Jodoh itu diusahakan sendiri oleh manusia?
Iya, manusia yg berusaha, tetap Allah Swt yg ngasih acc alias Allah Swt yang menentukan bisa/boleh terjadi atau tidak di dunia ini.
Jodoh itu namanya sudah tertulis di Lauhul Mahfudz?
Iya, karena sebelum dilahirkan ke dunia ini untuk menjalani kehidupan, semua makhluk sudah ada skenario takdirnya yang atas izin Allah sudah tertulis di dalam Lauhul Mahfudz. Dan... pasti sudah tertulis juga, si bayi Fulan/Fulanah akan terlahir ke dunia dari bibit ayahnya si Fulan dan dari dalam rahim ibunya si Fulanah, sehingga ia akan menjadi Fulan/Fulanah binti Fulan, anaknya bapak Fulan & ibu Fulanah. Maka pasti jodoh itu namanya sudah tertulis di Lauhul Mahfudz. Atau kalau tidak melulu jodoh itu cuma 1 orang (atau terserah lah orang lain mau pakai istilah apa), anggaplah takdir pernikahan dan siapa saja yang akan diizinkan oleh Allah bisa menikah dengan kita nama-nama orangnya pasti sudah tertulis di Lauhul Mahfudz, apalagi jikalau dengan terjadinya pernikahan tersebut kelak ditakdirkan lahir seorang atau lebih anak manusia. Karena ada manusia yang menikah tidak hanya sekali dalam hidupnya, namun pasti semua nama yang bisa dan akan menikah dengannya sudah tertulis di Lauhul Mahfudz.
Pernah baca juga suatu tulisan yang menyatakan, intinya, kadangkala suatu pernikahan antara seorang wanita dengan seorang pria meski pada akhirnya mereka akan bercerai, namun tetap ditakdirkan bisa terjadi oleh Allah di dunia ini meski hanya sesaat, hanya untuk melahirkan seorang anak manusia yang memang di dalam Lauhul Mahfudz tertulis takdirnya akan terlahir dari rahim wanita tersebut dengan bapak si pria tersebut. Ya sudah, begitu saja fungsi pernikahan di antara wanita dan pria yang menjadi ayah dan ibu si anak tersebut, namun tetap saja yang namanya takdir si anak itu harus terlahir dengan keadaan demikian (ibunya si wanita itu dan ayahnya si pria itu), maka ya dia akan tetap terlahir sesuai kehendak Allah yang telah tercatat di Lauhul Mahfudz. Karena jika Allah Swt. memang sudah menghendaki demikian maka terjadilah.
Jadi jodoh/orang yang akan menikah dengan kita itu namanya sudah tertulis, kalau begitu jodoh nggak usah diusahakan?
Nggak juga, yang tertulis di Lauhul Mahfudz itu palingan ya memang sebuah nama, atau entah berapa nama yang harus dijumpai dalam hidup dan bahkan mungkin ada beberapa nama yang ditakdirkan bisa terjadi pernikahan dengan kita di dalam kehidupan ini. Namun sebuah atau beberapa nama itu adalah hasil usaha kita sendiri dengan hasil usaha dia/mereka agar bisa menikah dan tentunya diizinkan terjadi oleh Allah Swt. Bisa jadi kita yang berusaha dan dia/mereka yang menerima kita, atau hasil usaha pihak dia/mereka ke kita dan kita yang menerima, atau hasil usaha kita bersama-sama secara seimbang, dan balik lagi saya katakan bahwa hasil usaha tersebut DIIZINKAN TERJADI OLEH ALLAH SWT DI DUNIA INI. Kalau diizinkan ya maka akan terjadi pernikahan, kalau nggak diizinkan ya nggak akan terjadi.
Intinya, kita tuh pelakon/pemain peran, orang yang tugasnya beraktivitas menjalankan suatu peran dan bergerak, pembuat skenarionya dan yang menyetujui/menerima segala doa/amal ibadah yang bisa mengubah takdir adalah Allah Swt, dan skenario kehidupan alam semesta dicatat di dalam Lauhul Mahfudz. Tetapi tetap kita manusia yang berusaha/bergerak, cuma ya benar juga semuanya sudah tercatat di Lauhul Mahfudz termasuk usaha dan doa-doa kita di dunia (tapi kan tetap kita yang bermain peran sebagai manusia yang berusaha dan berdoa). Pokoknya APAPUN YANG TERCATAT DI SANA (mau baik/buruk menurut manusia pokoknya apapun terserah Allah Swt), semua yang tercatat di sana sudah atas izin Allah Swt.
Jadinya ya nggak salah kalau dibilang jodoh itu pasti namanya sudah tertulis di Lauhul Mahfudz, sebagaimana nggak salah juga kalau dibilang jodoh itu harus diusahakan/ikhtiar untuk mendapatkannya. Dua-duanya benar, tinggal... kita sebagai manusia nggak akan pernah tahu kita sedang di titik mana, apakah sudah berada di jalur dan sedang bersama orang yang memang dekat dengan acc Allah untuk terjadinya pernikahan atau belum? Dan apakah alur jodoh kita tipe yang harus diusahakan sendiri atau malah dia/merekanya yang akan mendatangi kita nantinya? Atau apakah kita nantinya hanya akan menikah sekali atau lebih dari sekali? Atau malah bagaimana bentukan dan arah alurnya? Kita takkan pernah tahu pasti sampai semuanya terjadi dalam hidup kita dan sampai kita mati nanti, namun Allah selalu tahu karena Allah Maha Tahu dan memang sudah tertulis itu semuanya di dalam Lauhul Mahfudz. Tugas kita sebagai manusia hanyalah berusaha dan berdoa dalam menjalani hari-hari sebisa kita, terserah mau alur yang harus dijalani akan bagaimana bentukan dan arahnya, karena yang tahu pasti soal bentukan alur dan segala lika-likunya serta siapa saja pemain/tokoh-tokoh yang harus dijumpai dalam alur tersebut hanya Allah Swt Sang Maha Pencipta, namun yang berusaha dan bergerak/melakukan sesuatu/bermain peran di dunia ini pastilah kita manusia, tapi yang membuat skenario dan mengarahkan track/alurnya adalah Allah Swt, dan yang menentukan akan gagal/berhasil bahkan meski kita sebagai pemain sudah berusaha mati-matian atau malah tidak berusaha samasekali namun bisa berhasil (bisa pula gagal) itu hanyalah Allah Swt. Mengapa? Karena Allah Swt. adalah TUHAN SEMESTA ALAM, ALLAHU RABBI.
Hal ini berlaku untuk takdir lainnya juga, bukan hanya perkara jodoh saja. PADA AKHIRNYA SEMUA YANG TERJADI DI DUNIA DAN AKHIRAT ATAS IZIN ALLAH SWT, BUKAN KARENA MANUSIA, BAHKAN MESKI MANUSIA SUDAH BERUSAHA. Kita manusia ini hanya dititipkan jiwa dan raga untuk bermain peran saja di alam fana ini, meski demikian kita tetap harus berusaha, mau tidak mau, suka tidak suka, karena peran kita memang "sebagai manusia yang harus berusaha, berdoa, beribadah kepada-Nya dan beriman kepada-Nya".
***
Kalau bingung dengan konsep takdir-Nya, maka sedikit gambaran manusiawi yang bisa dibayangkan... tahu game Subway Surfer? Atau game Temple Run? Ya pokoknya game-game yang modelnya sejenis itu. Kalo tau game itu, kan itu sebenarnya jalannya lurus-lurus doang menurut pandangan kita sebagai pemeran/tokoh yang lari-larian, tapi ya kadang naik turun kereta/benda apa lah, kadang harus geser kanan atau kiri atau lompat atau nunduk biar nggak kepentok/nabrak dinding, kadang ada koin-koin dan bonus booster yang bisa diambil tapi kalau nggak mau diambil juga gapapa.
Tugas utama dari permainan tersebut adalah berjalan mengikuti alur track yang ditentukan, mengumpulkan koin sebanyak-banyaknya dan menghindari tabrakan-tabrakan sampai waktu yang ditentukan (atau bisa juga selama yang disanggupi). Anggaplah alur-tracknya adalah takdir manusia menurut pandangan manusia, yang mana kita melihatnya cuma terpaksa lari mengikuti alur saja, padahal developer game-nya, dalam hal ini Tuhan dari game tersebut, sudah tau alurnya akan berawal kayak gimana, bercabang di mana saja (dan cabang ini bisa dipilih, bebas kita mau ke kanan, ke kiri, ke atas atau lewat jalur bawah), dan berakhir dimana. Koin dalam game tersebut adalah pengibaratan dari pahala, dan penghalang serta tabrakan-tabrakan yang harus dihindari adalah pengibaratan dari ujian hidup dan larangan dalam kehidupan. Kadang ada bonus booster juga, anggaplah itu keberkahan/keberuntungan dari Allah yang datang dari arah tak disangka-sangka untuk mempermudah kehidupan kita jikalau kita memutuskan untuk mengambil/menjemput booster tersebut, tapi ya bisa juga tidak diambil/terambil. Atau bisa juga booster tersebut adalah pengibaratan dari keajaiban doa yang dikabulkan di dunia ini, pokoknya sifatnya mempermudah dan membawa keberuntungan bagi manusia.
Pada akhirnya, yang tahu pasti alur tracknya seperti apa dan akan menghadapi apa saja di depan hanyalah Tuhan (di game tersebut maka "tuhan" nya adalah developer game), sedangkan player game-nya ya hanya bisa memainkan game tersebut sesuai aturan yang telah dibuat.
Tapi bedanya kalo di Subway Surfer atau Temple Run wajib mengumpulkan koin sekian biar bisa next level, kalo di kehidupan manusia iya juga sih, tapi nggak semutlak/sewajib itu. Kalo nggak diambil koinnya ya bisa aja dan nggak apa-apa, tapi ya siap-siap ada konsekuensinya yaitu bisa memperbesar peluang masuk neraka. Koin tadi pengibaratan pahala, bisa diambil bisa nggak diambil, bisa juga kadang diambil sebagian saja. Misal koinnya ada 5, kadang kita ambil semua, kadang cuma keambil 1 atau 2, kadang nggak terambil samasekali. Itu wajar sih, namanya juga kehidupan tidak selalu mudah. Dan... di game tidak ada batas waktu untuk memainkan gamenya selama masih bisa dimainkan, pada manusia ada batas waktu yaitu kematian.
Mungkin kira-kira gambarannya seperti itu, secara gambaran mudah yang lebih manusiawi.
*15/05/2023
Adoralic