Hello blog & readers, jumpa lagi dengan saya author blog ini.
Kali ini saya ingin menceritakan pengalaman pribadi saya (lagi). Sebelumnya, mohon maaf jika penulisan saya tidak sistematis, karena saya (sebenarnya) menulis untuk kepuasan saya saja, jadi suka-suka saya gitu. Hehehe...
Karena saya suka menulis-nulis, walaupun nggak selalu jelas, suatu hari saya putuskan mengikuti lomba cerpen. Awalnya saya dapat info dari teman saya yang mendapat syarat harus 'tag' beberapa teman sebagai syarat mengikuti lomba tersebut. Saya termasuk salah seorang yang ia tag. Akhirnya saya putuskan untuk ikut lombanya juga. Dan Alhamdulillah, cerpen saya masuk 20 besar cerpen terpilih, meski bukan juara.
Dan sejak saat itu, saya jadi suka ikutan lomba-lomba menulis cerpen. Ya, cerpen saja, karena artikel apalagi essai ilmiah membutuhkan keseriusan dan kesannya baku. Saya lebih suka yang terkesan santai meski kontennya tidak melulu ringan. Sedangkan untuk lomba novel, saya masih kesulitan memikirkan alur yang panjang dan deskripsi yang detail. Jadi untuk saat ini, cerpen saja dulu. Hihihi...
Alhamdulillah, sudah beberapa kali saya menjadi kontributor dalam suatu lomba, meski belum pernah juara. Dan baru beberapa kali sih, sebagian perlombaan lainnya gagal. Ya, nggak apa-apa lah. Daripada juara, sebenarnya saya lebih suka tulisan saya (terutama jika ada manfaatnya) dibaca oleh orang lain dan bisa membuat terhibur. Tapi jika menjadi juara, tulisan kita akan sekaligus terbaca oleh banyak orang kan? Hihihi...
Padahal, waktu SMP, saya pernah punya 'trauma' dengan lomba menulis. Jadi, saya yang dulu masih remaja labil, pernah iseng ikut lomba menulis yang diadakan oleh sebuah majalah. Lombanya adalah melengkapi cerpen. Jadi, sudah ada sebagian isi cerpen, dan peserta diminta melanjutkan ceritanya dan memberikan ending. Saya bersemangat membuat cerpen ala saya, hingga akhirnya jadi sebuah cerpen. Sayangnya, sebenarnya saya tahu sih, cerpen saya tidak memenuhi aturan formatnya. Tulisannya kelebihan banyak kata dari batas kata yang diperkenankan. Namun, merasa sudah lelah dan mencurahkan segenap tenaga untuk menulisnya, saya nekat mengirimkan cerpen saya itu. Karena menurut saya, walaupun tidak menang (iyalah, nggak sesuai ketentuan mana bisa menang? Didiskualifikasi bisa jadi), yang penting hasil usaha saya tidak sia-sia.
Setelah itu, apa yang terjadi? Cerpen saya tidak menang, tentu saja. Tetapi, ada peristiwa yang menurut saya lebih 'menyakitkan', hingga saya 'trauma'.
Jadi, majalah yang saya sebutkan sebelumnya punya akun fanpage, dan saya memfollow akun tersebut. Saya tau info-info lomba yang diselenggarakan dari akun itu. Selain membagikan info lomba, biasanya akun tersebut juga membagikan tips-tips menulis atau berbagi artikel-artikel menarik lainnya.
Nah, yang membuat saya 'sakit' adalah, tepat sehari setelah saya mengirim naskah saya (yang tidak sesuai ketentuan), fanpage tersebut membuat postingan yang seolah-olah menyindir saya. Mereka tiba-tiba membahas mengenai aturan dalam penulisan cerpen dan pemformatan. Kemudian, entah perasaan saya yang terlalu sensitif atau memang benar yang saya rasakan, mereka membahas mengenai kekesalan mereka karena masih saja ada naskah yang tidak mengikuti kaidah pemformatan tersebut.
Merasa disindir, saya jadi sangat kesal. Saya merasa... bagaimana ya? Rasanya sebal, walaupun memang salah saya, tapi tetap sebal, karena mereka 'Sombong banget, orang mau belajar nulis aja gaboleh ngirim ke mereka. Kalo mau jelasin, ya jelasin kek baik-baik, nggak usah nyindir segala di postingan fanpage. Kalo karya orang jelek biarin aja sih, diemin, nggak usah dihina di depan umum kayak gitu.' . Kira-kira begitulah perasaan saya saat itu.
Sejak saat itu, saya samasekali nggak tertarik lagi dengan dunia kepenulisan. Saya merasa 'Saya samasekali nggak berbakat sampai disindir kayak gitu'.
Itulah pengalaman saya yang membuat saya trauma. Padahal ketika saya pikirkan lagi sekarang, ketika sudah lebih dewasa, yang dilakukan pihak majalah tersebut sebenarnya bagus lho. Mereka memberi feedback pada karya yang dikirim oleh pembaca. Artinya mereka melihat naskah-naskah tersebut kan? Berarti saya dulu di-notice kan? Justru jika mereka diam saja, bisa saja itu karena mereka memang tidak melirik naskah pembaca samasekali.
Dan saya juga pernah dengar wejangan senior yang pernah saya jumpa beberapa kali dalam suatu grup kepenulisan, bahwa 'Membuat dan mengirimkan suatu karya itu butuh kesiapan mental untuk diberi kritik dan saran'.
Hahaha... karena sudah merasakannya sendiri, akhirnya saya bisa sangat memahami maksud dari perkataan senior tersebut.
Untungnya, melalui 'tag' dari teman saya, akhirnya saya bisa kembali lagi ke dalam dunia kepenulisan, meski belum serius sih. Saya baru menikmatinya untuk bersenang-senang, dan saat ini saya sudah tidak kesal lagi seperti dulu. Saya juga tak peduli soal berbakat atau tidak. Karena setelah kuliah, akhirnya saya tahu bahwa suatu kemampuan disebut bakat jika telah diasah dan mulai ada perkembangan. Jika belum diasah, namanya baru potensi. Jadi, saya menangkap bahwa potensi tiap orang bisa berbeda-beda dan itu bawaan, namun bakat bisa saja sama ketika sama-sama dilatih.
Nah, setelah menceritakan asal muasal saya mengikuti lomba menulis, sekarang saya ingin meneritakan sumber motivasi saya dalam mengikuti lomba menulis. Saya pernah membaca sebuah komik berjudul "Sparkling Gingachou".
Dalam komik tersebut ada bab yang menceritakan seorang gadis, namanya Sato. Dia menyukai sahabatnya, namanya Kuro. Si Kuro karakternya memang sangat keren, selain tentu saja penampilannya juga keren.
Sato sedang galau karena ia bercita-cita menjadi komikus suatu saat nanti. Namun sampai saat itu, ia belum pernah berhasil membuat sebuah komik sampai tamat. Jadi, ditengah jalan cerita komiknya, ia tiba-tiba berhenti. Begitu terus. Sato jadi pesimis, bagaimana mau jadi komikus jika begitu terus?
Akhirnya, untuk menghilangkan kegundahan hatinya, Sato memutuskan jalan-jalan ke lapangan, dan ia bertemu Kuro. Kuro sedang latihan menendang bola. Ternyata, Kuro baru saja selesai bertanding, ia menjadi pemain cadangan membantu grup adik kelasnya bertanding. Tadinya, grup adik kelasnya Kuro hampir menang. Tapi, ketika tendangan penalti, si Kuro yang kebagian menendang bola gagal mencetak gol. Dan dia merasa sangat menyesaaall...
Akhirnya, pulang dari pertandingan, Kuro langsung mengevaluasi kemampuannya. Setelah itu, ia langsung latihan bola di lapangan -_- Gila sih, dia niat banget, padahal dia cuma pemain cadangan. Adik kelasnya saja yang kalah tidak melakukan apa-apa. Teman-teman gengnya yang mengajak Kuro nongkrong bareng, diabaikan karena Kuro mau latihan. Alasannya: siapa tau lain kali dia dijadikan pemain cadangan lagi. Sungguh terlalu niat kau Kuro-kun!
Ketika Sato bertemu Kuro, dia bertanya pada Kuro mengenai latihan yang dilakukan Kuro. Lalu Kuro menceritakan kejadian yang terjadi sebelumnya. Nah, si Sato yang sama herannya seperti orang lain bertanya lagi: "Emangnya kamu harus latian sekarang?"
Ditanya begitu, Kuro pun menjawab: "Terus aku harus latihan kapan? Nanti? Yang namanya nanti itu ga bakal pernah datang kalo kita nggak memulainya."
Mendengar itu, Sato menangis karena merasa tertohok dengan kata-katanya Kuro. Dia jadi curhat ke Kuro soal masalahnya. Lalu Sato dimotivasi oleh Kuro. Kata Kuro: "Udah, yang penting tamatin dulu komiknya, terus kirim ke penerbit. Gausah pikirin hasilnya, yang penting lakuin itu dulu. Setidaknya kamu sudah pernah mencoba."
Gara-gara Kuro ngomong begitu, akhirnya Sato berhasil menamatkan sebuah komik dan langsung dia kirim ke penerbit (walaupun tidak diceritakan hasilnya gimana).
Itu salah 1 cerita yg bisa memotivasi saya untuk mengikuti lomba-lomba cerpen. Sayangnya, cara tersebut belum berhasil untuk memotivasi saya mengerjakan PI #cry (T_T) mungkin saya butuh Kuro nya kali ya untuk memotivasi saya secara langsung (?) #eehh hahaha *canda
Baik, jadi begitulah cerita yang saya bagikan kali ini. Semoga ada manfaatnya walaupun sangat sedikit. Sekian dari saya, sampai jumpa di pos berikutnya. Dadaahh~
*nb: pengen post foto bukti saya pernah jadi kontributor tapi gabisa. Mungkin emang nggak boleh dipamerkan XD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Makasih buat semua yang udah sempat baca sampai akhir :D
Hmm... isi blog ini sebagian copas dan saya sertakan url, sebagian ada yang saya tulis sendiri. Pengennya sih, kalo misalnya ada yang copas dari sini, url saya disertakan juga :v wkwk
Silakan berkomentar. Oiya, jangan lupa ya, sopan-santun dan saling menghargai itu penting bagi manusia :)