahuan dia maunya hidup di jantung ibukota, kalau perlu di luar negeri, dengan segala kemewahan dan prestisenya, terus kerja keras banting tulang nyari uang ya buat dinikmati dalam wujud barang-barang classy (walau tetap menabung dan investasi ya), kalau bisa hidup maju di kota ngapain tinggal di pinggiran? Anak sekolah di kota kalo perlu di sekolah internasional lah, biar maju gitu pemikirannya dan akses pendidikannya lebih mudah lagi.

Intinya, beda pemikiran dan tujuan utamanya sih. Saya maunya di pinggiran kota, dia maunya di jantung ibukota kalau perlu di ibukota luar negeri sekalian. Saya maunya anak sekolah biasa aja yang penting sekolah aja dulu, si pacar maunya anak ntar sekolahnya yang elit sekalian. Kalau menurut saya, semisal hal begini itu termasuk contoh "tidak sefrekuensi dalam hal besar/penting" karena kaitannya dengan rencana gambaran masa depan yang akan dijalani bersama.

Ada lagi contoh lain tentang sefrekuensi/tidak, semisal… saya pakai contoh agama saya ya. Jadi semisal saya muslimah, terus saya punya calon pasangan muslim. Yaa… di KTP sama sih, sama-sama Islam. Tapi ternyata dia tipe pria yang mentingin syari'at banget dan kaku, sampai meminta saya pakai cadar nanti sehabis menikah. Sedangkan misal saya yakin kok pakai kerudung itu wajib tapi bercadar nggak dan saya nggak ada niatan pakai cadar. Terus makin ditelisik makin kelihatan lah kalau kami "beda aliran". Nah, itu juga termasuk contoh tidak sefrekuensi dalam hal besar/penting sih, karena kaitannya dengan keyakinan masing-masing yang akan terus dilanjutkan dan dilestarikan di dalam keluarga.

Kalau menurut saya pribadi, ketika belum menikah dan tidak sefrekuensi dalam hal besar/penting, mendingan bubaran/akhiri aja sih hubungannya jangan dilanjutkan ke jenjang lebih serius. Karena amat sangat rawan cekcok, tujuannya aja udah beda banget, gimana nantinya mau bisa tinggal bareng dengan akur pasca pernikahan? Mending cari yang lain deh yang lebih sefrekuensi, terutama di hal-hal besar. Kalau bertoleransi soal sefrekuensi di hal remeh agak masih lebih bisa sih, walau jelas akan tetap jauh lebih enak berhubungan dengan orang yang benar-benar sefrekuensi di hal-hal besar maupun remeh ya.

Kecuali, ketika sudah terikat pernikahan, tiba-tiba kita/pasangan kita ada yang berubah menjadi beda frekuensi. Contoh nih, misal… awalnya misal saya dengan pasangan sesama orang yang "biasa saja". Nggak nakal tapi nggak alim banget juga, nggak jahat tapi nggak super baik juga, pokoknya selama ini kami biasa aja gitu. Lalu suatu hari, tiba-tiba pasangan saya tobat dan hijrah jadi orang yang lebih baik, lalu dia coba mengajak saya, tapi saya masih shock dengan perubahan dia dan merasa nggak/enggan ikut berubah apalagi secara amat mendadak begitu. Saya merasa selama ini walau nggak baik dan alim banget tapi kami—terutama saya—juga kan nggak seburuk itu. Nah kalau begini, sudah terlanjur terikat pernikahan, pasti nggak bisa main cepat-cepat bubaran/mengakhiri hubungan begitu saja kan cuma dengan alasan tidak sefrekuensi? Kalau kasusnya begini harus didiskusikan bersama dengan sekepala dingin mungkin, benar-benar cari plus minus dan jalan tengah terbaik/win-win solutionnya seperti apa.

Yaaa, intinya kira-kira sefrekuensi kalau menurut saya seperti itu, ketika saya tertarik dan asyik memikirkan topik A, dia juga merasa tertarik dan asyik dengan A. Ketika dia tertarik dan asyik dengan topik B, saya juga tertarik dan merasa asyik dengan topik B. Pokoknya merasa tertarik dengan hal yang sama/mirip di waktu yang sama.



Soal "pasangan itu sejatinya melengkapi antara kekurangan dan kelebihan masing-masing" , itu saya setuju banget lho. Memang sebaiknya begitu. TETAPI… carilah pasangan yang sefrekuensi, dan yang kelebihannya kamu sukai dan kelemahannya bisa kamu terima.

Bisa lho, sefrekuensi dengan saling melengkapi kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Atau kalau misal dibalik jadinya… di antara beberapa orang yang punya kelebihan dan kekurangan yang sama persis, kita bisa dan lebih baik memilih seseorang yang sefrekuensi dengan kita lho.

Contoh nih, misal… ceritanya saya jomblo terus saya punya kenalan lawan jenis, kita sebut saja si F dan si G. Misal si F dan si G orangnya sama-sama supel dan jenaka (ceritanya), tetapi sama-sama kurang bisa memanajemen keuangan. Sedangkan (ceritanya) saya jago nih memanajemen keuangan, tetapi saya orangnya kurang luwes dalam bersosialisasi. Tapi saya lebih merasa sefrekuensi sama si G karena dia juga penyuka horror dan orangnya kalem/nggak terlalu mengejar duniawi daripada si F yang udah mah penakut, nggak bisa memanajemen keuangan dengan baik, eh ternyata keuangan dia itu boncosss (habis terus) salah satunya gegara dia amat sangat mementingkan membeli barang-barang keluaran terbaru biar ngikutin tren dan demi gengsi.

Yaaa… misalnya kalau saya disuruh memilih di antara mereka, dengan kelebihannya sama-sama luwes dan jenaka serta kelemahannya mereka yang sama-sama nggak jago memanajemen keuangan, tetapi saya merasa lebih sefrekuensi dengan si G karena genre kesukaannya sama dan gaya hidupnya mirip, ya saya mendingan memilih berpasangan sama si G lah daripada si F. Kelebihan dan kelemahan saya dan G kan sudah saling melengkapi + kami sefrekuensi = kemungkinan hubungan kami bakalan lebih mudah akur karena pemikiran yang cocok, dan lebih seru/menarik untuk dijalani, jadinya kemungkinan langgengnya lebih besar, daripada jikalau saya berpasangan dengan si F. Entar kalau sama F saya bisa protes mulu dia terlalu menghambur-hamburkan uang untuk penampilan, atau malah dia yang protes saya nggak gaul cupu banget, belum lagi penyebab berantem-berantem yang lain.

Gitu deh kira-kira. Intinya menurut saya pribadi, sefrekuensi itu PENTING BANGEEEETTT! Dan bisa, bisa banget kok sefrekuensi dengan saling melengkapi kelebihan dan kekurangan masing-masing.


Monmaap sebelumnya kalau kata-kata ini bakalan menyinggung, tapi… nggak usah mencari "pembenaran" kalau kalian orangnya males mikir dan gamau ribet. Males mikir ya males mikir aja, gamau ribet ya gamau ribet aja, akuin aja sih itu semua, gausah berlindung dibalik kata-kata "pasangan sejati itu harus saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing" kalau lu aja gak paham-paham amat sama apa kelebihan lu, kekurangan lu, dan hal-hal yang lu sukai dan lu anggap penting dari dan untuk diri lu sendiri, dan apa kelebihan dan kekurangan pasangan lu serta hal-hal yang dianggap berharga dan yang disukai oleh pasangan lu sendiri.

Sekian, monmaap kalo closingnya agak jelek ya. ✌️🙏

04/04/2023

*disalin dari suatu akun pribadi saya