Selasa, 18 Juli 2023

Jika Fi adalah fungsi Feeling introvert, kenapa ada user Fi yang suka curhat kepada orang lain dengan gampangnya, bukannya user Fi tidak suka curhat dan cenderung tidak menampakan emosinya?

Gimana ya, perbedaan utama Fi dan Fe itu memang bukan masalah emosinya mudah nampak di permukaan atau tidak kok, lebih ke…
Fe (Feeling-extroverted) : fokus dirinya kepada dunia luar dan orang-orang serta lingkungan di sekitarnya, prinsip dan fokus utama mereka adalah menyesuaikan/menyeleraskan dirinya sebaik mungkin dengan nilai-nilai yang berlaku di dunia luar dan dianut juga oleh mayoritas orang lain di lingkungan sekitarnya. Selain itu Fe-user biasanya berprinsip bahwa lingkungan dimana orang-orangnya bisa sangat kompak, solidaritasnya tinggi, dan interaksinya intens serta suasananya akur-harmomis merupaka lingkungan yang paling ideal.
Efek positifnya, Fe-user condong mengutamakan kepentingan bersama dan kepentingan orang lain daripada kepentingan sendiri. Kayak senang kebersamaan, solidaritasnya tinggi, demen gotong-royong.
Efek negatifnya, pertama, Fe-user biasanya jadi condong nggak enakan dengan orang lain dan mudah menjadi *people-pleaser *karena rasa nggak enakan tersebut. Kedua, cenderung mudah bahkan sangat mudah terpengaruh oleh perkataan dan perilaku orang lain, karena mereka merasa idealnya mereka harus menyeleraskan diri sebaik mungkin dengan orang lain.
Ketiga, pada Fe-user yang pemikirannya aneh dan orangnya kurang baik (ada Fe-user yang baik ada yang nggak, tergantung pribadi masing-masing), mereka bisa saja memiliki pemikiran melenceng yang menyebabkan mereka malah menjadi sosok manusia yang egois dan manipulatif, entah mereka menyadari hal tersebut atau tidak. Karena Fe-user berpikir* "Prinsip utama yang harus dijunjung tinggi oleh tiap orang adalah prinsip yang dipegang/dianut mayoritas"*, maka tanpa sadar (atau sadar) para Fe-user biasanya jago mengamati lingkungan untuk menentukan* "siapa sih tokoh yang paling berpengaruh/pengaruhnya besar sehingga bisa menjadi panutan dan patokannya orang lain di lingkungan ini, dan pemikiran sang tokoh tersebut yang akan selalu didengar alias menjadi prinsip bersama yang dianut orang banyak?"*. Mereka, Fe-user yang pikirannya melenceng dan orangnya entah kenapa kurang baik (nggak semua Fe-user nggak baik soalnya), biasanya jadi bisa terinspirasi oleh tokoh berpengaruh besar tersebut, hingga berpikir: ***"Ah, saya juga harus jadi orang yang paling berpengaruh/paling berkuasa di lingkungan saya, biar semua orang tuh berpatokannya kepada saya, semua kata-kata saya diikuti dan dituruti, dijadikan prinsip oleh orang banyak, karena kan saya adalah orang yang berpengaruh, saya orang besar, saya berkuasa. Jadinya, saya bisa deh melakukan apapun sesuka hati saya deh tanpa perlu merasa nggak enakan dengan orang lain. Suka-suka saya pokoknya, kan orang lain yang harus nurut dengan saya jika saya berhasil menjadi orang yang berpengaruh besar di lingkungan saya."***
Dan… seperti bisa ditebak, jika Fe-usernya berpikiran kurang baik cenderung jelek, karena landasan niatnya saja sudah nggak bagus—aslinya cuma mau bertindak sesuka hati dia aja dan orang lain diharapkan harus nurut apa maunya dia cuma karena dia jadi orang yang berpengaruh, egois banget kan?—akibatnya Fe-user bisa saja melakukan bahkan menghalalkan segala cara agar bisa dianggap berpengaruh, termasuk yaa… memanipulasi orang lain. Ini kalau Fe-usernya orangnya "nggak bener" lho yaa…
Kira-kira begitu sedikit penjabaran mengenai fungsi feeling pada orang Fe-user. Makin di depan/dominan fungsinya, biasanya makin kuat sifatnya, entah sifat yang baik atau sifat yang buruk.
Kemudian untuk Fi (Feeling-introverted): fokus dirinya kepada dirinya sendiri dan kepada orang-orang terdekat Fi-user yang sampai dia anggap penting dan berharga untuk didengar dan dipertimbangkan pendapat dan keinginan serta kebutuhan mereka/intinya orang-orang yang di-notice lah oleh Fi-user. Prinsip dan fokus utama Fi-user adalah mempertahankan prinsip dan ciri khas dirinya sendiri jika memang dianggap harus dipertahankan, dan berusaha mencari jalan tengah/win-win solution antara nilai-nilai/prinsip yang dianut sendiri oleh Fi-user dengan berbagai prinsip lain/prinsipnya orang lain di luar prinsip yang mereka anut, agar semua pihak, terutama diri mereka sendiri selain termasuk juga orang lain, tidak ada yang terlalu diuntungkan atau terlalu dirugikan, sehingga bisa tercapai keseimbangan/kestabilan yang cukup baik di lingkungan.
Sisi positif Fi-user antara lain cukup bisa menghargai space/ruang pribadi dan privasi orang lain, cukup menghargai subjektivitas, cukup bisa menghargai perbedaan antar-individu atau antar-kelompok, karena mereka sendiri (jika yang baik) biasanya menyadari bahwa nilai yang dianut manusia satu dengan manusia lain, atau kelompok satu dengan kelompok lainnya, bisa saja berbeda bahkan amat sangat berbeda. Biasanya sih Fi-user yang baik akan memilih jaga-jarak dan tidak perlu ikut campur apalagi sampai mengusik kelompok lain yang tidak menganut prinsip dan nilai-nilai yang sama dengan mereka, karena mereka sendiri akan tidak suka, bahkan amat sangat tidak suka jika nilai dan prinsip mereka diganggu, apalagi jika Fi-user dipaksa untuk meyakini dan menganut nilai-nilai dan prinsip yang tidak mereka yakini dan anut. Mereka akan sangat tidak suka, dan akan protes, dan terlihat keras kepala. Bisa dianggap, sebagian Fi-user merupakan manusia yang cukup berprinsip kuat.
Sisi bagusnya lagi, mereka tidak terlalu mudah terpengaruh oleh orang lain, ya karena berprinsip itu tadi. Tidak terlalu people-pleaser juga, walau tetap ada sebagian yang people-pleaser namun biasanya kadarnya tidak terlalu parah. Mereka juga biasanya punya ciri khas tersendiri yang otentik, karena agak lebih bisa menjadi diri sendiri apa adanya dibandingkan Fe-user. Karena prinsip utama Fi-user yang dianggap ideal kan bukan menyeleraskan dirinya dengan orang lain dan lingkungan, lebih ke… menjadi diri sendiri apa adanya dengan nilai-nilai dan prinsip yang diyakini dan dipegang teguh. Boro-boro people-pleaser, mereka aja biasanya aslinya di dalam hati BODOAMAT sama kedudukan/derajat manusia, bodoamat mau lu berpengaruh bagi orang banyak kek, orang terkenal di lingkungan kek, orang biasa kek, siapa kek, gak peduliiii… selama dianggap orang yang memang patut diberi respek oleh Fi-user, siapapun kamu, pasti Fi-user akan respek sebagai sesama manusia. Dan sebaliknya, mau setinggi apapun posisimu, kalau kamu "nggak banget", nggak bakalan mau Fi-user menaruh respek apalagi sampai menjadikan panutan, mana sudi? Walau biasanya sih perasaan macam ini cukup disimpan sendiri di dalam hatinya seorang Fi-user, atau diceritakan ke orang-orang dekatnya saja.
Sisi negatif/jeleknya Fi-user yang pikirannya kurang baik dan samasekali tidak dewasa adalah… Bisa saja mereka menganggap bahwa hanya prinsip/nilai-nilai yang mereka anut yang paling benar, prinsip orang lain semuanya salah = mereka harus memaksakan prinsipnya kepada orang lain agar semua orang bisa mengikuti prinsip mereka = jatuhnya jadi tindakan yang egois dan pemaksaan kepada orang lain. Bisa juga sisi jeleknya, mereka jadi tidak mau menerima masukan dari orang lain. Bisa juga sisi jelek lainnya yang masih satu tema dengan ini, mereka jadi terlalu fanatik dengan hal-hal yang mereka anut.
Ada lagi sisi jelek lainnya, Fi-user malah menjadi people-pleaser. Lho, kok bisa? Ya bisa, soalnya Fi-user biasanya cukup peka dengan "perbedaan pandangan/perbedaan pendapat". Tapi reaksi 1 Fi-user dengan Fi-user yang lain bisa saja berbeda. Ada yang sampai jadi fanatik dengan pikirannya sendiri—cuma pikirannya sendiri yang dianggap benar, ada yang seimbang—tetap menganut pemikirannya sendiri namun menghargai orang lain yang menganut pemikiran dan paham berbeda, ada yang malah jadi ragu-ragu dengan pemikirannya sendiri setelah mengetahui pemikiran lainnya dari orang lain—karena pada akhirnya mau pemikirannya sendiri atau pemikirannya orang lain masing-masing ada benar dan salahnya, jarang ada yang 100% mutlak benar atau mutlak salah. Jika orang Fi-user yang peragu ini kepercayaan dirinya agak rendah, biasanya mereka malah jadi lebih senang mengikuti pendapat dan pandangan orang lain, karena… mereka belum/masih kurang percaya dengan dirinya sendiri dan merasa/memutuskan/berprinsip untuk lebih percaya kepada orang lain saja daripada mempercayai dirinya dan pemikirannya sendiri.
Kira-kira begitu kalau orang Fi-user.
Lalu, kembali ke pertanyaan… Jadi sebenarnya, walau memang pada sebagian Fi-user itu memang cenderung tidak terlalu suka menampakkan emosi pribadinya, namun bukannya mereka lack/ada kelemahan tidak bisa menampilkan emosi. Mereka bisa kok, tinggal tergantung mindset dan moodnya mereka aja lagi maunya bagaimana, kan Fi-user itu cenderung lebih "suka-suka dirinya sendiri" daripada Fe-user. Sehingga yaa… kalau memang seorang Fi-user sedang merasa ingin dan butuh curhat, ketika mereka berpikir "Aku lagi butuh curhat nih! Aku harus curhat/cerita-cerita ke orang lain! Aku lagi pengen cerita, aku pengen didengar!" ya kenapa nggak dia curhat terbuka? Nggak mustahil kok, bahkan menjadi over-sharing bagi seorang Fi-user itu tidak mustahil. Itu semua balik lagi, tergantung mindset dan moodnya mereka pada saat memutuskan curhat. Dan kalau menurut penjabaran saya di atas, memang… inti utama pembeda Fi-user dan Fe-user memang bukan masalah terbuka/tertutup kok, lebih ke "fokus utamanya ke diri sendiri dan orang terdekat yang dianggap berharga ATAU kepada lingkungan dan orang lain secara luas/masyarakat di sekitar diri sendiri" ?
Lagian nih, Fi-user ada banyak guys, ada 8:
Fi-dominant: INFP dan ISFP
Fi-auxiliary: ENFP dan ESFP
Fi-tertiary: INTJ dan ISTJ
Fi-inferior: ENTJ dan ESTJ
At some points, memang Fi-user yang introvert yang jauh lebih masuk ke kriteria "tidak suka curhat dan tidak suka menampakkan emosinya dengan mudah kepada orang lain". Jadi tidak semua Fi-user tuh mutlak pasti tertutup, tergantung tipenya apa dan mindset dia tuh apa, gimana pandangan dia soal curhat. Karena Fi-user itu pun banyaaaakkk dan bervariasi.
Sekian, semoga cukup menjawab rasa penasaran Anda.

**18/07/2023**

***N. Anuna***

Jumat, 14 Juli 2023

Bagaimana kamu bisa begitu percaya pada agama mu adakah kisah dalam hidup mu yang membuat kamu yakin?

Kalau saya ya… ini kisah saya, bukan untuk memaksakan pemikiran, just sharing. Ini daripada suatu peristiwa, lebih mirip "sebuah perjalanan pemikiran". Terserah mau setuju atau nggak dengan pemikiran saya, ini pemikiran saya yang saya anut sendiri. Beda pendapat nggak apa-apa, asalkan nggak bikin sampai berantem/debat kusir aja, apalagi memaksakan pendapat 
Pertama, yang paling simpel, adzan. Saya dulunya sempat mengamati adzan. Sesimpel, lu/kita manusia mau sholat mau kagak—nanti aja dulu lah sholatnya mah, tapi bumi ini kan berputar, dan tiap hari ada pergantian waktu dari pagi ke siang ke sore ke malam. Dan pergantian waktu pada tiap wilayah itu berbeda-beda = zona waktu di seluruh dunia bisa berbeda kan? Terus kalau misal, ini misal, di seluruh penjuru bumi ini manusianya semua memeluk agama Islam, saya rasa tiap menit tiap detik, pokoknya tiap saat deh, tiap hari 24/7 itu pasti isinya adzan semua. Maksud saya begini, adzan itu kan menyerukan tentang:
-Kebesaran Allah (Tuhan)
-Syahadat/persaksian tentang Allah
-Syahadat/persaksian tentang Rasulullah SAW
-Ajakan sholat (sebagai wujud keislaman dan keimanan manusia, bukti berwujud perbuatan jika betulan mengimani dan mau menyembah Allah serta mau mengimani Rasulullah)
-Ajakan menuju kemenangan (dengan berislam dan beriman kepada Allah Swt)
-Pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Swt
Naaahhh kalau menurut saya pribadi setelah mengamati, ternyata adzan itu ajaib sih… dalam artian kalau dipikir jauh dan mendalam, itu beneran "panggilan" dari Tuhan sih menurut saya, Tuhan yang asli. Soalnya… siapa sih manusia yang kepikiran sistem "senarsis" dan se… apa ya… seterencana dan seideal itu (walau pada praktiknya tidak terjadi seideal itu) supaya nama Tuhannya bisa disebut-sebut terus setiap saat selama bumi ini masih berputar? Saya rasa adzan itu beneran seruan dari Tuhan sih, bukan bikinan manusia. Terlepas dari manusianya bakalan menjalankan adzan dan melaksanakan sholat atau tidak pada setiap harinya, pokoknya sistemnya sudah ideal seperti itu, seolah-olah Allah tuh mau menunjukkan banget "Ini gue lho Tuhan yang sebenarnya, gue Tuhan!" Makanya saya jadi percaya pada Tuhan yang disembah dalam agama Islam. Mana dalam sholat ada adegan/gerakan sujud segala. Yang saya tangkap, itu menunjukkan serendah-rendahnya posisi manusia pada saat menghamba/melakukan penghambaan terhadap sesuatu. Memang se-Agung itu berarti ya Tuhan dalam Islam = cocok menjadi Tuhan kalau menurut pemikiran pribadi saya. Sudah namanya (idealnya) disebut-sebut terus tiap saat, disembah dengan cara yang sedemikian menghamba, kurang powerful apa coba Allah Swt sebagai sosok Tuhan? *sekali lagi ini pemikiran pribadi ya
***Tuhan narsis? ***Yaaaa… setahu dan sepemahaman saya kalau di Islam konsepnya memang begitu, Tuhan Maha Segalanya (yang baik-baik), cuma Tuhan Yang Maha Segalanya, sehingga hanya Tuhan saja yang boleh sombong. Para makhluk-Nya itu cuma "dipinjemin" doang secuil kekuatan dan sifat-sifat baik yang menyerupainya. Jangankan sifat, badan aja hanya pinjaman dan titipan dari-Nya.
***Tuhan kok narsis??*** Ya suka-suka Beliau lah, kan Beliau yang menjadi Tuhan. Ya suka-suka Tuhan. Mau manusia jungkir-balik macem apa juga, mau jadi orang jahat kek, orang baik kek, percaya Tuhan kek, gak percaya Tuhan kek, mau nanti masuk surga kek, masuk neraka kek, tetep aja Tuhan itu ya Tuhan, dan manusia ya cuma manusia doang. Kalau di kepercayaan pribadi saya, Tuhan ya tetap hanya Allah Swt. Ya gitu sih, mau saya ngapain juga, yaudah Beliau tetep aja Tuhan. Saya pribadi berpikir, dunia panggung sandiwara ini sebetulnya hanyalah salah satu panggung Tuhan untuk menunjukkan bahwa Beliau Maha Kuasa, alias dunia ini hanyalah ajang pameran kekuasaan-Nya saja begitu. Tapi ini pemahaman pribadi saya aja sih, silakan aja kalau mau disagree dan nggak sepaham—tapi saya nggak menerima berantem/adu argumen/debat kusir yang ribut, apalagi sampai memaksakan pendapat.
Terus, saya kan juga senang mengamati manusia dan menebak-nebak sekalian alur pikiran manusia. Terkadang tebakan saya benar, terkadang agak benar, terkadang salah, terkadang bahkan salah banget. Tapi dari observasi saya sendiri, saya malah jadi bisa melihat/menyaksikan "drive"/pendorong/penggerak/stimulator/apalah pada diri manusia. Bisa disebut hasrat juga kali ya?
Lalu ketika saya amati, hasrat manusia itu sebenarnya mirip sifat Tuhan tapi dalam versi tidak sempurnanya. Ya balik ke omongan saya sebelumnya soal Tuhan meminjamkan secuil dari kekuatan dan sifat baiknya kepada manusia. Contohnya kayak… banyak manusia berlomba-lomba menjadi penguasa di dunia ini, dan ingin menjadi penguasa tertinggi, paling berkuasa diantara semua penguasa, menjadi raja-diraja, di atasnya kaisar kali tuh, gatau istilahnya apa. Pokoknya lihatlah itu dinamika perpolitikan di berbagai belahan dunia, banyak orang berlomba-lomba jadi penguasa. Kalau menurut pengamatan pribadi saya, itu seperti sifat Tuhan (Allah Swt) Yang Maha Kuasa dan Maha Raja tapi versi manusianya. Tapi yaaa… namanya juga manusia, nggak sempurna lah, nggak ada pemimpin manusia yang sebaik itu, pasti ada plus-minusnya.
Contoh lain, banyak manusia yang ingin menjadi sosok super-baik atau bahkan menjadi sosok hero/pahlawan dalam kehidupan orang lain, karena saking baik hati, pengasih dan penyayang serta sangat peduli pada orang lain. Saya melihatnya itu mirip sifat Tuhan (Allah Swt) Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tapi yaaa… balik lagi, namanya juga cuma manusia, nggak bisa cuma terus-terusan memberi, pasti ujung-ujungnya ingin kebaikan dan kasih sayang yang telah diberikan itu diterima dan dihargai oleh orang yang ia berikan kasih-sayang, kalau perlu tuh dibalas juga gitu kan. Yaaaa… namanya juga manusia.
Dan lain-lain, intinya manusia itu sering punya hasrat ingin menjadi SI PALING, ya SI PALING apa kek gitu yang mirip sifat Tuhan karena memang "dipinjamkan" oleh-Nya, ya misalnya mau disebut jadi si Paling Kaya lah (Tuhan Maha Kaya), si Paling Sabar lah (Tuhan Maha Sabar), si Paling Kuat (Tuhan Maha Kuat), si Paling Seniman/si Paling jago menciptakan suatu karya (Tuhan Maha Pencipta), dsb.
Contoh lain lagi, banyak manusia yang ingin menjadi sosok berfaedah/berguna/bermanfaat selama hidupnya, entah bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, apapun, APAPUN, apapun paham yang mereka anut. Bahkan walau mereka ateis atau agnostik sekalipun, tetapi jika mereka masih bermoral, itu biasanya sedikit banyak masih ingin hidupnya berguna dan bermanfaat agar lebih bermakna. Pokoknya selama masih manusia yang berakal dan kejiwaannya tidak terganggu tuh drive-nya saya amati para manusia condong akan seperti itu. Saya rasa itu sesuai dengan konsep di Islam yang mengatakan bahwa Tuhan (Allah Swt) tidak menciptakan suatu apapun dengan sia-sia.
Terus banyak juga manusia yang kalau bisa ingin hidup abadi selama-lamanya. Kalau sepemahaman saya, di Islam, memang ada yang namanya afterlife/kehidupan setelah kematian, dan… di afterlife itu… kita hidup abadi lho. Maksud saya, sebenarnya tanpa maksud menyinggung keyakinan lain, ada sebagian orang yang tidak percaya afterlife, tapi menjalani hidup di dunia ini dengan maksimal dan punya drive/hasrat kalau bisa sih inginnya hidup selamanya/lebih lama. Menurut saya pribadi itu agak aneh sih, dalam artian… kalau tidak percaya keberadaan afterlife, kenapa kita manusia kebanyakan punya hasrat/drive ingin hidup selama/sepanjang mungkin? Kalau ingin hidup dengan sebaik mungkin, tidak sia-sia, hidup maksimal, hidup berguna, bermanfaat dan bermakna, itu masih masuk akal. Tetapi untuk apa hidup lebih lama, untuk apa memperpanjang usia, kenapa tidak mau hidup secukupnya saja? Toh mau sesukses apapun, kalau sudah mati, ya sudah, kan (menurut keyakinan lain) tidak ada afterlife. Mati ya mati saja. Sama saja nggak sih mau hidup bagaimanapun? Apa merasa dirinya sendiri bermanfaat, makanya harus hidup lebih lama biar bisa lebih lama memberikan kemaslahatan bagi orang lain? Kalau begitu… terkait lagi ke poin "ingin menjadi Si Paling" yang sebelumnya dong? Atau gimana? Saya pribadi berpikir sifat ingin menjadi "Si Paling" ini secara langsung maupun tidak langsung pasti berkaitan dengan satu-sama lain. Misalnya "mau panjang umur supaya keluargaku tidak sedih jikalau aku meninggal", itu sedikit banyak pasti ada kaitannya dengan sifat welas asih kepada manusia lain. Atau misal "mau panjang umur supaya bisa tetap melindungi keluargaku", maka sedikit banyak itu ada kaitannya dengan sifat merasa kuat/merasa sebagai kekuatan atau penopang keluarga kan?
Entahlah pastinya gimana, tapi pokoknya saya pribadi untuk saya sendiri—dengan pemikiran saya yang entah aneh atau tidak—menganggap konsep afterlife itu justru membuktikan bahwa drive/hasrat manusia untuk hidup abadi itu sebenarnya memang sudah selaras dengan takdir bikinan Tuhan sih = Tuhan memang creator/perancang skenarionya = ujung-ujungnya semuanya terserah kehendak Tuhan lagi terserah kehendak Tuhan lagi = Tuhan memang ada, dan Beliau lah Tuhan, Tuhan yang asli. Nggak ada yang salah sih, wajar manusia ingin hidup selamanya, hidup dengan baik dan bermanfaat serta bermakna, melakukan perilaku-perilaku baik dilandasi oleh secuil sifat baik yang dimiliki manusia, memang Tuhan kasih drive itu secara terbatas kok untuk manusia.
Hmm… kalau Tuhan yang saya percaya itu Tuhan dalam agama Islam yaitu Allah Swt, jadi mungkin konsep pemikiran ini bisa bentrok dengan Tuhan dari kepercayaan lain ya. Tetapi pokoknya begitulah sedikit pemikiran saya soal Tuhan, makanya saya bisa percaya Allah Swt, karena memang konsep pikiran saya ya cocoknya dengan Tuhan yang disembah dalam agama Islam.
Ada lagi sih yang membuat saya cukup takjub, itu orang-orang sholat berjamaah, apalagi kalau sholat berjamaah di Masjidil Haram tuh yaaa… manusia udah kayak semut aja, sebanyak itu tapi gerakannya bisa kompak. Biasanya tuh manusia tuh bentrokan, gontok-gontokan, berantem lah, apalah, pokoknya kalau nggak cocok bakalan rawan ribut gitu kan. Terus ada kesenjangan sosial lah, apa lah. Tapi kalau orang-orang ikut sholat berjamaah, mau nggak mau, suka nggak suka, semua harus merapatkan shaf, bodoamat mau di sebelah lu orangnya selevel kek, nggak selevel kek, kayak kek, miskin kek, cakep kek, jelek kek, kulit hitam kek, kulit putih kek, orang alim kek, pendosa yang masih mau sholat kek, pokoknya semuaaa peserta sholat berjamaah, mau nggak mau, suka nggak suka, harus mengikuti tata-cara sholat berjamaah yang baik dan benar. Tuhan (Allah Swt) nggak membeda-bedakan makhluk-Nya ketika menghadap pada-Nya, itu sih klasifikasi manusiawi bikinan manusia sendiri. Ketika sedang sholat berjamaah, manusia diminta sesaat untuk menanggalkan klasifikasi nggak penting itu, berbaur, dan khusyu, ikutin imam. Semua gerakan manusia bisa serempak, puluhan, ratusan, ribuan, ratusan ribu bahkan jutaan jamaah sholat (tergantung sholat dimana) itu bisa kompak, sama semua, mengikuti imam. Ya iya, namanya juga sholat berjamaah. Tetapi kalau dalam pemikiran saya jadinya begini… *Kalau bukan Tuhan (yang asli), manusia atau makhluk/sosok mana yang bisa bikin kompak manusia lain sekompak itu? Sholat berjamaah itu kan pada pelaksanaannya (maksudnya pas beneran lagi sholat) nggak mungkin main kubu-kubuan, beradu kepentingan, dsb. Sholat memang dilakukan berjamaah, tetapi pada perhitungan dan pengabulan doa kan ujung-ujungnya urusan personal masing-masing manusia langsung dengan Tuhan.*
Cuma ya gitu, Tuhan saja masih punya haters, atau kalau bukan haters tapi tetap masih ada manusia yang memilih tidak/bukan percaya dan tidak/bukan beriman pada-Nya, apalagi pemimpin yang berwujud manusia? Jadi yaa… wajar lah yaa dunia seperti ini, toh yang menghuni memang manusia seperti aku, kamu, kita, mereka, ya pokoknya kita manusia. Manusia sih banyak yang bisa berbeda pendapat, selera dan bahkan kepercayaan dengan manusia lainnya. Nggak masalah sih, itu manusiawi.
Kira-kira begitu pemikiran saya soal Tuhan, yang bikin saya jadi percaya pada Tuhan yang disembah dalam agama Islam.

**14/07/2023**
***N. Anuna***