Hai, kali ini saya akan memposting tugas kuliah saya di blog ini.
Tugas:
1. Carilah 5 definisi psikologi menurut para ahli.
2. Carilah biografi 2 ahli di bidang psikologi.
5 definisi psikologi menurut para ahli
1. Wundt
Menurut Wundt (dalam
Devidoff, 1981) psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciousness). Dari batasan ini dapat dikemukakan bahwa dalam
psikologi, keadaan jiwa direfleksikan dalam kesadaran manusia. Unsur kesadaran
merupakan hal yang dipelajari dalam psikologi.
2. Branca
Menurut Branca (1964)
psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia. Hal tersebut
dapat dilihat dari pernyataannya: “When the interest of men turns the action
of human being and when the interest takes the form of accurate observation,
exact descriptions, and experimental study of human behavior, the science of
psychology emerges.” (Branca, 1964:2).
Dapat diartikan dalam
Bahasa Indonesia, kira-kira sebagai berikut: “Ketika rasa berkepentingan seseorang menghasilkan tindakan dan
ketika kepentingan tersebut berbentuk observasi yang akurat, deskripsi yang
tepat dan percobaan pembelajaran perilaku manusia, maka di situlah ilmu
psikologi muncul.”
3. Plotnik
Menurut Plotnik (2005)
psikologi merupakan studi yang sistematik dan ilmiah tentang perilaku dan
proses mental. (Psychology is the systematic, sciencetific study of
behaviours and mental processes.”) (Plotnik:2005:4).
4. Dakir
Pengertian psikologi
menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya
dengan lingkungannya.
5. Muhibbin Syah
Pengertian psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia
baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi
perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan lain sebagainya. Sedangkan tingkah
laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Biografi Ahli Psikologi
1. Wilhelm Wundt
|
Wilhelm
Wundt, Bapak Psikologi Eksperimental.
|
Wilhelm Wundt dilahirkan di Neckarau, Jerman pada tanggal 18
Agustus 1832 dan wafat di Leipzig pada tanggal 31 Agustus 1920. Wilhelm Wundt
dianggap sebagai bapak psikologi modern berkat jasanya mendirikan laboratorium
psikologi modern pertama kali di Leipzig. Ia mula-mula dikenal sebagai seorang
sosiolog, dokter, filsuf dan ahli hukum. Gelar kesarjanaan yang dimilikinya
adalah dari bidang hukum dan kedokteran. Ia dikenal sebagai seorang ilmuan yang
banyak melakukan peelitian, termasuk penelitian tentang proses sensory (suatu
proses yang dikelola oleh panca indera).
A. Penelitian Wundt
Wundt pernah membuat karya tulis yang menjadi salah satu yang
paling penting dalam sejarah psikologi, "Principles of Physiological Psychology" di tahun 1874. Karya tersebut menggunakan
sistem dalam psikologi yang berupaya menyelidiki pengalaman langsung dari
kesadaran, termasuk perasaan, emosi, gagasan, terutama dijelajahi melalui
introspeksi.
Wundt berupaya memahami pikiran manusia dengan mengidentifikasi
elemen pembentuk kesadaran manusia, seperti halnya zat kimia yang bisa dibagi
menjadi berbagai elemen. Dalam hal ini, Wundt menganggap psikologi sebagai
ilmu, seperti halya fisika dan kimia, dengan melihat bahwa kesadaran adalah
kumpulan dari berbagai bagian yang bisa diidentifikasi.
Pada awalnya, Wundt menggolongkan bahwa mind (pikiran) mencakup proses-proses ketidaksadaran/unconciousness sebagai
karakteristik dari soul (jiwa). Metode eksperimen adalah jalan yang digunakan
untuk membawa penelitian tentang pikiran dari level kesadaran (consciousness) kepada proses-proses yang tidak sadar.
Dalam perkembangannya, menurut Wundt, metode eksperimental dalam
psikologi fisiologi sangat kuat untuk menggali elemen-elemen jiwa yang mendasar
(misalnya persepsi, emosi dll). Namun, di atas fenomena-fenomena mendasar ini,
masih ada proses-proses mental yang lebih tinggi (higher mental process) yang menyatukan fenomena dasar tersebut.
Higher mental process ini muncul dalam bentuk kreativitas mental dan menjadi
kekuatan sebuah peradaban dan bersifat abadi, yaitu: bahasa, mitos, custom,
budaya.
Pada tahap ini, Wundt membatasi fungsi jiwa hanya pada tahap
kesadaran. Proses-proses ketidaksadaran tidak lagi menjadi fokus dari study of
the mind.
Fokus studi Wundt dapat dilihat melalui dua karya besarnya, Principles of Physiological Psychology dan Voelkerpsychologie. Dalam karyanya yang berjudul Principles of
Physiological Psychology, Wundt memfokuskan pada hasil-hasil eksperimennya tentang ingatan,
emosi, dan abnormalitas kesadaran.
Kemudian hasil eksperimen Wundt tentang ingatan akan simple ideas, menghasilkan jumlah ide sederhana yang dapat disimpan dalam
ingatan manusia (mind). Faktanya, ide yang bermakna akan lebih diingat daripada
yang muncul secara random, dan karakteristik dari kesadaran manusia bersifat
selektif.
Konsep penting yang muncul adalah apperception yaitu
suatu bentuk operasi mental yang memadukan elemen mental menjadi satu kesatuan
utuh, juga berpengaruh dalam proses mental tinggi seperti analisis dan
judgement.
Studi Wundt tentang emosi dan perasaan menghasilkan pembagian
kutub-kutub emosi ke dalam tiga dimensi:
a. Pleasan vs unpleasant. (kenyamanan vs ketidaknyamanan)
b. High vs low arousal. (tinggi vs rendahnya gairah)
c. Concetrated vs relaxed attention. (perhatian yang terkonsentrasi vs santai)
Walau secara luas dianggap sebagai seorang yang penting dalam
kelahiran dan perkembangan psikologi, sumbangannya terhadap psikologi
kontemporer banyak diperdebatkan oleh para ahli sekarang.
B. Pembuatan Laboratorium
Pada tahun 1875, Wundt pindah ke Leipzig, Jerman, dan pada tahun
1879, ia dan murid-muridnya mendirikan laboratorium psikologi untuk pertama
kalinya di kota tersebut. Berdirinya laboratorium psikologi inilah yang
dianggap sebagai titik tolak berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang
terpisah dari ilmu-ilmu induknya (Ilmu Filsafat dan Ilmu Faal). Sebelum tahun
1879, memang orang sudah mengenal psikologi, namun belum ada orang yang
menyebut dirinya sarjana psikologi. Sarjan-sarjana yang mempelajari psikologi
umumnya adalah para filsuf, ahli ilm faal atau dokter. Wundt sendiri asalnya
adalah seorang dokter, tetapi dengan berdirinya laboratorium psikologinya, ia
tak lagi disebut sebagai dokter atau ahli ilmu faal, karena ia mengadakan
eksperimen-eksperimen dalam bidang psikologi di laboratoriumnya.
Di awal berdirinya laboratorium ini, Wundt membiayainya dari
kantongnya sendiri sebagai sebuah usaha privat. Setelah tahun 1885, lab ini
baru diakui oleh universitas dan secara resmi didanai oleh universitas. Laboratorium
ini berkembang dengan pesat sebelum akhirnya gedung tersebut hancur dalam
Perang Dunia 2.
C. Kegiatan Selanjutnya
Wundt mengabdikan diri selama 46 tahun sisa hidupnya untuk melatih
para psikolog dan menulis lebih dari 54.000 halaman laporan penelitian dan
teori. Buku-buku yang pernah ditulisnya antara lain: "Beitrage Zur Theorie Der Sines
Wahrnemung" (Persepsi yang
Dipengaruhi Kesadaran, 1862), "Grund zuge der
Physiologischen Psychology" (Dasar fisiologis dari Gejala-Gejala Psikologi, 1873) dan "Physiologische Psychologie".
2. Slamet Iman Santoso
Slamet Iman Santoso lahir di Wonosobo, 7
September 1907 dan wafat pada usia 97 tahun pada tanggal 9 November 2004,
meninggalkan 7 anak, 13 cucu dan delapan buyut. Isterinya, Suprapti Sutejo,
sudah terlebih dahulu meninggal pada November 1983.
Slamet Iman Santoso adalah perintis studi
psikologi di Indonesia dan digelari sebagai Bapak Psikologi Indonesia.
Beliau adalah Profesor emeritus (sudah berhenti
dari dinas aktif) Fakultas Psikologi UI. Beliaulah yang merintis dan mendirikan
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Namun, bukan hanya mendirikan
fakultas psikologi di UI, beliau juga ikut mendirikan beberapa universitas
lainnya yaitu Universitas Andalas, Universitas Sriwijaya, Universitas Airlangga
dan Universitas Hasanuddin.
A. Masa kecil
Pemberian namanya, Slamet Iman santoso, terkait
dengan proses kelahirannya. Dia dilahirkan dalam keadaan terbungkus ari-ari.
Ketika itu, semua penduduk desa heran dan membicarakannya. Dia dianggap sebagai
bayi ajaib. Dipercaya bayi yang lahir terbungkus ari-ari itu kelak akan
mempunyai kelebihan. Sangat jarang kelahiran bayi terbungkus.
Saat bayi terbungkus itu lahir, orang-orang yang
melihatnya heran dan bertanya: “Mana bayinya, mana bayinya?” Untunglah tidak
semua penduduk desa panic terheran-heran. Seorang tetangga, Nyonya Tambi,
isteri seorang petani Indo, membantu membukakan bungkus ari-ari yang
membungkusnya. Bayi itupun menangis dan lahir dengan selamat. Maka kata selamat
(menjadi Slamet) dijadikan nama jabang bayi yang baru lahir itu. Dia memang terlahir
dari keluarga berpendidikan pada zamannya.
Ayahnya seorang Asisten Wedana Banjaran. Di
bawah pengasuhan ayahnya, Bapak Slamet menikmati masa kecilnya dengan penanaman
nilai-nilai keramahan, saling tolong-menolong dan gotong-royong.
Bapak Slamet mengecap pendidikan pada jaman
kolonial Belanda di Magelang, mulai dari Europeesche Lagere School (ELS),
Hollandsch Inlandsche School (HIS (1912-1920) dan Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs (MULO (1920-1923). Kemudian melanjut ke MAS-B, Yogyakarta
(1923-1926); Indische Arts, Stovia (1926-1932); dan Geneeskunde School of Arts,
Batavia Sentrum (1932-1934).
Beliau terkesan sangat mengagungkan pendidikan
masa kolonial Belanda itu. Walaupun dia menyadari kondisi pendidikan ketika itu
sangat berbeda disbanding setelah Indonesia merdeka. Beliau mengenang, pada
zamannya bersekolah dulu, sangat diasakan betapa guru sangat begitu
memperhatikan murid dan bersatu dengan orang tua murid. Hal yang sudah jarang
terjadi saat ini.
Masuknya Jepang, menurutnya, memberi andil atas
awut-awutannya pendidikan di negeri ini. Terasa sekali suasana pendidikan zaman
Belanda yang terkesan akrabnya hubungan orang tua-murid-guru, tiba-tiba hilang
lenyap, diganti dengan jaman pendidikan Jepang yang mulai awut-awutan.
Ironisnya, kondisi ini terus berlangsung sampai sekarang. Dia memberi beberapa
bukti. Di antaranya, sekarang ada guru yang mengasih tahu bahan ujian yang akan
diuji kepada murid.
B. Slamet, Psikologi dan Pendidikan
Motivasi mantan Direktur Rumah Sakit Jiwa
Gloegoer, Medan (1937-1938), ini merintis dan mendirikan fakultas psikologi,
karena sebagai psikiater menemukan banyak masalah yang tidak bisa dipecahkan
oleh psikiater.
Dalam bidang profesi kedokteran, dia menerima
penghargaan Wahidin Sodiro Hoesodo dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada
tahun 1989. Sebagai seorang ahli psikologi,tahun 1961, dia memimpin sekitar
lima puluh mahasiswa Fakultas Psikologi UI, mengunjungi penduduk yang terkena
gusuran pembuatan Istana Olahraga Senayan dan dipindahkan ke daerah Tebet dan
Penjaringan. Mereka berdialog dengan penduduk tergusur itu. Kunjungan ini,
menjadi awal pogram mahasiswa turun ke lapangan (masyarakat).
Bidang studi psikologi pun makin menarik
perhatian banyak orang. Masa-masa psikologi mengalami kesulitan (saat psikologi
hanyalah sebuah jurusan dalam lingkungan FKUI), seperti sudah terlupakan. Saat
itu, kata Slamet dalam pidato ketika menerima penghargaan bintang jasa
Mahaputra Utama III (1973), dia merasa ibarat seorang yang sedang berdiri
seorang diri di tepi pasir yang gersang tanpa pedoman untuk melintasinya,
sambil mengajak saudara-saudara mengembangkan disiplin ilmu yang baru ini.
Conny Semiawan, mantan rektor IKIP Jakarta yang
juga murid dan sempat menjadi asisten Slamet Iman dalam menguji mahasiswa,
mengenang Slamet sebagai orang yang sangat tertib, teliti dan juga memiliki
wawasan yang sangat luas, selalu berfikir filosofis meskipun bukan ahli
filsafat. Dalam menguji mahasiswa, Slamet selalu menegaskan jangan menanyakan
apa yang kamu ketahui, tetapi usahakan untuk bertanya apa yang dipahami
mahasiswa. Dengan demikian dialog akan terjadi dan mahasiswa dapat
mengaktualisasikan dirinya.Menurut Conny Semiawan, Slamet adalah tokoh
pendidikan yang berani.
Dia adalah orang pertama mengusulkan perlunya
satu standar bagi semua jenjang pendidikan di Indonesia. Usul yang dia
lontarkan sepanjang tahun 1979-1981 ini membuat heboh dunia pendidikan. Dia
juga orang yang mengkritik keras minimnya gaji guru yang dia sebut dapat
merusak dunia pendidikan. Dia membandingkan gaji guru jaman Belanda yang dua
kali lipat daripada gaji dokter. Sehingga guru tak perlu mencari tambahan dan
dunia pendidikan tidak dicampurbaurkan dengan bisnis. Dia juga mempunyai andil
besar dalam merintis program penerimaan mahasiswa melalui UMPTN.
Ketika itu (1979-1980), Slamet menjadi Ketua
Komisi Pembaruan Pendidikan Nasional (KPPN, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan). Saat itu terjadi booming lulusan SMA yang ingin masuk Perguruan
Tinggi Negeri. Sebagai contoh, UI yang kapasitasnya sekitar 800 mahasiswa tapi
jumlah pendaftar 4000 orang. Maka melalui komite yang diketuainya dibentuklah
satu sistempenerimaan calon mahasiswa yang sejak 1979 sudah berlangsung dengan
nama yang sekian kali berubah mulai dari Skalu, Proyek Perintis, Sipenmaru
(Sistim Penerimaan Mahasiswa Baru) dan UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi
Negeri). Pria yang dikenal terus terang dan sempat menjadi Penjabat Rektor UI,
ini meskipun sudah mengakhiri jabatan sebagai Ketua Komisi Pembaruan Sistem
Pendidikan, 1980, ia masih sempat mengurusi penerimaan calon mahasiswa pada
tahun 1981.
Sudah sangat banyak tokoh pendidikan bekas murid
Guru Besar Fakultas Kedokteran dan Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
(1950-1953) serta mantan Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini. Di
antaranya, Conny Semiawan, Fuad Hassan, Sujudi, Wardiman Djojonegoro, Mahar
Mardjono dan Saparinah Sadli. Para mantan mahasiswanya ini sangat menghormati
dan mengagumi gurunya ini. Mereka mengenangnya sebagai guru yang sangat akrab
dan suka menularkan pengalaman.
Salah satu ucapannya dalam acara peringatan 100
tahun Albert Einstein di ruang Rektorat UI, 1979: ”Ciri orang pandai, hal yang
ruwet bisa disederhanakan, sebaliknya orang bodoh akan meruwetkan soal
sederhana.” Mantan Anggota Dewan Pertimbangan Agung (1968-1973), ini juga
penulis terkemuka. Dia sering menulis kolom di berbagai media dan juga menulis
buku.
Di antara bukunya yang terkenal adalah Sejarah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Sinar Hudaya, Jakarta (1977); The Social
Background For Psychotheraphy in Indonesia; Psychiatry dan Masyarakat;
Kesejahteraan Jiwa; School Health in the Community; Sekolah Sebagai Sumber
Penyakit atau Sumber Kesehatan; Dasar Stadium Generale, Pendidikan Universitas
Atas Dasar Teknik dan Keilmuwan, Dasar-dasar Pokok Pendidikan; dan Pendidikan
Indonesia dari Masa ke Masa yang diterbitkan oleh CV Haji Masagung, Jakarta,
1987.
C. Keunikan Pribadi
Bapak Slamet adalah seorang yang unik.
Dia berulangkali, mengisahkan berbagai
pengalaman masa kecilnya yang yang amat berkesan baginya kepada orang-orang.
Masa kecil dan remaja Bapak Slamet sangat
bahagia. Ia ikut kakeknya di Magelang, Jawa Tengah. Ia terkenal nakal. Saking
nakalnya, dia dijuluki teman-temannya ‘setan alas’. ”Saya senang main ketapel,
berburu anjing dan burung,” katanya, sebagaimana dikutip dalam buku Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1985-1986. Bahkan mengaku sekali-kali mengganggu orang.
Salah satu pengalaman beliau yang sering ia
ceritakan pada orang lain adalah ketika di suatu saat dia dan anak lain sedang
sibuk mencari ucen-ucen, buah tanaman liar yang sangat manis dan biru warnanya.
Eh, tiba-tiba Slamet terpeleset, hampir masuk selokan irigasi.
Namun dia beruntung, karena anjing Pak Lurah
melompat antara Slamet dan tebing selokan tadi, sehingga dia tertolong. Dia dan
kawan-kawanya menceriterakan peristiwa itu kepada Ayah-Ibu Slamet. Sang Ayah
dengan spontan mengharuskannya memberi makan si Macan (nama anjing tadi Pak Lurah)
itu.
Setelah dewasa, Bapak Slamet Iman Santoso
dikenal sebagai tokoh yang jahil dan sering dinilai aneh. Beliau sendiri
mengibaratkan dirinya Abunawas. Menurutnya, Abunawas itu tokoh penuh akal. Jiwa
Abunawas itu pun banyak menyemangati hidupnya. Dalam buku, Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1985-1986, diceritakan sekali waktu dia melihat mobil
seorang pejabat UI diparkir salah dengan posisi miring di halaman kampus UI. Ia
mengambil kertas dan menulisnya dengan spidol: “Barangsiapa yang parkir mobil
miring, otaknya juga miring”.
Ketika Bung Karno menanyakan pendapatnya
mengenai semboyan “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”, Slamet dengan
tenang menjawab “Nggak, malah saya gantungkan di cantelan baju. Kalau usang kan
bisa diganti.”Suatu ketika, dia menyatakan terheran-heran karena ada orang yang
dipinjami buku, mengembalikan buku itu dengan utuh. “Baru sekarang saya temukan
orang yang saya pinjami buku mengembalikannya dengan utuh,” katanya.
Dia bilang, hanya orang bodoh yang meminjamkan
buku kepada orang lain, dan orang yang mengembalikan buku pinjaman pun adalah
orang gila.Hidupnya yang selalu ceria diwarnai canda memberi andil besar atas
usianya yang lanjut (97 tahun). Padahal dia tak senang olah raga, termasuk olah
raga pagi. Becanda, dia bilang: ”Pagi-pagi itu ‘kan hawanya segar. Kok dipakai
buat berkeringat, lebih baik dipakai untuk tidur.”
Unik bukan beliau ini?
D. Setelah Berbagai Macam Hal yang Beliau Lakukan
Sebagai dokter ahli penyakit saraf dan jiwa, dia
memasang iklan menutup praktek untuk selamanya, 1 Januari 1979. Dia menyadari
dirinya sudah tua. Dia pun mengaku sudah capek.
Pria yang senang berpakaian putih-putih ini
dikenal jujur, jernih, tegas dan konsisten. Prinsip hidupnya tak pernah berubah
sampai akhir hayatnya. Penerima Bintang Mahaputra Utama III (1973) ini, menurut
puteranya Dr Oerip Setiono, meninggal setelah tiga tahun terakhir terbaring di
rumah kediamannya, Jl Cimandiri 26, Jakarta Pusat. Jenazahnya dimakamkan di TPU
Menteng Pulo setelah sebelumnya disemayamkan di aula FKUI Salemba, Jakarta.
Sumber:
1. Basuki, A.M
Heru.2008.Psikologi Umum.Jakarta: Universitas Gunadarma
2. http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi/
^Rujukan
:
-Dakir.
1993. Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
-Muhibbinsyah.
2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
3. https://anggarahetri.wordpress.com/profil-2/biografi-wilhelm-wundt/
4. http://www.psychologymania.net/2010/03/wilhelm-wundt-bapak-penemu-psikologi.html
5. http://belajarpsikologi.com/slamet-iman-santoso-1907-2001-bapak-psikologi-indonesia/
Hai, kali ini saya akan memposting tugas kuliah saya di blog ini.
Tugas:
1. Carilah 5 definisi psikologi menurut para ahli.
2. Carilah biografi 2 ahli di bidang psikologi.
5 definisi psikologi menurut para ahli
1. Wundt
Menurut Wundt (dalam
Devidoff, 1981) psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciousness). Dari batasan ini dapat dikemukakan bahwa dalam
psikologi, keadaan jiwa direfleksikan dalam kesadaran manusia. Unsur kesadaran
merupakan hal yang dipelajari dalam psikologi.
2. Branca
Menurut Branca (1964)
psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia. Hal tersebut
dapat dilihat dari pernyataannya: “When the interest of men turns the action
of human being and when the interest takes the form of accurate observation,
exact descriptions, and experimental study of human behavior, the science of
psychology emerges.” (Branca, 1964:2).
Dapat diartikan dalam
Bahasa Indonesia, kira-kira sebagai berikut: “Ketika rasa berkepentingan seseorang menghasilkan tindakan dan
ketika kepentingan tersebut berbentuk observasi yang akurat, deskripsi yang
tepat dan percobaan pembelajaran perilaku manusia, maka di situlah ilmu
psikologi muncul.”
3. Plotnik
Menurut Plotnik (2005)
psikologi merupakan studi yang sistematik dan ilmiah tentang perilaku dan
proses mental. (Psychology is the systematic, sciencetific study of
behaviours and mental processes.”) (Plotnik:2005:4).
4. Dakir
Pengertian psikologi
menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya
dengan lingkungannya.
5. Muhibbin Syah
Pengertian psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia
baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi
perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan lain sebagainya. Sedangkan tingkah
laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Biografi Ahli Psikologi
1. Wilhelm Wundt
|
Wilhelm
Wundt, Bapak Psikologi Eksperimental.
|
Wilhelm Wundt dilahirkan di Neckarau, Jerman pada tanggal 18
Agustus 1832 dan wafat di Leipzig pada tanggal 31 Agustus 1920. Wilhelm Wundt
dianggap sebagai bapak psikologi modern berkat jasanya mendirikan laboratorium
psikologi modern pertama kali di Leipzig. Ia mula-mula dikenal sebagai seorang
sosiolog, dokter, filsuf dan ahli hukum. Gelar kesarjanaan yang dimilikinya
adalah dari bidang hukum dan kedokteran. Ia dikenal sebagai seorang ilmuan yang
banyak melakukan peelitian, termasuk penelitian tentang proses sensory (suatu
proses yang dikelola oleh panca indera).
A. Penelitian Wundt
Wundt pernah membuat karya tulis yang menjadi salah satu yang
paling penting dalam sejarah psikologi, "Principles of Physiological Psychology" di tahun 1874. Karya tersebut menggunakan
sistem dalam psikologi yang berupaya menyelidiki pengalaman langsung dari
kesadaran, termasuk perasaan, emosi, gagasan, terutama dijelajahi melalui
introspeksi.
Wundt berupaya memahami pikiran manusia dengan mengidentifikasi
elemen pembentuk kesadaran manusia, seperti halnya zat kimia yang bisa dibagi
menjadi berbagai elemen. Dalam hal ini, Wundt menganggap psikologi sebagai
ilmu, seperti halya fisika dan kimia, dengan melihat bahwa kesadaran adalah
kumpulan dari berbagai bagian yang bisa diidentifikasi.
Pada awalnya, Wundt menggolongkan bahwa mind (pikiran) mencakup proses-proses ketidaksadaran/unconciousness sebagai
karakteristik dari soul (jiwa). Metode eksperimen adalah jalan yang digunakan
untuk membawa penelitian tentang pikiran dari level kesadaran (consciousness) kepada proses-proses yang tidak sadar.
Dalam perkembangannya, menurut Wundt, metode eksperimental dalam
psikologi fisiologi sangat kuat untuk menggali elemen-elemen jiwa yang mendasar
(misalnya persepsi, emosi dll). Namun, di atas fenomena-fenomena mendasar ini,
masih ada proses-proses mental yang lebih tinggi (higher mental process) yang menyatukan fenomena dasar tersebut.
Higher mental process ini muncul dalam bentuk kreativitas mental dan menjadi
kekuatan sebuah peradaban dan bersifat abadi, yaitu: bahasa, mitos, custom,
budaya.
Pada tahap ini, Wundt membatasi fungsi jiwa hanya pada tahap
kesadaran. Proses-proses ketidaksadaran tidak lagi menjadi fokus dari study of
the mind.
Fokus studi Wundt dapat dilihat melalui dua karya besarnya, Principles of Physiological Psychology dan Voelkerpsychologie. Dalam karyanya yang berjudul Principles of
Physiological Psychology, Wundt memfokuskan pada hasil-hasil eksperimennya tentang ingatan,
emosi, dan abnormalitas kesadaran.
Kemudian hasil eksperimen Wundt tentang ingatan akan simple ideas, menghasilkan jumlah ide sederhana yang dapat disimpan dalam
ingatan manusia (mind). Faktanya, ide yang bermakna akan lebih diingat daripada
yang muncul secara random, dan karakteristik dari kesadaran manusia bersifat
selektif.
Konsep penting yang muncul adalah apperception yaitu
suatu bentuk operasi mental yang memadukan elemen mental menjadi satu kesatuan
utuh, juga berpengaruh dalam proses mental tinggi seperti analisis dan
judgement.
Studi Wundt tentang emosi dan perasaan menghasilkan pembagian
kutub-kutub emosi ke dalam tiga dimensi:
a. Pleasan vs unpleasant. (kenyamanan vs ketidaknyamanan)
b. High vs low arousal. (tinggi vs rendahnya gairah)
c. Concetrated vs relaxed attention. (perhatian yang terkonsentrasi vs santai)
Walau secara luas dianggap sebagai seorang yang penting dalam
kelahiran dan perkembangan psikologi, sumbangannya terhadap psikologi
kontemporer banyak diperdebatkan oleh para ahli sekarang.
B. Pembuatan Laboratorium
Pada tahun 1875, Wundt pindah ke Leipzig, Jerman, dan pada tahun
1879, ia dan murid-muridnya mendirikan laboratorium psikologi untuk pertama
kalinya di kota tersebut. Berdirinya laboratorium psikologi inilah yang
dianggap sebagai titik tolak berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang
terpisah dari ilmu-ilmu induknya (Ilmu Filsafat dan Ilmu Faal). Sebelum tahun
1879, memang orang sudah mengenal psikologi, namun belum ada orang yang
menyebut dirinya sarjana psikologi. Sarjan-sarjana yang mempelajari psikologi
umumnya adalah para filsuf, ahli ilm faal atau dokter. Wundt sendiri asalnya
adalah seorang dokter, tetapi dengan berdirinya laboratorium psikologinya, ia
tak lagi disebut sebagai dokter atau ahli ilmu faal, karena ia mengadakan
eksperimen-eksperimen dalam bidang psikologi di laboratoriumnya.
Di awal berdirinya laboratorium ini, Wundt membiayainya dari
kantongnya sendiri sebagai sebuah usaha privat. Setelah tahun 1885, lab ini
baru diakui oleh universitas dan secara resmi didanai oleh universitas. Laboratorium
ini berkembang dengan pesat sebelum akhirnya gedung tersebut hancur dalam
Perang Dunia 2.
C. Kegiatan Selanjutnya
Wundt mengabdikan diri selama 46 tahun sisa hidupnya untuk melatih
para psikolog dan menulis lebih dari 54.000 halaman laporan penelitian dan
teori. Buku-buku yang pernah ditulisnya antara lain: "Beitrage Zur Theorie Der Sines
Wahrnemung" (Persepsi yang
Dipengaruhi Kesadaran, 1862), "Grund zuge der
Physiologischen Psychology" (Dasar fisiologis dari Gejala-Gejala Psikologi, 1873) dan "Physiologische Psychologie".
2. Slamet Iman Santoso
Slamet Iman Santoso lahir di Wonosobo, 7
September 1907 dan wafat pada usia 97 tahun pada tanggal 9 November 2004,
meninggalkan 7 anak, 13 cucu dan delapan buyut. Isterinya, Suprapti Sutejo,
sudah terlebih dahulu meninggal pada November 1983.
Slamet Iman Santoso adalah perintis studi
psikologi di Indonesia dan digelari sebagai Bapak Psikologi Indonesia.
Beliau adalah Profesor emeritus (sudah berhenti
dari dinas aktif) Fakultas Psikologi UI. Beliaulah yang merintis dan mendirikan
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Namun, bukan hanya mendirikan
fakultas psikologi di UI, beliau juga ikut mendirikan beberapa universitas
lainnya yaitu Universitas Andalas, Universitas Sriwijaya, Universitas Airlangga
dan Universitas Hasanuddin.
A. Masa kecil
Pemberian namanya, Slamet Iman santoso, terkait
dengan proses kelahirannya. Dia dilahirkan dalam keadaan terbungkus ari-ari.
Ketika itu, semua penduduk desa heran dan membicarakannya. Dia dianggap sebagai
bayi ajaib. Dipercaya bayi yang lahir terbungkus ari-ari itu kelak akan
mempunyai kelebihan. Sangat jarang kelahiran bayi terbungkus.
Saat bayi terbungkus itu lahir, orang-orang yang
melihatnya heran dan bertanya: “Mana bayinya, mana bayinya?” Untunglah tidak
semua penduduk desa panic terheran-heran. Seorang tetangga, Nyonya Tambi,
isteri seorang petani Indo, membantu membukakan bungkus ari-ari yang
membungkusnya. Bayi itupun menangis dan lahir dengan selamat. Maka kata selamat
(menjadi Slamet) dijadikan nama jabang bayi yang baru lahir itu. Dia memang terlahir
dari keluarga berpendidikan pada zamannya.
Ayahnya seorang Asisten Wedana Banjaran. Di
bawah pengasuhan ayahnya, Bapak Slamet menikmati masa kecilnya dengan penanaman
nilai-nilai keramahan, saling tolong-menolong dan gotong-royong.
Bapak Slamet mengecap pendidikan pada jaman
kolonial Belanda di Magelang, mulai dari Europeesche Lagere School (ELS),
Hollandsch Inlandsche School (HIS (1912-1920) dan Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs (MULO (1920-1923). Kemudian melanjut ke MAS-B, Yogyakarta
(1923-1926); Indische Arts, Stovia (1926-1932); dan Geneeskunde School of Arts,
Batavia Sentrum (1932-1934).
Beliau terkesan sangat mengagungkan pendidikan
masa kolonial Belanda itu. Walaupun dia menyadari kondisi pendidikan ketika itu
sangat berbeda disbanding setelah Indonesia merdeka. Beliau mengenang, pada
zamannya bersekolah dulu, sangat diasakan betapa guru sangat begitu
memperhatikan murid dan bersatu dengan orang tua murid. Hal yang sudah jarang
terjadi saat ini.
Masuknya Jepang, menurutnya, memberi andil atas
awut-awutannya pendidikan di negeri ini. Terasa sekali suasana pendidikan zaman
Belanda yang terkesan akrabnya hubungan orang tua-murid-guru, tiba-tiba hilang
lenyap, diganti dengan jaman pendidikan Jepang yang mulai awut-awutan.
Ironisnya, kondisi ini terus berlangsung sampai sekarang. Dia memberi beberapa
bukti. Di antaranya, sekarang ada guru yang mengasih tahu bahan ujian yang akan
diuji kepada murid.
B. Slamet, Psikologi dan Pendidikan
Motivasi mantan Direktur Rumah Sakit Jiwa
Gloegoer, Medan (1937-1938), ini merintis dan mendirikan fakultas psikologi,
karena sebagai psikiater menemukan banyak masalah yang tidak bisa dipecahkan
oleh psikiater.
Dalam bidang profesi kedokteran, dia menerima
penghargaan Wahidin Sodiro Hoesodo dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada
tahun 1989. Sebagai seorang ahli psikologi,tahun 1961, dia memimpin sekitar
lima puluh mahasiswa Fakultas Psikologi UI, mengunjungi penduduk yang terkena
gusuran pembuatan Istana Olahraga Senayan dan dipindahkan ke daerah Tebet dan
Penjaringan. Mereka berdialog dengan penduduk tergusur itu. Kunjungan ini,
menjadi awal pogram mahasiswa turun ke lapangan (masyarakat).
Bidang studi psikologi pun makin menarik
perhatian banyak orang. Masa-masa psikologi mengalami kesulitan (saat psikologi
hanyalah sebuah jurusan dalam lingkungan FKUI), seperti sudah terlupakan. Saat
itu, kata Slamet dalam pidato ketika menerima penghargaan bintang jasa
Mahaputra Utama III (1973), dia merasa ibarat seorang yang sedang berdiri
seorang diri di tepi pasir yang gersang tanpa pedoman untuk melintasinya,
sambil mengajak saudara-saudara mengembangkan disiplin ilmu yang baru ini.
Conny Semiawan, mantan rektor IKIP Jakarta yang
juga murid dan sempat menjadi asisten Slamet Iman dalam menguji mahasiswa,
mengenang Slamet sebagai orang yang sangat tertib, teliti dan juga memiliki
wawasan yang sangat luas, selalu berfikir filosofis meskipun bukan ahli
filsafat. Dalam menguji mahasiswa, Slamet selalu menegaskan jangan menanyakan
apa yang kamu ketahui, tetapi usahakan untuk bertanya apa yang dipahami
mahasiswa. Dengan demikian dialog akan terjadi dan mahasiswa dapat
mengaktualisasikan dirinya.Menurut Conny Semiawan, Slamet adalah tokoh
pendidikan yang berani.
Dia adalah orang pertama mengusulkan perlunya
satu standar bagi semua jenjang pendidikan di Indonesia. Usul yang dia
lontarkan sepanjang tahun 1979-1981 ini membuat heboh dunia pendidikan. Dia
juga orang yang mengkritik keras minimnya gaji guru yang dia sebut dapat
merusak dunia pendidikan. Dia membandingkan gaji guru jaman Belanda yang dua
kali lipat daripada gaji dokter. Sehingga guru tak perlu mencari tambahan dan
dunia pendidikan tidak dicampurbaurkan dengan bisnis. Dia juga mempunyai andil
besar dalam merintis program penerimaan mahasiswa melalui UMPTN.
Ketika itu (1979-1980), Slamet menjadi Ketua
Komisi Pembaruan Pendidikan Nasional (KPPN, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan). Saat itu terjadi booming lulusan SMA yang ingin masuk Perguruan
Tinggi Negeri. Sebagai contoh, UI yang kapasitasnya sekitar 800 mahasiswa tapi
jumlah pendaftar 4000 orang. Maka melalui komite yang diketuainya dibentuklah
satu sistempenerimaan calon mahasiswa yang sejak 1979 sudah berlangsung dengan
nama yang sekian kali berubah mulai dari Skalu, Proyek Perintis, Sipenmaru
(Sistim Penerimaan Mahasiswa Baru) dan UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi
Negeri). Pria yang dikenal terus terang dan sempat menjadi Penjabat Rektor UI,
ini meskipun sudah mengakhiri jabatan sebagai Ketua Komisi Pembaruan Sistem
Pendidikan, 1980, ia masih sempat mengurusi penerimaan calon mahasiswa pada
tahun 1981.
Sudah sangat banyak tokoh pendidikan bekas murid
Guru Besar Fakultas Kedokteran dan Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
(1950-1953) serta mantan Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini. Di
antaranya, Conny Semiawan, Fuad Hassan, Sujudi, Wardiman Djojonegoro, Mahar
Mardjono dan Saparinah Sadli. Para mantan mahasiswanya ini sangat menghormati
dan mengagumi gurunya ini. Mereka mengenangnya sebagai guru yang sangat akrab
dan suka menularkan pengalaman.
Salah satu ucapannya dalam acara peringatan 100
tahun Albert Einstein di ruang Rektorat UI, 1979: ”Ciri orang pandai, hal yang
ruwet bisa disederhanakan, sebaliknya orang bodoh akan meruwetkan soal
sederhana.” Mantan Anggota Dewan Pertimbangan Agung (1968-1973), ini juga
penulis terkemuka. Dia sering menulis kolom di berbagai media dan juga menulis
buku.
Di antara bukunya yang terkenal adalah Sejarah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Sinar Hudaya, Jakarta (1977); The Social
Background For Psychotheraphy in Indonesia; Psychiatry dan Masyarakat;
Kesejahteraan Jiwa; School Health in the Community; Sekolah Sebagai Sumber
Penyakit atau Sumber Kesehatan; Dasar Stadium Generale, Pendidikan Universitas
Atas Dasar Teknik dan Keilmuwan, Dasar-dasar Pokok Pendidikan; dan Pendidikan
Indonesia dari Masa ke Masa yang diterbitkan oleh CV Haji Masagung, Jakarta,
1987.
C. Keunikan Pribadi
Bapak Slamet adalah seorang yang unik.
Dia berulangkali, mengisahkan berbagai
pengalaman masa kecilnya yang yang amat berkesan baginya kepada orang-orang.
Masa kecil dan remaja Bapak Slamet sangat
bahagia. Ia ikut kakeknya di Magelang, Jawa Tengah. Ia terkenal nakal. Saking
nakalnya, dia dijuluki teman-temannya ‘setan alas’. ”Saya senang main ketapel,
berburu anjing dan burung,” katanya, sebagaimana dikutip dalam buku Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1985-1986. Bahkan mengaku sekali-kali mengganggu orang.
Salah satu pengalaman beliau yang sering ia
ceritakan pada orang lain adalah ketika di suatu saat dia dan anak lain sedang
sibuk mencari ucen-ucen, buah tanaman liar yang sangat manis dan biru warnanya.
Eh, tiba-tiba Slamet terpeleset, hampir masuk selokan irigasi.
Namun dia beruntung, karena anjing Pak Lurah
melompat antara Slamet dan tebing selokan tadi, sehingga dia tertolong. Dia dan
kawan-kawanya menceriterakan peristiwa itu kepada Ayah-Ibu Slamet. Sang Ayah
dengan spontan mengharuskannya memberi makan si Macan (nama anjing tadi Pak Lurah)
itu.
Setelah dewasa, Bapak Slamet Iman Santoso
dikenal sebagai tokoh yang jahil dan sering dinilai aneh. Beliau sendiri
mengibaratkan dirinya Abunawas. Menurutnya, Abunawas itu tokoh penuh akal. Jiwa
Abunawas itu pun banyak menyemangati hidupnya. Dalam buku, Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1985-1986, diceritakan sekali waktu dia melihat mobil
seorang pejabat UI diparkir salah dengan posisi miring di halaman kampus UI. Ia
mengambil kertas dan menulisnya dengan spidol: “Barangsiapa yang parkir mobil
miring, otaknya juga miring”.
Ketika Bung Karno menanyakan pendapatnya
mengenai semboyan “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”, Slamet dengan
tenang menjawab “Nggak, malah saya gantungkan di cantelan baju. Kalau usang kan
bisa diganti.”Suatu ketika, dia menyatakan terheran-heran karena ada orang yang
dipinjami buku, mengembalikan buku itu dengan utuh. “Baru sekarang saya temukan
orang yang saya pinjami buku mengembalikannya dengan utuh,” katanya.
Dia bilang, hanya orang bodoh yang meminjamkan
buku kepada orang lain, dan orang yang mengembalikan buku pinjaman pun adalah
orang gila.Hidupnya yang selalu ceria diwarnai canda memberi andil besar atas
usianya yang lanjut (97 tahun). Padahal dia tak senang olah raga, termasuk olah
raga pagi. Becanda, dia bilang: ”Pagi-pagi itu ‘kan hawanya segar. Kok dipakai
buat berkeringat, lebih baik dipakai untuk tidur.”
Unik bukan beliau ini?
D. Setelah Berbagai Macam Hal yang Beliau Lakukan
Sebagai dokter ahli penyakit saraf dan jiwa, dia
memasang iklan menutup praktek untuk selamanya, 1 Januari 1979. Dia menyadari
dirinya sudah tua. Dia pun mengaku sudah capek.
Pria yang senang berpakaian putih-putih ini
dikenal jujur, jernih, tegas dan konsisten. Prinsip hidupnya tak pernah berubah
sampai akhir hayatnya. Penerima Bintang Mahaputra Utama III (1973) ini, menurut
puteranya Dr Oerip Setiono, meninggal setelah tiga tahun terakhir terbaring di
rumah kediamannya, Jl Cimandiri 26, Jakarta Pusat. Jenazahnya dimakamkan di TPU
Menteng Pulo setelah sebelumnya disemayamkan di aula FKUI Salemba, Jakarta.
Sumber:
1. Basuki, A.M
Heru.2008.Psikologi Umum.Jakarta: Universitas Gunadarma
2. http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi/
^Rujukan
:
-Dakir.
1993. Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
-Muhibbinsyah.
2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
3. https://anggarahetri.wordpress.com/profil-2/biografi-wilhelm-wundt/
4. http://www.psychologymania.net/2010/03/wilhelm-wundt-bapak-penemu-psikologi.html
5. http://belajarpsikologi.com/slamet-iman-santoso-1907-2001-bapak-psikologi-indonesia/
Hai, kali ini saya akan memposting tugas kuliah saya di blog ini.
Tugas:
1. Carilah 5 definisi psikologi menurut para ahli.
2. Carilah biografi 2 ahli di bidang psikologi.
5 definisi psikologi menurut para ahli
1. Wundt
Menurut Wundt (dalam
Devidoff, 1981) psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciousness). Dari batasan ini dapat dikemukakan bahwa dalam
psikologi, keadaan jiwa direfleksikan dalam kesadaran manusia. Unsur kesadaran
merupakan hal yang dipelajari dalam psikologi.
2. Branca
Menurut Branca (1964)
psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia. Hal tersebut
dapat dilihat dari pernyataannya: “When the interest of men turns the action
of human being and when the interest takes the form of accurate observation,
exact descriptions, and experimental study of human behavior, the science of
psychology emerges.” (Branca, 1964:2).
Dapat diartikan dalam
Bahasa Indonesia, kira-kira sebagai berikut: “Ketika rasa berkepentingan seseorang menghasilkan tindakan dan
ketika kepentingan tersebut berbentuk observasi yang akurat, deskripsi yang
tepat dan percobaan pembelajaran perilaku manusia, maka di situlah ilmu
psikologi muncul.”
3. Plotnik
Menurut Plotnik (2005)
psikologi merupakan studi yang sistematik dan ilmiah tentang perilaku dan
proses mental. (Psychology is the systematic, sciencetific study of
behaviours and mental processes.”) (Plotnik:2005:4).
4. Dakir
Pengertian psikologi
menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya
dengan lingkungannya.
5. Muhibbin Syah
Pengertian psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia
baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi
perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan lain sebagainya. Sedangkan tingkah
laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Biografi Ahli Psikologi
1. Wilhelm Wundt
|
Wilhelm
Wundt, Bapak Psikologi Eksperimental.
|
Wilhelm Wundt dilahirkan di Neckarau, Jerman pada tanggal 18
Agustus 1832 dan wafat di Leipzig pada tanggal 31 Agustus 1920. Wilhelm Wundt
dianggap sebagai bapak psikologi modern berkat jasanya mendirikan laboratorium
psikologi modern pertama kali di Leipzig. Ia mula-mula dikenal sebagai seorang
sosiolog, dokter, filsuf dan ahli hukum. Gelar kesarjanaan yang dimilikinya
adalah dari bidang hukum dan kedokteran. Ia dikenal sebagai seorang ilmuan yang
banyak melakukan peelitian, termasuk penelitian tentang proses sensory (suatu
proses yang dikelola oleh panca indera).
A. Penelitian Wundt
Wundt pernah membuat karya tulis yang menjadi salah satu yang
paling penting dalam sejarah psikologi, "Principles of Physiological Psychology" di tahun 1874. Karya tersebut menggunakan
sistem dalam psikologi yang berupaya menyelidiki pengalaman langsung dari
kesadaran, termasuk perasaan, emosi, gagasan, terutama dijelajahi melalui
introspeksi.
Wundt berupaya memahami pikiran manusia dengan mengidentifikasi
elemen pembentuk kesadaran manusia, seperti halnya zat kimia yang bisa dibagi
menjadi berbagai elemen. Dalam hal ini, Wundt menganggap psikologi sebagai
ilmu, seperti halya fisika dan kimia, dengan melihat bahwa kesadaran adalah
kumpulan dari berbagai bagian yang bisa diidentifikasi.
Pada awalnya, Wundt menggolongkan bahwa mind (pikiran) mencakup proses-proses ketidaksadaran/unconciousness sebagai
karakteristik dari soul (jiwa). Metode eksperimen adalah jalan yang digunakan
untuk membawa penelitian tentang pikiran dari level kesadaran (consciousness) kepada proses-proses yang tidak sadar.
Dalam perkembangannya, menurut Wundt, metode eksperimental dalam
psikologi fisiologi sangat kuat untuk menggali elemen-elemen jiwa yang mendasar
(misalnya persepsi, emosi dll). Namun, di atas fenomena-fenomena mendasar ini,
masih ada proses-proses mental yang lebih tinggi (higher mental process) yang menyatukan fenomena dasar tersebut.
Higher mental process ini muncul dalam bentuk kreativitas mental dan menjadi
kekuatan sebuah peradaban dan bersifat abadi, yaitu: bahasa, mitos, custom,
budaya.
Pada tahap ini, Wundt membatasi fungsi jiwa hanya pada tahap
kesadaran. Proses-proses ketidaksadaran tidak lagi menjadi fokus dari study of
the mind.
Fokus studi Wundt dapat dilihat melalui dua karya besarnya, Principles of Physiological Psychology dan Voelkerpsychologie. Dalam karyanya yang berjudul Principles of
Physiological Psychology, Wundt memfokuskan pada hasil-hasil eksperimennya tentang ingatan,
emosi, dan abnormalitas kesadaran.
Kemudian hasil eksperimen Wundt tentang ingatan akan simple ideas, menghasilkan jumlah ide sederhana yang dapat disimpan dalam
ingatan manusia (mind). Faktanya, ide yang bermakna akan lebih diingat daripada
yang muncul secara random, dan karakteristik dari kesadaran manusia bersifat
selektif.
Konsep penting yang muncul adalah apperception yaitu
suatu bentuk operasi mental yang memadukan elemen mental menjadi satu kesatuan
utuh, juga berpengaruh dalam proses mental tinggi seperti analisis dan
judgement.
Studi Wundt tentang emosi dan perasaan menghasilkan pembagian
kutub-kutub emosi ke dalam tiga dimensi:
a. Pleasan vs unpleasant. (kenyamanan vs ketidaknyamanan)
b. High vs low arousal. (tinggi vs rendahnya gairah)
c. Concetrated vs relaxed attention. (perhatian yang terkonsentrasi vs santai)
Walau secara luas dianggap sebagai seorang yang penting dalam
kelahiran dan perkembangan psikologi, sumbangannya terhadap psikologi
kontemporer banyak diperdebatkan oleh para ahli sekarang.
B. Pembuatan Laboratorium
Pada tahun 1875, Wundt pindah ke Leipzig, Jerman, dan pada tahun
1879, ia dan murid-muridnya mendirikan laboratorium psikologi untuk pertama
kalinya di kota tersebut. Berdirinya laboratorium psikologi inilah yang
dianggap sebagai titik tolak berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang
terpisah dari ilmu-ilmu induknya (Ilmu Filsafat dan Ilmu Faal). Sebelum tahun
1879, memang orang sudah mengenal psikologi, namun belum ada orang yang
menyebut dirinya sarjana psikologi. Sarjan-sarjana yang mempelajari psikologi
umumnya adalah para filsuf, ahli ilm faal atau dokter. Wundt sendiri asalnya
adalah seorang dokter, tetapi dengan berdirinya laboratorium psikologinya, ia
tak lagi disebut sebagai dokter atau ahli ilmu faal, karena ia mengadakan
eksperimen-eksperimen dalam bidang psikologi di laboratoriumnya.
Di awal berdirinya laboratorium ini, Wundt membiayainya dari
kantongnya sendiri sebagai sebuah usaha privat. Setelah tahun 1885, lab ini
baru diakui oleh universitas dan secara resmi didanai oleh universitas. Laboratorium
ini berkembang dengan pesat sebelum akhirnya gedung tersebut hancur dalam
Perang Dunia 2.
C. Kegiatan Selanjutnya
Wundt mengabdikan diri selama 46 tahun sisa hidupnya untuk melatih
para psikolog dan menulis lebih dari 54.000 halaman laporan penelitian dan
teori. Buku-buku yang pernah ditulisnya antara lain: "Beitrage Zur Theorie Der Sines
Wahrnemung" (Persepsi yang
Dipengaruhi Kesadaran, 1862), "Grund zuge der
Physiologischen Psychology" (Dasar fisiologis dari Gejala-Gejala Psikologi, 1873) dan "Physiologische Psychologie".
2. Slamet Iman Santoso
Slamet Iman Santoso lahir di Wonosobo, 7
September 1907 dan wafat pada usia 97 tahun pada tanggal 9 November 2004,
meninggalkan 7 anak, 13 cucu dan delapan buyut. Isterinya, Suprapti Sutejo,
sudah terlebih dahulu meninggal pada November 1983.
Slamet Iman Santoso adalah perintis studi
psikologi di Indonesia dan digelari sebagai Bapak Psikologi Indonesia.
Beliau adalah Profesor emeritus (sudah berhenti
dari dinas aktif) Fakultas Psikologi UI. Beliaulah yang merintis dan mendirikan
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Namun, bukan hanya mendirikan
fakultas psikologi di UI, beliau juga ikut mendirikan beberapa universitas
lainnya yaitu Universitas Andalas, Universitas Sriwijaya, Universitas Airlangga
dan Universitas Hasanuddin.
A. Masa kecil
Pemberian namanya, Slamet Iman santoso, terkait
dengan proses kelahirannya. Dia dilahirkan dalam keadaan terbungkus ari-ari.
Ketika itu, semua penduduk desa heran dan membicarakannya. Dia dianggap sebagai
bayi ajaib. Dipercaya bayi yang lahir terbungkus ari-ari itu kelak akan
mempunyai kelebihan. Sangat jarang kelahiran bayi terbungkus.
Saat bayi terbungkus itu lahir, orang-orang yang
melihatnya heran dan bertanya: “Mana bayinya, mana bayinya?” Untunglah tidak
semua penduduk desa panic terheran-heran. Seorang tetangga, Nyonya Tambi,
isteri seorang petani Indo, membantu membukakan bungkus ari-ari yang
membungkusnya. Bayi itupun menangis dan lahir dengan selamat. Maka kata selamat
(menjadi Slamet) dijadikan nama jabang bayi yang baru lahir itu. Dia memang terlahir
dari keluarga berpendidikan pada zamannya.
Ayahnya seorang Asisten Wedana Banjaran. Di
bawah pengasuhan ayahnya, Bapak Slamet menikmati masa kecilnya dengan penanaman
nilai-nilai keramahan, saling tolong-menolong dan gotong-royong.
Bapak Slamet mengecap pendidikan pada jaman
kolonial Belanda di Magelang, mulai dari Europeesche Lagere School (ELS),
Hollandsch Inlandsche School (HIS (1912-1920) dan Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs (MULO (1920-1923). Kemudian melanjut ke MAS-B, Yogyakarta
(1923-1926); Indische Arts, Stovia (1926-1932); dan Geneeskunde School of Arts,
Batavia Sentrum (1932-1934).
Beliau terkesan sangat mengagungkan pendidikan
masa kolonial Belanda itu. Walaupun dia menyadari kondisi pendidikan ketika itu
sangat berbeda disbanding setelah Indonesia merdeka. Beliau mengenang, pada
zamannya bersekolah dulu, sangat diasakan betapa guru sangat begitu
memperhatikan murid dan bersatu dengan orang tua murid. Hal yang sudah jarang
terjadi saat ini.
Masuknya Jepang, menurutnya, memberi andil atas
awut-awutannya pendidikan di negeri ini. Terasa sekali suasana pendidikan zaman
Belanda yang terkesan akrabnya hubungan orang tua-murid-guru, tiba-tiba hilang
lenyap, diganti dengan jaman pendidikan Jepang yang mulai awut-awutan.
Ironisnya, kondisi ini terus berlangsung sampai sekarang. Dia memberi beberapa
bukti. Di antaranya, sekarang ada guru yang mengasih tahu bahan ujian yang akan
diuji kepada murid.
B. Slamet, Psikologi dan Pendidikan
Motivasi mantan Direktur Rumah Sakit Jiwa
Gloegoer, Medan (1937-1938), ini merintis dan mendirikan fakultas psikologi,
karena sebagai psikiater menemukan banyak masalah yang tidak bisa dipecahkan
oleh psikiater.
Dalam bidang profesi kedokteran, dia menerima
penghargaan Wahidin Sodiro Hoesodo dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada
tahun 1989. Sebagai seorang ahli psikologi,tahun 1961, dia memimpin sekitar
lima puluh mahasiswa Fakultas Psikologi UI, mengunjungi penduduk yang terkena
gusuran pembuatan Istana Olahraga Senayan dan dipindahkan ke daerah Tebet dan
Penjaringan. Mereka berdialog dengan penduduk tergusur itu. Kunjungan ini,
menjadi awal pogram mahasiswa turun ke lapangan (masyarakat).
Bidang studi psikologi pun makin menarik
perhatian banyak orang. Masa-masa psikologi mengalami kesulitan (saat psikologi
hanyalah sebuah jurusan dalam lingkungan FKUI), seperti sudah terlupakan. Saat
itu, kata Slamet dalam pidato ketika menerima penghargaan bintang jasa
Mahaputra Utama III (1973), dia merasa ibarat seorang yang sedang berdiri
seorang diri di tepi pasir yang gersang tanpa pedoman untuk melintasinya,
sambil mengajak saudara-saudara mengembangkan disiplin ilmu yang baru ini.
Conny Semiawan, mantan rektor IKIP Jakarta yang
juga murid dan sempat menjadi asisten Slamet Iman dalam menguji mahasiswa,
mengenang Slamet sebagai orang yang sangat tertib, teliti dan juga memiliki
wawasan yang sangat luas, selalu berfikir filosofis meskipun bukan ahli
filsafat. Dalam menguji mahasiswa, Slamet selalu menegaskan jangan menanyakan
apa yang kamu ketahui, tetapi usahakan untuk bertanya apa yang dipahami
mahasiswa. Dengan demikian dialog akan terjadi dan mahasiswa dapat
mengaktualisasikan dirinya.Menurut Conny Semiawan, Slamet adalah tokoh
pendidikan yang berani.
Dia adalah orang pertama mengusulkan perlunya
satu standar bagi semua jenjang pendidikan di Indonesia. Usul yang dia
lontarkan sepanjang tahun 1979-1981 ini membuat heboh dunia pendidikan. Dia
juga orang yang mengkritik keras minimnya gaji guru yang dia sebut dapat
merusak dunia pendidikan. Dia membandingkan gaji guru jaman Belanda yang dua
kali lipat daripada gaji dokter. Sehingga guru tak perlu mencari tambahan dan
dunia pendidikan tidak dicampurbaurkan dengan bisnis. Dia juga mempunyai andil
besar dalam merintis program penerimaan mahasiswa melalui UMPTN.
Ketika itu (1979-1980), Slamet menjadi Ketua
Komisi Pembaruan Pendidikan Nasional (KPPN, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan). Saat itu terjadi booming lulusan SMA yang ingin masuk Perguruan
Tinggi Negeri. Sebagai contoh, UI yang kapasitasnya sekitar 800 mahasiswa tapi
jumlah pendaftar 4000 orang. Maka melalui komite yang diketuainya dibentuklah
satu sistempenerimaan calon mahasiswa yang sejak 1979 sudah berlangsung dengan
nama yang sekian kali berubah mulai dari Skalu, Proyek Perintis, Sipenmaru
(Sistim Penerimaan Mahasiswa Baru) dan UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi
Negeri). Pria yang dikenal terus terang dan sempat menjadi Penjabat Rektor UI,
ini meskipun sudah mengakhiri jabatan sebagai Ketua Komisi Pembaruan Sistem
Pendidikan, 1980, ia masih sempat mengurusi penerimaan calon mahasiswa pada
tahun 1981.
Sudah sangat banyak tokoh pendidikan bekas murid
Guru Besar Fakultas Kedokteran dan Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
(1950-1953) serta mantan Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini. Di
antaranya, Conny Semiawan, Fuad Hassan, Sujudi, Wardiman Djojonegoro, Mahar
Mardjono dan Saparinah Sadli. Para mantan mahasiswanya ini sangat menghormati
dan mengagumi gurunya ini. Mereka mengenangnya sebagai guru yang sangat akrab
dan suka menularkan pengalaman.
Salah satu ucapannya dalam acara peringatan 100
tahun Albert Einstein di ruang Rektorat UI, 1979: ”Ciri orang pandai, hal yang
ruwet bisa disederhanakan, sebaliknya orang bodoh akan meruwetkan soal
sederhana.” Mantan Anggota Dewan Pertimbangan Agung (1968-1973), ini juga
penulis terkemuka. Dia sering menulis kolom di berbagai media dan juga menulis
buku.
Di antara bukunya yang terkenal adalah Sejarah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Sinar Hudaya, Jakarta (1977); The Social
Background For Psychotheraphy in Indonesia; Psychiatry dan Masyarakat;
Kesejahteraan Jiwa; School Health in the Community; Sekolah Sebagai Sumber
Penyakit atau Sumber Kesehatan; Dasar Stadium Generale, Pendidikan Universitas
Atas Dasar Teknik dan Keilmuwan, Dasar-dasar Pokok Pendidikan; dan Pendidikan
Indonesia dari Masa ke Masa yang diterbitkan oleh CV Haji Masagung, Jakarta,
1987.
C. Keunikan Pribadi
Bapak Slamet adalah seorang yang unik.
Dia berulangkali, mengisahkan berbagai
pengalaman masa kecilnya yang yang amat berkesan baginya kepada orang-orang.
Masa kecil dan remaja Bapak Slamet sangat
bahagia. Ia ikut kakeknya di Magelang, Jawa Tengah. Ia terkenal nakal. Saking
nakalnya, dia dijuluki teman-temannya ‘setan alas’. ”Saya senang main ketapel,
berburu anjing dan burung,” katanya, sebagaimana dikutip dalam buku Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1985-1986. Bahkan mengaku sekali-kali mengganggu orang.
Salah satu pengalaman beliau yang sering ia
ceritakan pada orang lain adalah ketika di suatu saat dia dan anak lain sedang
sibuk mencari ucen-ucen, buah tanaman liar yang sangat manis dan biru warnanya.
Eh, tiba-tiba Slamet terpeleset, hampir masuk selokan irigasi.
Namun dia beruntung, karena anjing Pak Lurah
melompat antara Slamet dan tebing selokan tadi, sehingga dia tertolong. Dia dan
kawan-kawanya menceriterakan peristiwa itu kepada Ayah-Ibu Slamet. Sang Ayah
dengan spontan mengharuskannya memberi makan si Macan (nama anjing tadi Pak Lurah)
itu.
Setelah dewasa, Bapak Slamet Iman Santoso
dikenal sebagai tokoh yang jahil dan sering dinilai aneh. Beliau sendiri
mengibaratkan dirinya Abunawas. Menurutnya, Abunawas itu tokoh penuh akal. Jiwa
Abunawas itu pun banyak menyemangati hidupnya. Dalam buku, Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1985-1986, diceritakan sekali waktu dia melihat mobil
seorang pejabat UI diparkir salah dengan posisi miring di halaman kampus UI. Ia
mengambil kertas dan menulisnya dengan spidol: “Barangsiapa yang parkir mobil
miring, otaknya juga miring”.
Ketika Bung Karno menanyakan pendapatnya
mengenai semboyan “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”, Slamet dengan
tenang menjawab “Nggak, malah saya gantungkan di cantelan baju. Kalau usang kan
bisa diganti.”Suatu ketika, dia menyatakan terheran-heran karena ada orang yang
dipinjami buku, mengembalikan buku itu dengan utuh. “Baru sekarang saya temukan
orang yang saya pinjami buku mengembalikannya dengan utuh,” katanya.
Dia bilang, hanya orang bodoh yang meminjamkan
buku kepada orang lain, dan orang yang mengembalikan buku pinjaman pun adalah
orang gila.Hidupnya yang selalu ceria diwarnai canda memberi andil besar atas
usianya yang lanjut (97 tahun). Padahal dia tak senang olah raga, termasuk olah
raga pagi. Becanda, dia bilang: ”Pagi-pagi itu ‘kan hawanya segar. Kok dipakai
buat berkeringat, lebih baik dipakai untuk tidur.”
Unik bukan beliau ini?
D. Setelah Berbagai Macam Hal yang Beliau Lakukan
Sebagai dokter ahli penyakit saraf dan jiwa, dia
memasang iklan menutup praktek untuk selamanya, 1 Januari 1979. Dia menyadari
dirinya sudah tua. Dia pun mengaku sudah capek.
Pria yang senang berpakaian putih-putih ini
dikenal jujur, jernih, tegas dan konsisten. Prinsip hidupnya tak pernah berubah
sampai akhir hayatnya. Penerima Bintang Mahaputra Utama III (1973) ini, menurut
puteranya Dr Oerip Setiono, meninggal setelah tiga tahun terakhir terbaring di
rumah kediamannya, Jl Cimandiri 26, Jakarta Pusat. Jenazahnya dimakamkan di TPU
Menteng Pulo setelah sebelumnya disemayamkan di aula FKUI Salemba, Jakarta.
Sumber:
1. Basuki, A.M
Heru.2008.Psikologi Umum.Jakarta: Universitas Gunadarma
2. http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi/
^Rujukan
:
-Dakir.
1993. Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
-Muhibbinsyah.
2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
3. https://anggarahetri.wordpress.com/profil-2/biografi-wilhelm-wundt/
4. http://www.psychologymania.net/2010/03/wilhelm-wundt-bapak-penemu-psikologi.html
5. http://belajarpsikologi.com/slamet-iman-santoso-1907-2001-bapak-psikologi-indonesia/
Hai, kali ini saya akan memposting tugas kuliah saya di blog ini.
Tugas:
1. Carilah 5 definisi psikologi menurut para ahli.
2. Carilah biografi 2 ahli di bidang psikologi.
5 definisi psikologi menurut para ahli
1. Wundt
Menurut Wundt (dalam
Devidoff, 1981) psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciousness). Dari batasan ini dapat dikemukakan bahwa dalam
psikologi, keadaan jiwa direfleksikan dalam kesadaran manusia. Unsur kesadaran
merupakan hal yang dipelajari dalam psikologi.
2. Branca
Menurut Branca (1964)
psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia. Hal tersebut
dapat dilihat dari pernyataannya: “When the interest of men turns the action
of human being and when the interest takes the form of accurate observation,
exact descriptions, and experimental study of human behavior, the science of
psychology emerges.” (Branca, 1964:2).
Dapat diartikan dalam
Bahasa Indonesia, kira-kira sebagai berikut: “Ketika rasa berkepentingan seseorang menghasilkan tindakan dan
ketika kepentingan tersebut berbentuk observasi yang akurat, deskripsi yang
tepat dan percobaan pembelajaran perilaku manusia, maka di situlah ilmu
psikologi muncul.”
3. Plotnik
Menurut Plotnik (2005)
psikologi merupakan studi yang sistematik dan ilmiah tentang perilaku dan
proses mental. (Psychology is the systematic, sciencetific study of
behaviours and mental processes.”) (Plotnik:2005:4).
4. Dakir
Pengertian psikologi
menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya
dengan lingkungannya.
5. Muhibbin Syah
Pengertian psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia
baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi
perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan lain sebagainya. Sedangkan tingkah
laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Biografi Ahli Psikologi
1. Wilhelm Wundt
|
Wilhelm
Wundt, Bapak Psikologi Eksperimental.
|
Wilhelm Wundt dilahirkan di Neckarau, Jerman pada tanggal 18
Agustus 1832 dan wafat di Leipzig pada tanggal 31 Agustus 1920. Wilhelm Wundt
dianggap sebagai bapak psikologi modern berkat jasanya mendirikan laboratorium
psikologi modern pertama kali di Leipzig. Ia mula-mula dikenal sebagai seorang
sosiolog, dokter, filsuf dan ahli hukum. Gelar kesarjanaan yang dimilikinya
adalah dari bidang hukum dan kedokteran. Ia dikenal sebagai seorang ilmuan yang
banyak melakukan peelitian, termasuk penelitian tentang proses sensory (suatu
proses yang dikelola oleh panca indera).
A. Penelitian Wundt
Wundt pernah membuat karya tulis yang menjadi salah satu yang
paling penting dalam sejarah psikologi, "Principles of Physiological Psychology" di tahun 1874. Karya tersebut menggunakan
sistem dalam psikologi yang berupaya menyelidiki pengalaman langsung dari
kesadaran, termasuk perasaan, emosi, gagasan, terutama dijelajahi melalui
introspeksi.
Wundt berupaya memahami pikiran manusia dengan mengidentifikasi
elemen pembentuk kesadaran manusia, seperti halnya zat kimia yang bisa dibagi
menjadi berbagai elemen. Dalam hal ini, Wundt menganggap psikologi sebagai
ilmu, seperti halya fisika dan kimia, dengan melihat bahwa kesadaran adalah
kumpulan dari berbagai bagian yang bisa diidentifikasi.
Pada awalnya, Wundt menggolongkan bahwa mind (pikiran) mencakup proses-proses ketidaksadaran/unconciousness sebagai
karakteristik dari soul (jiwa). Metode eksperimen adalah jalan yang digunakan
untuk membawa penelitian tentang pikiran dari level kesadaran (consciousness) kepada proses-proses yang tidak sadar.
Dalam perkembangannya, menurut Wundt, metode eksperimental dalam
psikologi fisiologi sangat kuat untuk menggali elemen-elemen jiwa yang mendasar
(misalnya persepsi, emosi dll). Namun, di atas fenomena-fenomena mendasar ini,
masih ada proses-proses mental yang lebih tinggi (higher mental process) yang menyatukan fenomena dasar tersebut.
Higher mental process ini muncul dalam bentuk kreativitas mental dan menjadi
kekuatan sebuah peradaban dan bersifat abadi, yaitu: bahasa, mitos, custom,
budaya.
Pada tahap ini, Wundt membatasi fungsi jiwa hanya pada tahap
kesadaran. Proses-proses ketidaksadaran tidak lagi menjadi fokus dari study of
the mind.
Fokus studi Wundt dapat dilihat melalui dua karya besarnya, Principles of Physiological Psychology dan Voelkerpsychologie. Dalam karyanya yang berjudul Principles of
Physiological Psychology, Wundt memfokuskan pada hasil-hasil eksperimennya tentang ingatan,
emosi, dan abnormalitas kesadaran.
Kemudian hasil eksperimen Wundt tentang ingatan akan simple ideas, menghasilkan jumlah ide sederhana yang dapat disimpan dalam
ingatan manusia (mind). Faktanya, ide yang bermakna akan lebih diingat daripada
yang muncul secara random, dan karakteristik dari kesadaran manusia bersifat
selektif.
Konsep penting yang muncul adalah apperception yaitu
suatu bentuk operasi mental yang memadukan elemen mental menjadi satu kesatuan
utuh, juga berpengaruh dalam proses mental tinggi seperti analisis dan
judgement.
Studi Wundt tentang emosi dan perasaan menghasilkan pembagian
kutub-kutub emosi ke dalam tiga dimensi:
a. Pleasan vs unpleasant. (kenyamanan vs ketidaknyamanan)
b. High vs low arousal. (tinggi vs rendahnya gairah)
c. Concetrated vs relaxed attention. (perhatian yang terkonsentrasi vs santai)
Walau secara luas dianggap sebagai seorang yang penting dalam
kelahiran dan perkembangan psikologi, sumbangannya terhadap psikologi
kontemporer banyak diperdebatkan oleh para ahli sekarang.
B. Pembuatan Laboratorium
Pada tahun 1875, Wundt pindah ke Leipzig, Jerman, dan pada tahun
1879, ia dan murid-muridnya mendirikan laboratorium psikologi untuk pertama
kalinya di kota tersebut. Berdirinya laboratorium psikologi inilah yang
dianggap sebagai titik tolak berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang
terpisah dari ilmu-ilmu induknya (Ilmu Filsafat dan Ilmu Faal). Sebelum tahun
1879, memang orang sudah mengenal psikologi, namun belum ada orang yang
menyebut dirinya sarjana psikologi. Sarjan-sarjana yang mempelajari psikologi
umumnya adalah para filsuf, ahli ilm faal atau dokter. Wundt sendiri asalnya
adalah seorang dokter, tetapi dengan berdirinya laboratorium psikologinya, ia
tak lagi disebut sebagai dokter atau ahli ilmu faal, karena ia mengadakan
eksperimen-eksperimen dalam bidang psikologi di laboratoriumnya.
Di awal berdirinya laboratorium ini, Wundt membiayainya dari
kantongnya sendiri sebagai sebuah usaha privat. Setelah tahun 1885, lab ini
baru diakui oleh universitas dan secara resmi didanai oleh universitas. Laboratorium
ini berkembang dengan pesat sebelum akhirnya gedung tersebut hancur dalam
Perang Dunia 2.
C. Kegiatan Selanjutnya
Wundt mengabdikan diri selama 46 tahun sisa hidupnya untuk melatih
para psikolog dan menulis lebih dari 54.000 halaman laporan penelitian dan
teori. Buku-buku yang pernah ditulisnya antara lain: "Beitrage Zur Theorie Der Sines
Wahrnemung" (Persepsi yang
Dipengaruhi Kesadaran, 1862), "Grund zuge der
Physiologischen Psychology" (Dasar fisiologis dari Gejala-Gejala Psikologi, 1873) dan "Physiologische Psychologie".
2. Slamet Iman Santoso
Slamet Iman Santoso lahir di Wonosobo, 7
September 1907 dan wafat pada usia 97 tahun pada tanggal 9 November 2004,
meninggalkan 7 anak, 13 cucu dan delapan buyut. Isterinya, Suprapti Sutejo,
sudah terlebih dahulu meninggal pada November 1983.
Slamet Iman Santoso adalah perintis studi
psikologi di Indonesia dan digelari sebagai Bapak Psikologi Indonesia.
Beliau adalah Profesor emeritus (sudah berhenti
dari dinas aktif) Fakultas Psikologi UI. Beliaulah yang merintis dan mendirikan
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Namun, bukan hanya mendirikan
fakultas psikologi di UI, beliau juga ikut mendirikan beberapa universitas
lainnya yaitu Universitas Andalas, Universitas Sriwijaya, Universitas Airlangga
dan Universitas Hasanuddin.
A. Masa kecil
Pemberian namanya, Slamet Iman santoso, terkait
dengan proses kelahirannya. Dia dilahirkan dalam keadaan terbungkus ari-ari.
Ketika itu, semua penduduk desa heran dan membicarakannya. Dia dianggap sebagai
bayi ajaib. Dipercaya bayi yang lahir terbungkus ari-ari itu kelak akan
mempunyai kelebihan. Sangat jarang kelahiran bayi terbungkus.
Saat bayi terbungkus itu lahir, orang-orang yang
melihatnya heran dan bertanya: “Mana bayinya, mana bayinya?” Untunglah tidak
semua penduduk desa panic terheran-heran. Seorang tetangga, Nyonya Tambi,
isteri seorang petani Indo, membantu membukakan bungkus ari-ari yang
membungkusnya. Bayi itupun menangis dan lahir dengan selamat. Maka kata selamat
(menjadi Slamet) dijadikan nama jabang bayi yang baru lahir itu. Dia memang terlahir
dari keluarga berpendidikan pada zamannya.
Ayahnya seorang Asisten Wedana Banjaran. Di
bawah pengasuhan ayahnya, Bapak Slamet menikmati masa kecilnya dengan penanaman
nilai-nilai keramahan, saling tolong-menolong dan gotong-royong.
Bapak Slamet mengecap pendidikan pada jaman
kolonial Belanda di Magelang, mulai dari Europeesche Lagere School (ELS),
Hollandsch Inlandsche School (HIS (1912-1920) dan Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs (MULO (1920-1923). Kemudian melanjut ke MAS-B, Yogyakarta
(1923-1926); Indische Arts, Stovia (1926-1932); dan Geneeskunde School of Arts,
Batavia Sentrum (1932-1934).
Beliau terkesan sangat mengagungkan pendidikan
masa kolonial Belanda itu. Walaupun dia menyadari kondisi pendidikan ketika itu
sangat berbeda disbanding setelah Indonesia merdeka. Beliau mengenang, pada
zamannya bersekolah dulu, sangat diasakan betapa guru sangat begitu
memperhatikan murid dan bersatu dengan orang tua murid. Hal yang sudah jarang
terjadi saat ini.
Masuknya Jepang, menurutnya, memberi andil atas
awut-awutannya pendidikan di negeri ini. Terasa sekali suasana pendidikan zaman
Belanda yang terkesan akrabnya hubungan orang tua-murid-guru, tiba-tiba hilang
lenyap, diganti dengan jaman pendidikan Jepang yang mulai awut-awutan.
Ironisnya, kondisi ini terus berlangsung sampai sekarang. Dia memberi beberapa
bukti. Di antaranya, sekarang ada guru yang mengasih tahu bahan ujian yang akan
diuji kepada murid.
B. Slamet, Psikologi dan Pendidikan
Motivasi mantan Direktur Rumah Sakit Jiwa
Gloegoer, Medan (1937-1938), ini merintis dan mendirikan fakultas psikologi,
karena sebagai psikiater menemukan banyak masalah yang tidak bisa dipecahkan
oleh psikiater.
Dalam bidang profesi kedokteran, dia menerima
penghargaan Wahidin Sodiro Hoesodo dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada
tahun 1989. Sebagai seorang ahli psikologi,tahun 1961, dia memimpin sekitar
lima puluh mahasiswa Fakultas Psikologi UI, mengunjungi penduduk yang terkena
gusuran pembuatan Istana Olahraga Senayan dan dipindahkan ke daerah Tebet dan
Penjaringan. Mereka berdialog dengan penduduk tergusur itu. Kunjungan ini,
menjadi awal pogram mahasiswa turun ke lapangan (masyarakat).
Bidang studi psikologi pun makin menarik
perhatian banyak orang. Masa-masa psikologi mengalami kesulitan (saat psikologi
hanyalah sebuah jurusan dalam lingkungan FKUI), seperti sudah terlupakan. Saat
itu, kata Slamet dalam pidato ketika menerima penghargaan bintang jasa
Mahaputra Utama III (1973), dia merasa ibarat seorang yang sedang berdiri
seorang diri di tepi pasir yang gersang tanpa pedoman untuk melintasinya,
sambil mengajak saudara-saudara mengembangkan disiplin ilmu yang baru ini.
Conny Semiawan, mantan rektor IKIP Jakarta yang
juga murid dan sempat menjadi asisten Slamet Iman dalam menguji mahasiswa,
mengenang Slamet sebagai orang yang sangat tertib, teliti dan juga memiliki
wawasan yang sangat luas, selalu berfikir filosofis meskipun bukan ahli
filsafat. Dalam menguji mahasiswa, Slamet selalu menegaskan jangan menanyakan
apa yang kamu ketahui, tetapi usahakan untuk bertanya apa yang dipahami
mahasiswa. Dengan demikian dialog akan terjadi dan mahasiswa dapat
mengaktualisasikan dirinya.Menurut Conny Semiawan, Slamet adalah tokoh
pendidikan yang berani.
Dia adalah orang pertama mengusulkan perlunya
satu standar bagi semua jenjang pendidikan di Indonesia. Usul yang dia
lontarkan sepanjang tahun 1979-1981 ini membuat heboh dunia pendidikan. Dia
juga orang yang mengkritik keras minimnya gaji guru yang dia sebut dapat
merusak dunia pendidikan. Dia membandingkan gaji guru jaman Belanda yang dua
kali lipat daripada gaji dokter. Sehingga guru tak perlu mencari tambahan dan
dunia pendidikan tidak dicampurbaurkan dengan bisnis. Dia juga mempunyai andil
besar dalam merintis program penerimaan mahasiswa melalui UMPTN.
Ketika itu (1979-1980), Slamet menjadi Ketua
Komisi Pembaruan Pendidikan Nasional (KPPN, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan). Saat itu terjadi booming lulusan SMA yang ingin masuk Perguruan
Tinggi Negeri. Sebagai contoh, UI yang kapasitasnya sekitar 800 mahasiswa tapi
jumlah pendaftar 4000 orang. Maka melalui komite yang diketuainya dibentuklah
satu sistempenerimaan calon mahasiswa yang sejak 1979 sudah berlangsung dengan
nama yang sekian kali berubah mulai dari Skalu, Proyek Perintis, Sipenmaru
(Sistim Penerimaan Mahasiswa Baru) dan UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi
Negeri). Pria yang dikenal terus terang dan sempat menjadi Penjabat Rektor UI,
ini meskipun sudah mengakhiri jabatan sebagai Ketua Komisi Pembaruan Sistem
Pendidikan, 1980, ia masih sempat mengurusi penerimaan calon mahasiswa pada
tahun 1981.
Sudah sangat banyak tokoh pendidikan bekas murid
Guru Besar Fakultas Kedokteran dan Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
(1950-1953) serta mantan Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini. Di
antaranya, Conny Semiawan, Fuad Hassan, Sujudi, Wardiman Djojonegoro, Mahar
Mardjono dan Saparinah Sadli. Para mantan mahasiswanya ini sangat menghormati
dan mengagumi gurunya ini. Mereka mengenangnya sebagai guru yang sangat akrab
dan suka menularkan pengalaman.
Salah satu ucapannya dalam acara peringatan 100
tahun Albert Einstein di ruang Rektorat UI, 1979: ”Ciri orang pandai, hal yang
ruwet bisa disederhanakan, sebaliknya orang bodoh akan meruwetkan soal
sederhana.” Mantan Anggota Dewan Pertimbangan Agung (1968-1973), ini juga
penulis terkemuka. Dia sering menulis kolom di berbagai media dan juga menulis
buku.
Di antara bukunya yang terkenal adalah Sejarah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Sinar Hudaya, Jakarta (1977); The Social
Background For Psychotheraphy in Indonesia; Psychiatry dan Masyarakat;
Kesejahteraan Jiwa; School Health in the Community; Sekolah Sebagai Sumber
Penyakit atau Sumber Kesehatan; Dasar Stadium Generale, Pendidikan Universitas
Atas Dasar Teknik dan Keilmuwan, Dasar-dasar Pokok Pendidikan; dan Pendidikan
Indonesia dari Masa ke Masa yang diterbitkan oleh CV Haji Masagung, Jakarta,
1987.
C. Keunikan Pribadi
Bapak Slamet adalah seorang yang unik.
Dia berulangkali, mengisahkan berbagai
pengalaman masa kecilnya yang yang amat berkesan baginya kepada orang-orang.
Masa kecil dan remaja Bapak Slamet sangat
bahagia. Ia ikut kakeknya di Magelang, Jawa Tengah. Ia terkenal nakal. Saking
nakalnya, dia dijuluki teman-temannya ‘setan alas’. ”Saya senang main ketapel,
berburu anjing dan burung,” katanya, sebagaimana dikutip dalam buku Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1985-1986. Bahkan mengaku sekali-kali mengganggu orang.
Salah satu pengalaman beliau yang sering ia
ceritakan pada orang lain adalah ketika di suatu saat dia dan anak lain sedang
sibuk mencari ucen-ucen, buah tanaman liar yang sangat manis dan biru warnanya.
Eh, tiba-tiba Slamet terpeleset, hampir masuk selokan irigasi.
Namun dia beruntung, karena anjing Pak Lurah
melompat antara Slamet dan tebing selokan tadi, sehingga dia tertolong. Dia dan
kawan-kawanya menceriterakan peristiwa itu kepada Ayah-Ibu Slamet. Sang Ayah
dengan spontan mengharuskannya memberi makan si Macan (nama anjing tadi Pak Lurah)
itu.
Setelah dewasa, Bapak Slamet Iman Santoso
dikenal sebagai tokoh yang jahil dan sering dinilai aneh. Beliau sendiri
mengibaratkan dirinya Abunawas. Menurutnya, Abunawas itu tokoh penuh akal. Jiwa
Abunawas itu pun banyak menyemangati hidupnya. Dalam buku, Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1985-1986, diceritakan sekali waktu dia melihat mobil
seorang pejabat UI diparkir salah dengan posisi miring di halaman kampus UI. Ia
mengambil kertas dan menulisnya dengan spidol: “Barangsiapa yang parkir mobil
miring, otaknya juga miring”.
Ketika Bung Karno menanyakan pendapatnya
mengenai semboyan “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”, Slamet dengan
tenang menjawab “Nggak, malah saya gantungkan di cantelan baju. Kalau usang kan
bisa diganti.”Suatu ketika, dia menyatakan terheran-heran karena ada orang yang
dipinjami buku, mengembalikan buku itu dengan utuh. “Baru sekarang saya temukan
orang yang saya pinjami buku mengembalikannya dengan utuh,” katanya.
Dia bilang, hanya orang bodoh yang meminjamkan
buku kepada orang lain, dan orang yang mengembalikan buku pinjaman pun adalah
orang gila.Hidupnya yang selalu ceria diwarnai canda memberi andil besar atas
usianya yang lanjut (97 tahun). Padahal dia tak senang olah raga, termasuk olah
raga pagi. Becanda, dia bilang: ”Pagi-pagi itu ‘kan hawanya segar. Kok dipakai
buat berkeringat, lebih baik dipakai untuk tidur.”
Unik bukan beliau ini?
D. Setelah Berbagai Macam Hal yang Beliau Lakukan
Sebagai dokter ahli penyakit saraf dan jiwa, dia
memasang iklan menutup praktek untuk selamanya, 1 Januari 1979. Dia menyadari
dirinya sudah tua. Dia pun mengaku sudah capek.
Pria yang senang berpakaian putih-putih ini
dikenal jujur, jernih, tegas dan konsisten. Prinsip hidupnya tak pernah berubah
sampai akhir hayatnya. Penerima Bintang Mahaputra Utama III (1973) ini, menurut
puteranya Dr Oerip Setiono, meninggal setelah tiga tahun terakhir terbaring di
rumah kediamannya, Jl Cimandiri 26, Jakarta Pusat. Jenazahnya dimakamkan di TPU
Menteng Pulo setelah sebelumnya disemayamkan di aula FKUI Salemba, Jakarta.
Sumber:
1. Basuki, A.M
Heru.2008.Psikologi Umum.Jakarta: Universitas Gunadarma
2. http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi/
^Rujukan
:
-Dakir.
1993. Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
-Muhibbinsyah.
2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
3. https://anggarahetri.wordpress.com/profil-2/biografi-wilhelm-wundt/
4. http://www.psychologymania.net/2010/03/wilhelm-wundt-bapak-penemu-psikologi.html
5. http://belajarpsikologi.com/slamet-iman-santoso-1907-2001-bapak-psikologi-indonesia/
Hai, kali ini saya akan memposting tugas kuliah saya di blog ini.
Tugas:
1. Carilah 5 definisi psikologi menurut para ahli.
2. Carilah biografi 2 ahli di bidang psikologi.
5 definisi psikologi menurut para ahli
1. Wundt
Menurut Wundt (dalam
Devidoff, 1981) psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciousness). Dari batasan ini dapat dikemukakan bahwa dalam
psikologi, keadaan jiwa direfleksikan dalam kesadaran manusia. Unsur kesadaran
merupakan hal yang dipelajari dalam psikologi.
2. Branca
Menurut Branca (1964)
psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia. Hal tersebut
dapat dilihat dari pernyataannya: “When the interest of men turns the action
of human being and when the interest takes the form of accurate observation,
exact descriptions, and experimental study of human behavior, the science of
psychology emerges.” (Branca, 1964:2).
Dapat diartikan dalam
Bahasa Indonesia, kira-kira sebagai berikut: “Ketika rasa berkepentingan seseorang menghasilkan tindakan dan
ketika kepentingan tersebut berbentuk observasi yang akurat, deskripsi yang
tepat dan percobaan pembelajaran perilaku manusia, maka di situlah ilmu
psikologi muncul.”
3. Plotnik
Menurut Plotnik (2005)
psikologi merupakan studi yang sistematik dan ilmiah tentang perilaku dan
proses mental. (Psychology is the systematic, sciencetific study of
behaviours and mental processes.”) (Plotnik:2005:4).
4. Dakir
Pengertian psikologi
menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya
dengan lingkungannya.
5. Muhibbin Syah
Pengertian psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia
baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi
perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan lain sebagainya. Sedangkan tingkah
laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Biografi Ahli Psikologi
1. Wilhelm Wundt
|
Wilhelm
Wundt, Bapak Psikologi Eksperimental.
|
Wilhelm Wundt dilahirkan di Neckarau, Jerman pada tanggal 18
Agustus 1832 dan wafat di Leipzig pada tanggal 31 Agustus 1920. Wilhelm Wundt
dianggap sebagai bapak psikologi modern berkat jasanya mendirikan laboratorium
psikologi modern pertama kali di Leipzig. Ia mula-mula dikenal sebagai seorang
sosiolog, dokter, filsuf dan ahli hukum. Gelar kesarjanaan yang dimilikinya
adalah dari bidang hukum dan kedokteran. Ia dikenal sebagai seorang ilmuan yang
banyak melakukan peelitian, termasuk penelitian tentang proses sensory (suatu
proses yang dikelola oleh panca indera).
A. Penelitian Wundt
Wundt pernah membuat karya tulis yang menjadi salah satu yang
paling penting dalam sejarah psikologi, "Principles of Physiological Psychology" di tahun 1874. Karya tersebut menggunakan
sistem dalam psikologi yang berupaya menyelidiki pengalaman langsung dari
kesadaran, termasuk perasaan, emosi, gagasan, terutama dijelajahi melalui
introspeksi.
Wundt berupaya memahami pikiran manusia dengan mengidentifikasi
elemen pembentuk kesadaran manusia, seperti halnya zat kimia yang bisa dibagi
menjadi berbagai elemen. Dalam hal ini, Wundt menganggap psikologi sebagai
ilmu, seperti halya fisika dan kimia, dengan melihat bahwa kesadaran adalah
kumpulan dari berbagai bagian yang bisa diidentifikasi.
Pada awalnya, Wundt menggolongkan bahwa mind (pikiran) mencakup proses-proses ketidaksadaran/unconciousness sebagai
karakteristik dari soul (jiwa). Metode eksperimen adalah jalan yang digunakan
untuk membawa penelitian tentang pikiran dari level kesadaran (consciousness) kepada proses-proses yang tidak sadar.
Dalam perkembangannya, menurut Wundt, metode eksperimental dalam
psikologi fisiologi sangat kuat untuk menggali elemen-elemen jiwa yang mendasar
(misalnya persepsi, emosi dll). Namun, di atas fenomena-fenomena mendasar ini,
masih ada proses-proses mental yang lebih tinggi (higher mental process) yang menyatukan fenomena dasar tersebut.
Higher mental process ini muncul dalam bentuk kreativitas mental dan menjadi
kekuatan sebuah peradaban dan bersifat abadi, yaitu: bahasa, mitos, custom,
budaya.
Pada tahap ini, Wundt membatasi fungsi jiwa hanya pada tahap
kesadaran. Proses-proses ketidaksadaran tidak lagi menjadi fokus dari study of
the mind.
Fokus studi Wundt dapat dilihat melalui dua karya besarnya, Principles of Physiological Psychology dan Voelkerpsychologie. Dalam karyanya yang berjudul Principles of
Physiological Psychology, Wundt memfokuskan pada hasil-hasil eksperimennya tentang ingatan,
emosi, dan abnormalitas kesadaran.
Kemudian hasil eksperimen Wundt tentang ingatan akan simple ideas, menghasilkan jumlah ide sederhana yang dapat disimpan dalam
ingatan manusia (mind). Faktanya, ide yang bermakna akan lebih diingat daripada
yang muncul secara random, dan karakteristik dari kesadaran manusia bersifat
selektif.
Konsep penting yang muncul adalah apperception yaitu
suatu bentuk operasi mental yang memadukan elemen mental menjadi satu kesatuan
utuh, juga berpengaruh dalam proses mental tinggi seperti analisis dan
judgement.
Studi Wundt tentang emosi dan perasaan menghasilkan pembagian
kutub-kutub emosi ke dalam tiga dimensi:
a. Pleasan vs unpleasant. (kenyamanan vs ketidaknyamanan)
b. High vs low arousal. (tinggi vs rendahnya gairah)
c. Concetrated vs relaxed attention. (perhatian yang terkonsentrasi vs santai)
Walau secara luas dianggap sebagai seorang yang penting dalam
kelahiran dan perkembangan psikologi, sumbangannya terhadap psikologi
kontemporer banyak diperdebatkan oleh para ahli sekarang.
B. Pembuatan Laboratorium
Pada tahun 1875, Wundt pindah ke Leipzig, Jerman, dan pada tahun
1879, ia dan murid-muridnya mendirikan laboratorium psikologi untuk pertama
kalinya di kota tersebut. Berdirinya laboratorium psikologi inilah yang
dianggap sebagai titik tolak berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang
terpisah dari ilmu-ilmu induknya (Ilmu Filsafat dan Ilmu Faal). Sebelum tahun
1879, memang orang sudah mengenal psikologi, namun belum ada orang yang
menyebut dirinya sarjana psikologi. Sarjan-sarjana yang mempelajari psikologi
umumnya adalah para filsuf, ahli ilm faal atau dokter. Wundt sendiri asalnya
adalah seorang dokter, tetapi dengan berdirinya laboratorium psikologinya, ia
tak lagi disebut sebagai dokter atau ahli ilmu faal, karena ia mengadakan
eksperimen-eksperimen dalam bidang psikologi di laboratoriumnya.
Di awal berdirinya laboratorium ini, Wundt membiayainya dari
kantongnya sendiri sebagai sebuah usaha privat. Setelah tahun 1885, lab ini
baru diakui oleh universitas dan secara resmi didanai oleh universitas. Laboratorium
ini berkembang dengan pesat sebelum akhirnya gedung tersebut hancur dalam
Perang Dunia 2.
C. Kegiatan Selanjutnya
Wundt mengabdikan diri selama 46 tahun sisa hidupnya untuk melatih
para psikolog dan menulis lebih dari 54.000 halaman laporan penelitian dan
teori. Buku-buku yang pernah ditulisnya antara lain: "Beitrage Zur Theorie Der Sines
Wahrnemung" (Persepsi yang
Dipengaruhi Kesadaran, 1862), "Grund zuge der
Physiologischen Psychology" (Dasar fisiologis dari Gejala-Gejala Psikologi, 1873) dan "Physiologische Psychologie".
2. Slamet Iman Santoso
Slamet Iman Santoso lahir di Wonosobo, 7
September 1907 dan wafat pada usia 97 tahun pada tanggal 9 November 2004,
meninggalkan 7 anak, 13 cucu dan delapan buyut. Isterinya, Suprapti Sutejo,
sudah terlebih dahulu meninggal pada November 1983.
Slamet Iman Santoso adalah perintis studi
psikologi di Indonesia dan digelari sebagai Bapak Psikologi Indonesia.
Beliau adalah Profesor emeritus (sudah berhenti
dari dinas aktif) Fakultas Psikologi UI. Beliaulah yang merintis dan mendirikan
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Namun, bukan hanya mendirikan
fakultas psikologi di UI, beliau juga ikut mendirikan beberapa universitas
lainnya yaitu Universitas Andalas, Universitas Sriwijaya, Universitas Airlangga
dan Universitas Hasanuddin.
A. Masa kecil
Pemberian namanya, Slamet Iman santoso, terkait
dengan proses kelahirannya. Dia dilahirkan dalam keadaan terbungkus ari-ari.
Ketika itu, semua penduduk desa heran dan membicarakannya. Dia dianggap sebagai
bayi ajaib. Dipercaya bayi yang lahir terbungkus ari-ari itu kelak akan
mempunyai kelebihan. Sangat jarang kelahiran bayi terbungkus.
Saat bayi terbungkus itu lahir, orang-orang yang
melihatnya heran dan bertanya: “Mana bayinya, mana bayinya?” Untunglah tidak
semua penduduk desa panic terheran-heran. Seorang tetangga, Nyonya Tambi,
isteri seorang petani Indo, membantu membukakan bungkus ari-ari yang
membungkusnya. Bayi itupun menangis dan lahir dengan selamat. Maka kata selamat
(menjadi Slamet) dijadikan nama jabang bayi yang baru lahir itu. Dia memang terlahir
dari keluarga berpendidikan pada zamannya.
Ayahnya seorang Asisten Wedana Banjaran. Di
bawah pengasuhan ayahnya, Bapak Slamet menikmati masa kecilnya dengan penanaman
nilai-nilai keramahan, saling tolong-menolong dan gotong-royong.
Bapak Slamet mengecap pendidikan pada jaman
kolonial Belanda di Magelang, mulai dari Europeesche Lagere School (ELS),
Hollandsch Inlandsche School (HIS (1912-1920) dan Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs (MULO (1920-1923). Kemudian melanjut ke MAS-B, Yogyakarta
(1923-1926); Indische Arts, Stovia (1926-1932); dan Geneeskunde School of Arts,
Batavia Sentrum (1932-1934).
Beliau terkesan sangat mengagungkan pendidikan
masa kolonial Belanda itu. Walaupun dia menyadari kondisi pendidikan ketika itu
sangat berbeda disbanding setelah Indonesia merdeka. Beliau mengenang, pada
zamannya bersekolah dulu, sangat diasakan betapa guru sangat begitu
memperhatikan murid dan bersatu dengan orang tua murid. Hal yang sudah jarang
terjadi saat ini.
Masuknya Jepang, menurutnya, memberi andil atas
awut-awutannya pendidikan di negeri ini. Terasa sekali suasana pendidikan zaman
Belanda yang terkesan akrabnya hubungan orang tua-murid-guru, tiba-tiba hilang
lenyap, diganti dengan jaman pendidikan Jepang yang mulai awut-awutan.
Ironisnya, kondisi ini terus berlangsung sampai sekarang. Dia memberi beberapa
bukti. Di antaranya, sekarang ada guru yang mengasih tahu bahan ujian yang akan
diuji kepada murid.
B. Slamet, Psikologi dan Pendidikan
Motivasi mantan Direktur Rumah Sakit Jiwa
Gloegoer, Medan (1937-1938), ini merintis dan mendirikan fakultas psikologi,
karena sebagai psikiater menemukan banyak masalah yang tidak bisa dipecahkan
oleh psikiater.
Dalam bidang profesi kedokteran, dia menerima
penghargaan Wahidin Sodiro Hoesodo dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada
tahun 1989. Sebagai seorang ahli psikologi,tahun 1961, dia memimpin sekitar
lima puluh mahasiswa Fakultas Psikologi UI, mengunjungi penduduk yang terkena
gusuran pembuatan Istana Olahraga Senayan dan dipindahkan ke daerah Tebet dan
Penjaringan. Mereka berdialog dengan penduduk tergusur itu. Kunjungan ini,
menjadi awal pogram mahasiswa turun ke lapangan (masyarakat).
Bidang studi psikologi pun makin menarik
perhatian banyak orang. Masa-masa psikologi mengalami kesulitan (saat psikologi
hanyalah sebuah jurusan dalam lingkungan FKUI), seperti sudah terlupakan. Saat
itu, kata Slamet dalam pidato ketika menerima penghargaan bintang jasa
Mahaputra Utama III (1973), dia merasa ibarat seorang yang sedang berdiri
seorang diri di tepi pasir yang gersang tanpa pedoman untuk melintasinya,
sambil mengajak saudara-saudara mengembangkan disiplin ilmu yang baru ini.
Conny Semiawan, mantan rektor IKIP Jakarta yang
juga murid dan sempat menjadi asisten Slamet Iman dalam menguji mahasiswa,
mengenang Slamet sebagai orang yang sangat tertib, teliti dan juga memiliki
wawasan yang sangat luas, selalu berfikir filosofis meskipun bukan ahli
filsafat. Dalam menguji mahasiswa, Slamet selalu menegaskan jangan menanyakan
apa yang kamu ketahui, tetapi usahakan untuk bertanya apa yang dipahami
mahasiswa. Dengan demikian dialog akan terjadi dan mahasiswa dapat
mengaktualisasikan dirinya.Menurut Conny Semiawan, Slamet adalah tokoh
pendidikan yang berani.
Dia adalah orang pertama mengusulkan perlunya
satu standar bagi semua jenjang pendidikan di Indonesia. Usul yang dia
lontarkan sepanjang tahun 1979-1981 ini membuat heboh dunia pendidikan. Dia
juga orang yang mengkritik keras minimnya gaji guru yang dia sebut dapat
merusak dunia pendidikan. Dia membandingkan gaji guru jaman Belanda yang dua
kali lipat daripada gaji dokter. Sehingga guru tak perlu mencari tambahan dan
dunia pendidikan tidak dicampurbaurkan dengan bisnis. Dia juga mempunyai andil
besar dalam merintis program penerimaan mahasiswa melalui UMPTN.
Ketika itu (1979-1980), Slamet menjadi Ketua
Komisi Pembaruan Pendidikan Nasional (KPPN, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan). Saat itu terjadi booming lulusan SMA yang ingin masuk Perguruan
Tinggi Negeri. Sebagai contoh, UI yang kapasitasnya sekitar 800 mahasiswa tapi
jumlah pendaftar 4000 orang. Maka melalui komite yang diketuainya dibentuklah
satu sistempenerimaan calon mahasiswa yang sejak 1979 sudah berlangsung dengan
nama yang sekian kali berubah mulai dari Skalu, Proyek Perintis, Sipenmaru
(Sistim Penerimaan Mahasiswa Baru) dan UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi
Negeri). Pria yang dikenal terus terang dan sempat menjadi Penjabat Rektor UI,
ini meskipun sudah mengakhiri jabatan sebagai Ketua Komisi Pembaruan Sistem
Pendidikan, 1980, ia masih sempat mengurusi penerimaan calon mahasiswa pada
tahun 1981.
Sudah sangat banyak tokoh pendidikan bekas murid
Guru Besar Fakultas Kedokteran dan Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
(1950-1953) serta mantan Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini. Di
antaranya, Conny Semiawan, Fuad Hassan, Sujudi, Wardiman Djojonegoro, Mahar
Mardjono dan Saparinah Sadli. Para mantan mahasiswanya ini sangat menghormati
dan mengagumi gurunya ini. Mereka mengenangnya sebagai guru yang sangat akrab
dan suka menularkan pengalaman.
Salah satu ucapannya dalam acara peringatan 100
tahun Albert Einstein di ruang Rektorat UI, 1979: ”Ciri orang pandai, hal yang
ruwet bisa disederhanakan, sebaliknya orang bodoh akan meruwetkan soal
sederhana.” Mantan Anggota Dewan Pertimbangan Agung (1968-1973), ini juga
penulis terkemuka. Dia sering menulis kolom di berbagai media dan juga menulis
buku.
Di antara bukunya yang terkenal adalah Sejarah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Sinar Hudaya, Jakarta (1977); The Social
Background For Psychotheraphy in Indonesia; Psychiatry dan Masyarakat;
Kesejahteraan Jiwa; School Health in the Community; Sekolah Sebagai Sumber
Penyakit atau Sumber Kesehatan; Dasar Stadium Generale, Pendidikan Universitas
Atas Dasar Teknik dan Keilmuwan, Dasar-dasar Pokok Pendidikan; dan Pendidikan
Indonesia dari Masa ke Masa yang diterbitkan oleh CV Haji Masagung, Jakarta,
1987.
C. Keunikan Pribadi
Bapak Slamet adalah seorang yang unik.
Dia berulangkali, mengisahkan berbagai
pengalaman masa kecilnya yang yang amat berkesan baginya kepada orang-orang.
Masa kecil dan remaja Bapak Slamet sangat
bahagia. Ia ikut kakeknya di Magelang, Jawa Tengah. Ia terkenal nakal. Saking
nakalnya, dia dijuluki teman-temannya ‘setan alas’. ”Saya senang main ketapel,
berburu anjing dan burung,” katanya, sebagaimana dikutip dalam buku Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1985-1986. Bahkan mengaku sekali-kali mengganggu orang.
Salah satu pengalaman beliau yang sering ia
ceritakan pada orang lain adalah ketika di suatu saat dia dan anak lain sedang
sibuk mencari ucen-ucen, buah tanaman liar yang sangat manis dan biru warnanya.
Eh, tiba-tiba Slamet terpeleset, hampir masuk selokan irigasi.
Namun dia beruntung, karena anjing Pak Lurah
melompat antara Slamet dan tebing selokan tadi, sehingga dia tertolong. Dia dan
kawan-kawanya menceriterakan peristiwa itu kepada Ayah-Ibu Slamet. Sang Ayah
dengan spontan mengharuskannya memberi makan si Macan (nama anjing tadi Pak Lurah)
itu.
Setelah dewasa, Bapak Slamet Iman Santoso
dikenal sebagai tokoh yang jahil dan sering dinilai aneh. Beliau sendiri
mengibaratkan dirinya Abunawas. Menurutnya, Abunawas itu tokoh penuh akal. Jiwa
Abunawas itu pun banyak menyemangati hidupnya. Dalam buku, Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1985-1986, diceritakan sekali waktu dia melihat mobil
seorang pejabat UI diparkir salah dengan posisi miring di halaman kampus UI. Ia
mengambil kertas dan menulisnya dengan spidol: “Barangsiapa yang parkir mobil
miring, otaknya juga miring”.
Ketika Bung Karno menanyakan pendapatnya
mengenai semboyan “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”, Slamet dengan
tenang menjawab “Nggak, malah saya gantungkan di cantelan baju. Kalau usang kan
bisa diganti.”Suatu ketika, dia menyatakan terheran-heran karena ada orang yang
dipinjami buku, mengembalikan buku itu dengan utuh. “Baru sekarang saya temukan
orang yang saya pinjami buku mengembalikannya dengan utuh,” katanya.
Dia bilang, hanya orang bodoh yang meminjamkan
buku kepada orang lain, dan orang yang mengembalikan buku pinjaman pun adalah
orang gila.Hidupnya yang selalu ceria diwarnai canda memberi andil besar atas
usianya yang lanjut (97 tahun). Padahal dia tak senang olah raga, termasuk olah
raga pagi. Becanda, dia bilang: ”Pagi-pagi itu ‘kan hawanya segar. Kok dipakai
buat berkeringat, lebih baik dipakai untuk tidur.”
Unik bukan beliau ini?
D. Setelah Berbagai Macam Hal yang Beliau Lakukan
Sebagai dokter ahli penyakit saraf dan jiwa, dia
memasang iklan menutup praktek untuk selamanya, 1 Januari 1979. Dia menyadari
dirinya sudah tua. Dia pun mengaku sudah capek.
Pria yang senang berpakaian putih-putih ini
dikenal jujur, jernih, tegas dan konsisten. Prinsip hidupnya tak pernah berubah
sampai akhir hayatnya. Penerima Bintang Mahaputra Utama III (1973) ini, menurut
puteranya Dr Oerip Setiono, meninggal setelah tiga tahun terakhir terbaring di
rumah kediamannya, Jl Cimandiri 26, Jakarta Pusat. Jenazahnya dimakamkan di TPU
Menteng Pulo setelah sebelumnya disemayamkan di aula FKUI Salemba, Jakarta.
Sumber:
1. Basuki, A.M
Heru.2008.Psikologi Umum.Jakarta: Universitas Gunadarma
2. http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi/
^Rujukan
:
-Dakir.
1993. Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
-Muhibbinsyah.
2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
3. https://anggarahetri.wordpress.com/profil-2/biografi-wilhelm-wundt/
4. http://www.psychologymania.net/2010/03/wilhelm-wundt-bapak-penemu-psikologi.html
5. http://belajarpsikologi.com/slamet-iman-santoso-1907-2001-bapak-psikologi-indonesia/
Hai, kali ini saya akan memposting tugas kuliah saya di blog ini.
Tugas:
1. Carilah 5 definisi psikologi menurut para ahli.
2. Carilah biografi 2 ahli di bidang psikologi.
5 definisi psikologi menurut para ahli
1. Wundt
Menurut Wundt (dalam
Devidoff, 1981) psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciousness). Dari batasan ini dapat dikemukakan bahwa dalam
psikologi, keadaan jiwa direfleksikan dalam kesadaran manusia. Unsur kesadaran
merupakan hal yang dipelajari dalam psikologi.
2. Branca
Menurut Branca (1964)
psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia. Hal tersebut
dapat dilihat dari pernyataannya: “When the interest of men turns the action
of human being and when the interest takes the form of accurate observation,
exact descriptions, and experimental study of human behavior, the science of
psychology emerges.” (Branca, 1964:2).
Dapat diartikan dalam
Bahasa Indonesia, kira-kira sebagai berikut: “Ketika rasa berkepentingan seseorang menghasilkan tindakan dan
ketika kepentingan tersebut berbentuk observasi yang akurat, deskripsi yang
tepat dan percobaan pembelajaran perilaku manusia, maka di situlah ilmu
psikologi muncul.”
3. Plotnik
Menurut Plotnik (2005)
psikologi merupakan studi yang sistematik dan ilmiah tentang perilaku dan
proses mental. (Psychology is the systematic, sciencetific study of
behaviours and mental processes.”) (Plotnik:2005:4).
4. Dakir
Pengertian psikologi
menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya
dengan lingkungannya.
5. Muhibbin Syah
Pengertian psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia
baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi
perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan lain sebagainya. Sedangkan tingkah
laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Biografi Ahli Psikologi
1. Wilhelm Wundt
|
Wilhelm
Wundt, Bapak Psikologi Eksperimental.
|
Wilhelm Wundt dilahirkan di Neckarau, Jerman pada tanggal 18
Agustus 1832 dan wafat di Leipzig pada tanggal 31 Agustus 1920. Wilhelm Wundt
dianggap sebagai bapak psikologi modern berkat jasanya mendirikan laboratorium
psikologi modern pertama kali di Leipzig. Ia mula-mula dikenal sebagai seorang
sosiolog, dokter, filsuf dan ahli hukum. Gelar kesarjanaan yang dimilikinya
adalah dari bidang hukum dan kedokteran. Ia dikenal sebagai seorang ilmuan yang
banyak melakukan peelitian, termasuk penelitian tentang proses sensory (suatu
proses yang dikelola oleh panca indera).
A. Penelitian Wundt
Wundt pernah membuat karya tulis yang menjadi salah satu yang
paling penting dalam sejarah psikologi, "Principles of Physiological Psychology" di tahun 1874. Karya tersebut menggunakan
sistem dalam psikologi yang berupaya menyelidiki pengalaman langsung dari
kesadaran, termasuk perasaan, emosi, gagasan, terutama dijelajahi melalui
introspeksi.
Wundt berupaya memahami pikiran manusia dengan mengidentifikasi
elemen pembentuk kesadaran manusia, seperti halnya zat kimia yang bisa dibagi
menjadi berbagai elemen. Dalam hal ini, Wundt menganggap psikologi sebagai
ilmu, seperti halya fisika dan kimia, dengan melihat bahwa kesadaran adalah
kumpulan dari berbagai bagian yang bisa diidentifikasi.
Pada awalnya, Wundt menggolongkan bahwa mind (pikiran) mencakup proses-proses ketidaksadaran/unconciousness sebagai
karakteristik dari soul (jiwa). Metode eksperimen adalah jalan yang digunakan
untuk membawa penelitian tentang pikiran dari level kesadaran (consciousness) kepada proses-proses yang tidak sadar.
Dalam perkembangannya, menurut Wundt, metode eksperimental dalam
psikologi fisiologi sangat kuat untuk menggali elemen-elemen jiwa yang mendasar
(misalnya persepsi, emosi dll). Namun, di atas fenomena-fenomena mendasar ini,
masih ada proses-proses mental yang lebih tinggi (higher mental process) yang menyatukan fenomena dasar tersebut.
Higher mental process ini muncul dalam bentuk kreativitas mental dan menjadi
kekuatan sebuah peradaban dan bersifat abadi, yaitu: bahasa, mitos, custom,
budaya.
Pada tahap ini, Wundt membatasi fungsi jiwa hanya pada tahap
kesadaran. Proses-proses ketidaksadaran tidak lagi menjadi fokus dari study of
the mind.
Fokus studi Wundt dapat dilihat melalui dua karya besarnya, Principles of Physiological Psychology dan Voelkerpsychologie. Dalam karyanya yang berjudul Principles of
Physiological Psychology, Wundt memfokuskan pada hasil-hasil eksperimennya tentang ingatan,
emosi, dan abnormalitas kesadaran.
Kemudian hasil eksperimen Wundt tentang ingatan akan simple ideas, menghasilkan jumlah ide sederhana yang dapat disimpan dalam
ingatan manusia (mind). Faktanya, ide yang bermakna akan lebih diingat daripada
yang muncul secara random, dan karakteristik dari kesadaran manusia bersifat
selektif.
Konsep penting yang muncul adalah apperception yaitu
suatu bentuk operasi mental yang memadukan elemen mental menjadi satu kesatuan
utuh, juga berpengaruh dalam proses mental tinggi seperti analisis dan
judgement.
Studi Wundt tentang emosi dan perasaan menghasilkan pembagian
kutub-kutub emosi ke dalam tiga dimensi:
a. Pleasan vs unpleasant. (kenyamanan vs ketidaknyamanan)
b. High vs low arousal. (tinggi vs rendahnya gairah)
c. Concetrated vs relaxed attention. (perhatian yang terkonsentrasi vs santai)
Walau secara luas dianggap sebagai seorang yang penting dalam
kelahiran dan perkembangan psikologi, sumbangannya terhadap psikologi
kontemporer banyak diperdebatkan oleh para ahli sekarang.
B. Pembuatan Laboratorium
Pada tahun 1875, Wundt pindah ke Leipzig, Jerman, dan pada tahun
1879, ia dan murid-muridnya mendirikan laboratorium psikologi untuk pertama
kalinya di kota tersebut. Berdirinya laboratorium psikologi inilah yang
dianggap sebagai titik tolak berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang
terpisah dari ilmu-ilmu induknya (Ilmu Filsafat dan Ilmu Faal). Sebelum tahun
1879, memang orang sudah mengenal psikologi, namun belum ada orang yang
menyebut dirinya sarjana psikologi. Sarjan-sarjana yang mempelajari psikologi
umumnya adalah para filsuf, ahli ilm faal atau dokter. Wundt sendiri asalnya
adalah seorang dokter, tetapi dengan berdirinya laboratorium psikologinya, ia
tak lagi disebut sebagai dokter atau ahli ilmu faal, karena ia mengadakan
eksperimen-eksperimen dalam bidang psikologi di laboratoriumnya.
Di awal berdirinya laboratorium ini, Wundt membiayainya dari
kantongnya sendiri sebagai sebuah usaha privat. Setelah tahun 1885, lab ini
baru diakui oleh universitas dan secara resmi didanai oleh universitas. Laboratorium
ini berkembang dengan pesat sebelum akhirnya gedung tersebut hancur dalam
Perang Dunia 2.
C. Kegiatan Selanjutnya
Wundt mengabdikan diri selama 46 tahun sisa hidupnya untuk melatih
para psikolog dan menulis lebih dari 54.000 halaman laporan penelitian dan
teori. Buku-buku yang pernah ditulisnya antara lain: "Beitrage Zur Theorie Der Sines
Wahrnemung" (Persepsi yang
Dipengaruhi Kesadaran, 1862), "Grund zuge der
Physiologischen Psychology" (Dasar fisiologis dari Gejala-Gejala Psikologi, 1873) dan "Physiologische Psychologie".
2. Slamet Iman Santoso
Slamet Iman Santoso lahir di Wonosobo, 7
September 1907 dan wafat pada usia 97 tahun pada tanggal 9 November 2004,
meninggalkan 7 anak, 13 cucu dan delapan buyut. Isterinya, Suprapti Sutejo,
sudah terlebih dahulu meninggal pada November 1983.
Slamet Iman Santoso adalah perintis studi
psikologi di Indonesia dan digelari sebagai Bapak Psikologi Indonesia.
Beliau adalah Profesor emeritus (sudah berhenti
dari dinas aktif) Fakultas Psikologi UI. Beliaulah yang merintis dan mendirikan
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Namun, bukan hanya mendirikan
fakultas psikologi di UI, beliau juga ikut mendirikan beberapa universitas
lainnya yaitu Universitas Andalas, Universitas Sriwijaya, Universitas Airlangga
dan Universitas Hasanuddin.
A. Masa kecil
Pemberian namanya, Slamet Iman santoso, terkait
dengan proses kelahirannya. Dia dilahirkan dalam keadaan terbungkus ari-ari.
Ketika itu, semua penduduk desa heran dan membicarakannya. Dia dianggap sebagai
bayi ajaib. Dipercaya bayi yang lahir terbungkus ari-ari itu kelak akan
mempunyai kelebihan. Sangat jarang kelahiran bayi terbungkus.
Saat bayi terbungkus itu lahir, orang-orang yang
melihatnya heran dan bertanya: “Mana bayinya, mana bayinya?” Untunglah tidak
semua penduduk desa panic terheran-heran. Seorang tetangga, Nyonya Tambi,
isteri seorang petani Indo, membantu membukakan bungkus ari-ari yang
membungkusnya. Bayi itupun menangis dan lahir dengan selamat. Maka kata selamat
(menjadi Slamet) dijadikan nama jabang bayi yang baru lahir itu. Dia memang terlahir
dari keluarga berpendidikan pada zamannya.
Ayahnya seorang Asisten Wedana Banjaran. Di
bawah pengasuhan ayahnya, Bapak Slamet menikmati masa kecilnya dengan penanaman
nilai-nilai keramahan, saling tolong-menolong dan gotong-royong.
Bapak Slamet mengecap pendidikan pada jaman
kolonial Belanda di Magelang, mulai dari Europeesche Lagere School (ELS),
Hollandsch Inlandsche School (HIS (1912-1920) dan Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs (MULO (1920-1923). Kemudian melanjut ke MAS-B, Yogyakarta
(1923-1926); Indische Arts, Stovia (1926-1932); dan Geneeskunde School of Arts,
Batavia Sentrum (1932-1934).
Beliau terkesan sangat mengagungkan pendidikan
masa kolonial Belanda itu. Walaupun dia menyadari kondisi pendidikan ketika itu
sangat berbeda disbanding setelah Indonesia merdeka. Beliau mengenang, pada
zamannya bersekolah dulu, sangat diasakan betapa guru sangat begitu
memperhatikan murid dan bersatu dengan orang tua murid. Hal yang sudah jarang
terjadi saat ini.
Masuknya Jepang, menurutnya, memberi andil atas
awut-awutannya pendidikan di negeri ini. Terasa sekali suasana pendidikan zaman
Belanda yang terkesan akrabnya hubungan orang tua-murid-guru, tiba-tiba hilang
lenyap, diganti dengan jaman pendidikan Jepang yang mulai awut-awutan.
Ironisnya, kondisi ini terus berlangsung sampai sekarang. Dia memberi beberapa
bukti. Di antaranya, sekarang ada guru yang mengasih tahu bahan ujian yang akan
diuji kepada murid.
B. Slamet, Psikologi dan Pendidikan
Motivasi mantan Direktur Rumah Sakit Jiwa
Gloegoer, Medan (1937-1938), ini merintis dan mendirikan fakultas psikologi,
karena sebagai psikiater menemukan banyak masalah yang tidak bisa dipecahkan
oleh psikiater.
Dalam bidang profesi kedokteran, dia menerima
penghargaan Wahidin Sodiro Hoesodo dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada
tahun 1989. Sebagai seorang ahli psikologi,tahun 1961, dia memimpin sekitar
lima puluh mahasiswa Fakultas Psikologi UI, mengunjungi penduduk yang terkena
gusuran pembuatan Istana Olahraga Senayan dan dipindahkan ke daerah Tebet dan
Penjaringan. Mereka berdialog dengan penduduk tergusur itu. Kunjungan ini,
menjadi awal pogram mahasiswa turun ke lapangan (masyarakat).
Bidang studi psikologi pun makin menarik
perhatian banyak orang. Masa-masa psikologi mengalami kesulitan (saat psikologi
hanyalah sebuah jurusan dalam lingkungan FKUI), seperti sudah terlupakan. Saat
itu, kata Slamet dalam pidato ketika menerima penghargaan bintang jasa
Mahaputra Utama III (1973), dia merasa ibarat seorang yang sedang berdiri
seorang diri di tepi pasir yang gersang tanpa pedoman untuk melintasinya,
sambil mengajak saudara-saudara mengembangkan disiplin ilmu yang baru ini.
Conny Semiawan, mantan rektor IKIP Jakarta yang
juga murid dan sempat menjadi asisten Slamet Iman dalam menguji mahasiswa,
mengenang Slamet sebagai orang yang sangat tertib, teliti dan juga memiliki
wawasan yang sangat luas, selalu berfikir filosofis meskipun bukan ahli
filsafat. Dalam menguji mahasiswa, Slamet selalu menegaskan jangan menanyakan
apa yang kamu ketahui, tetapi usahakan untuk bertanya apa yang dipahami
mahasiswa. Dengan demikian dialog akan terjadi dan mahasiswa dapat
mengaktualisasikan dirinya.Menurut Conny Semiawan, Slamet adalah tokoh
pendidikan yang berani.
Dia adalah orang pertama mengusulkan perlunya
satu standar bagi semua jenjang pendidikan di Indonesia. Usul yang dia
lontarkan sepanjang tahun 1979-1981 ini membuat heboh dunia pendidikan. Dia
juga orang yang mengkritik keras minimnya gaji guru yang dia sebut dapat
merusak dunia pendidikan. Dia membandingkan gaji guru jaman Belanda yang dua
kali lipat daripada gaji dokter. Sehingga guru tak perlu mencari tambahan dan
dunia pendidikan tidak dicampurbaurkan dengan bisnis. Dia juga mempunyai andil
besar dalam merintis program penerimaan mahasiswa melalui UMPTN.
Ketika itu (1979-1980), Slamet menjadi Ketua
Komisi Pembaruan Pendidikan Nasional (KPPN, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan). Saat itu terjadi booming lulusan SMA yang ingin masuk Perguruan
Tinggi Negeri. Sebagai contoh, UI yang kapasitasnya sekitar 800 mahasiswa tapi
jumlah pendaftar 4000 orang. Maka melalui komite yang diketuainya dibentuklah
satu sistempenerimaan calon mahasiswa yang sejak 1979 sudah berlangsung dengan
nama yang sekian kali berubah mulai dari Skalu, Proyek Perintis, Sipenmaru
(Sistim Penerimaan Mahasiswa Baru) dan UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi
Negeri). Pria yang dikenal terus terang dan sempat menjadi Penjabat Rektor UI,
ini meskipun sudah mengakhiri jabatan sebagai Ketua Komisi Pembaruan Sistem
Pendidikan, 1980, ia masih sempat mengurusi penerimaan calon mahasiswa pada
tahun 1981.
Sudah sangat banyak tokoh pendidikan bekas murid
Guru Besar Fakultas Kedokteran dan Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
(1950-1953) serta mantan Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini. Di
antaranya, Conny Semiawan, Fuad Hassan, Sujudi, Wardiman Djojonegoro, Mahar
Mardjono dan Saparinah Sadli. Para mantan mahasiswanya ini sangat menghormati
dan mengagumi gurunya ini. Mereka mengenangnya sebagai guru yang sangat akrab
dan suka menularkan pengalaman.
Salah satu ucapannya dalam acara peringatan 100
tahun Albert Einstein di ruang Rektorat UI, 1979: ”Ciri orang pandai, hal yang
ruwet bisa disederhanakan, sebaliknya orang bodoh akan meruwetkan soal
sederhana.” Mantan Anggota Dewan Pertimbangan Agung (1968-1973), ini juga
penulis terkemuka. Dia sering menulis kolom di berbagai media dan juga menulis
buku.
Di antara bukunya yang terkenal adalah Sejarah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Sinar Hudaya, Jakarta (1977); The Social
Background For Psychotheraphy in Indonesia; Psychiatry dan Masyarakat;
Kesejahteraan Jiwa; School Health in the Community; Sekolah Sebagai Sumber
Penyakit atau Sumber Kesehatan; Dasar Stadium Generale, Pendidikan Universitas
Atas Dasar Teknik dan Keilmuwan, Dasar-dasar Pokok Pendidikan; dan Pendidikan
Indonesia dari Masa ke Masa yang diterbitkan oleh CV Haji Masagung, Jakarta,
1987.
C. Keunikan Pribadi
Bapak Slamet adalah seorang yang unik.
Dia berulangkali, mengisahkan berbagai
pengalaman masa kecilnya yang yang amat berkesan baginya kepada orang-orang.
Masa kecil dan remaja Bapak Slamet sangat
bahagia. Ia ikut kakeknya di Magelang, Jawa Tengah. Ia terkenal nakal. Saking
nakalnya, dia dijuluki teman-temannya ‘setan alas’. ”Saya senang main ketapel,
berburu anjing dan burung,” katanya, sebagaimana dikutip dalam buku Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1985-1986. Bahkan mengaku sekali-kali mengganggu orang.
Salah satu pengalaman beliau yang sering ia
ceritakan pada orang lain adalah ketika di suatu saat dia dan anak lain sedang
sibuk mencari ucen-ucen, buah tanaman liar yang sangat manis dan biru warnanya.
Eh, tiba-tiba Slamet terpeleset, hampir masuk selokan irigasi.
Namun dia beruntung, karena anjing Pak Lurah
melompat antara Slamet dan tebing selokan tadi, sehingga dia tertolong. Dia dan
kawan-kawanya menceriterakan peristiwa itu kepada Ayah-Ibu Slamet. Sang Ayah
dengan spontan mengharuskannya memberi makan si Macan (nama anjing tadi Pak Lurah)
itu.
Setelah dewasa, Bapak Slamet Iman Santoso
dikenal sebagai tokoh yang jahil dan sering dinilai aneh. Beliau sendiri
mengibaratkan dirinya Abunawas. Menurutnya, Abunawas itu tokoh penuh akal. Jiwa
Abunawas itu pun banyak menyemangati hidupnya. Dalam buku, Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1985-1986, diceritakan sekali waktu dia melihat mobil
seorang pejabat UI diparkir salah dengan posisi miring di halaman kampus UI. Ia
mengambil kertas dan menulisnya dengan spidol: “Barangsiapa yang parkir mobil
miring, otaknya juga miring”.
Ketika Bung Karno menanyakan pendapatnya
mengenai semboyan “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”, Slamet dengan
tenang menjawab “Nggak, malah saya gantungkan di cantelan baju. Kalau usang kan
bisa diganti.”Suatu ketika, dia menyatakan terheran-heran karena ada orang yang
dipinjami buku, mengembalikan buku itu dengan utuh. “Baru sekarang saya temukan
orang yang saya pinjami buku mengembalikannya dengan utuh,” katanya.
Dia bilang, hanya orang bodoh yang meminjamkan
buku kepada orang lain, dan orang yang mengembalikan buku pinjaman pun adalah
orang gila.Hidupnya yang selalu ceria diwarnai canda memberi andil besar atas
usianya yang lanjut (97 tahun). Padahal dia tak senang olah raga, termasuk olah
raga pagi. Becanda, dia bilang: ”Pagi-pagi itu ‘kan hawanya segar. Kok dipakai
buat berkeringat, lebih baik dipakai untuk tidur.”
Unik bukan beliau ini?
D. Setelah Berbagai Macam Hal yang Beliau Lakukan
Sebagai dokter ahli penyakit saraf dan jiwa, dia
memasang iklan menutup praktek untuk selamanya, 1 Januari 1979. Dia menyadari
dirinya sudah tua. Dia pun mengaku sudah capek.
Pria yang senang berpakaian putih-putih ini
dikenal jujur, jernih, tegas dan konsisten. Prinsip hidupnya tak pernah berubah
sampai akhir hayatnya. Penerima Bintang Mahaputra Utama III (1973) ini, menurut
puteranya Dr Oerip Setiono, meninggal setelah tiga tahun terakhir terbaring di
rumah kediamannya, Jl Cimandiri 26, Jakarta Pusat. Jenazahnya dimakamkan di TPU
Menteng Pulo setelah sebelumnya disemayamkan di aula FKUI Salemba, Jakarta.
Sumber:
1. Basuki, A.M
Heru.2008.Psikologi Umum.Jakarta: Universitas Gunadarma
2. http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi/
^Rujukan
:
-Dakir.
1993. Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
-Muhibbinsyah.
2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
3. https://anggarahetri.wordpress.com/profil-2/biografi-wilhelm-wundt/
4. http://www.psychologymania.net/2010/03/wilhelm-wundt-bapak-penemu-psikologi.html
5. http://belajarpsikologi.com/slamet-iman-santoso-1907-2001-bapak-psikologi-indonesia/