Minggu, 22 Mei 2016

Beberapa Mitos yang Ada di Indonesia

Kali ini, saya akan menyajikan beberapa mitos yang ada di beberapa daerah di Indonesia.

1.  Orang Sunda dan Orang Jawa Dilarang Menikah

Bagi masyarakat Suku Sunda dan Suku Jawa tentu tahu mengenai mitos ini. Asal mula adanya mitos ini ada kaitannya dengan sejarah di masa yang telah teramat lampau. Meski tak ada literatur penyebab pasti asal usul diharamkannya perkawinan itu, namun dipercaya hal tersebut berasal dari peristiwa Perang Bubat.

Hasil gambar untuk perang bubat


Rencana Pernikahan

Peristiwa Perang Bubat diawali dari niat Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Negeri Sunda. Konon ketertarikan Hayam Wuruk terhadap putri tersebut karena beredarnya lukisan sang putri di Majapahit; yang dilukis secara diam-diam oleh seorang seniman pada masa itu, bernama Sungging Prabangkara.
Menurut catatan sejarah Pajajaran oleh Saleh Danasasmita serta Naskah Perang Bubat oleh Yoseph Iskandar, niat pernikahan itu adalah untuk mempererat tali persaudaraan yang telah lama putus antara Majapahit dan SundaRaden Wijaya yang menjadi pendiri kerajaan Majapahit dianggap keturunan Sunda dari Dyah Lembu Tal dan suaminya yaitu Rakeyan Jayadarma, raja kerajaan Sunda. Hal ini juga tercatat dalam Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara parwa II sarga 3. Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut pula dengan nama Jaka Susuruh dari Pajajaran. Meskipun demikian, catatan sejarah Pajajaran tersebut dianggap lemah kebenarannya, terutama karena nama Dyah Lembu Tal adalah nama laki-laki.
Alasan umum yang dapat diterima adalah Hayam Wuruk memang berniat memperistri Dyah Pitaloka dengan didorong alasan politik, yaitu untuk mengikat persekutuan dengan Negeri Sunda. Atas restu dari keluarga kerajaan Majapahit, Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Maharaja Linggabuana untuk melamar Dyah Pitaloka. Upacara pernikahan rencananya akan dilangsungkan di Majapahit. Pihak dewan kerajaan Negeri Sunda sendiri sebenarnya keberatan, terutama Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati. Ini karena menurut adat yang berlaku di Nusantara pada saat itu, tidak lazim pihak pengantin perempuan datang kepada pihak pengantin lelaki. Selain itu ada dugaanbahwa hal tersebut adalah jebakan diplomatik Majapahit yang saat itu sedang melebarkan kekuasaannya, di antaranya dengan cara menguasaiKerajaan Dompu di Nusa Tenggara.
Linggabuana memutuskan untuk tetap berangkat ke Majapahit, karena rasa persaudaraan yang sudah ada dari garis leluhur dua negara tersebut. Linggabuana berangkat bersama rombongan Sunda ke Majapahit dan diterima serta ditempatkan di Pesanggrahan Bubat.

Kesalahpahaman 

Raja Sunda datang ke Bubat beserta permaisuri dan putri Dyah Pitaloka dengan diiringi sedikit prajurit. Menurut Kidung Sundayana, timbul niat Mahapatih Gajah Mada untuk menguasai Kerajaan Sunda. Gajah Mada ingin memenuhi Sumpah Palapa yang dibuatnya pada masa sebelum Hayam Wuruk naik tahta, sebab dari berbagai kerajaan di Nusantara yang sudah ditaklukkan Majapahit, hanya kerajaan Sunda lah yang belum dikuasai.
Dengan maksud tersebut, Gajah Mada membuat alasan oleh untuk menganggap bahwa kedatangan rombongan Sunda di Pesanggrahan Bubat adalah bentuk penyerahan diri Kerajaan Sunda kepada Majapahit. Gajah Mada mendesak Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka bukan sebagai pengantin, tetapi sebagai tanda takluk Negeri Sunda dan pengakuan superioritas Majapahit atas Sunda di Nusantara. Hayam Wuruk sendiri disebutkan bimbang] atas permasalahan tersebut, mengingat Gajah Mada adalah Mahapatih yang diandalkan Majapahit pada saat itu.
Kemudian terjadi insiden perselisihan antara utusan Linggabuana dengan Gajah Mada. Perselisihan ini di akhiri dengan dimaki-makinya Gajah Mada oleh utusan Negeri Sunda yang terkejut bahwa kedatangan mereka hanya untuk memberikan tanda takluk dan mengakui superioritas Majapahit, bukan karena undangan sebelumnya. Namun Gajah Mada tetap dalam posisi semula.
Belum lagi Hayam Wuruk memberikan putusannya, Gajah Mada sudah mengerahkan pasukannya (Bhayangkara) ke Pesanggrahan Bubat dan mengancam Linggabuana untuk mengakui superioritas Majapahit. Demi mempertahankan kehormatan sebagai ksatria Sunda, Linggabuana menolak tekanan itu. Terjadilah peperangan yang tidak seimbang antara Gajah Mada dengan pasukannya yang berjumlah besar, melawan Linggabuana dengan pasukan pengawal kerajaan (Balamati) yang berjumlah kecil serta para pejabat dan menteri kerajaan yang ikut dalam kunjungan itu. Peristiwa itu berakhir dengan gugurnya Linggabuana, para menteri, pejabat kerajaan beserta segenap keluarga kerajaan Sunda. Raja Sunda beserta segenap pejabat kerajaan Sunda dapat didatangkan di Majapahit dan binasa di lapangan Bubat.
Tradisi menyebutkan sang Putri Dyah Pitaloka dengan hati berduka melakukan bela pati, bunuh diri untuk membela kehormatan bangsa dan negaranya. Tindakan ini mungkin diikuti oleh segenap perempuan-perempuan Sunda yang masih tersisa, baik bangsawan ataupun abdi. Menurut tata perilaku dan nilai-nilai kasta ksatriya, tindakan bunuh diri ritual dilakukan oleh para perempuan kasta tersebut jika kaum laki-lakinya telah gugur. Perbuatan itu diharapkan dapat membela harga diri sekaligus untuk melindungi kesucian mereka, yaitu menghadapi kemungkinan dipermalukan karena pemerkosaan, penganiayaan, atau diperbudak.

Akibat

Tradisi menyebutkan bahwa Hayam Wuruk meratapi kematian Dyah Pitaloka. Hayam Wuruk menyesalkan tindakan ini dan mengirimkan utusan (darmadyaksa) dari Bali - yang saat itu berada di Majapahit untuk menyaksikan pernikahan antara Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka - untuk menyampaikan permohonan maaf kepada Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati yang menjadi pejabat sementara raja Negeri Sunda, serta menyampaikan bahwa semua peristiwa ini akan dimuat dalam Kidung Sunda atau Kidung Sundayana (di Bali dikenal sebagai Geguritan Sunda) agar diambil hikmahnya. Raja Hayam Wuruk kemudian menikahi sepupunya sendiri, Paduka Sori.
Akibat peristiwa Bubat ini, dikatakan dalam catatan tersebut bahwa hubungan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada menjadi renggang. Gajah Mada sendiri menghadapi tentangan, kecurigaan, dan kecaman dari pihak pejabat dan bangsawan Majapahit, karena tindakannya dianggap ceroboh dan gegabah. Ia dianggap terlalu berani dan lancang dengan tidak mengindahkan keinginan dan perasaan sang Mahkota, Raja Hayam Wuruk sendiri. Peristiwa yang penuh kemalangan ini pun menandai mulai turunnya karier Gajah Mada, karena kemudian Hayam Wuruk menganugerahinya tanah perdikan di Madakaripura (kini Probolinggo). Meskipun tindakan ini tampak sebagai penganugerahan, tindakan ini dapat ditafsirkan sebagai anjuran halus agar Gajah Mada mulai mempertimbangkan untuk pensiun, karena tanah ini letaknya jauh dari ibu kota Majapahit sehingga Gajah Mada mulai mengundurkan diri dari politik kenegaraan istana Majapahit. Meskipun demikian, menurut Negarakertagama Gajah Mada masih disebutkan nama dan jabatannya, sehingga ditafsirkan Gajah Mada sendiri tetap menjabat Mahapatih sampai akhir hayatnya (1364).
Tragedi ini merusak hubungan kenegaraan antar kedua negara dan terus berlangsung hingga bertahun-tahun kemudian, hubungan Sunda-Majapahit tidak pernah pulih seperti sediakala. Pangeran Niskalawastu Kancana — adik Putri Pitaloka yang tetap tinggal di istana Kawali dan tidak ikut ke Majapahit mengiringi keluarganya karena saat itu masih terlalu kecil — menjadi satu-satunya keturunan Raja yang masih hidup dan kemudian akan naik takhta menjadi Prabu Niskalawastu Kancana. Kebijakannya antara lain memutuskan hubungan diplomatik dengan Majapahit dan menerapkan isolasi terbatas dalam hubungan kenegaraan antar kedua kerajaan. Akibat peristiwa ini pula, di kalangan kerabat Negeri Sunda diberlakukan peraturan larangan estri ti luaran, yang isinya di antaranya tidak boleh menikah dari luar lingkungan kerabat Sunda, atau sebagian lagi mengatakan tidak boleh menikah dengan pihak Majapahit. Peraturan ini kemudian ditafsirkan lebih luas sebagai larangan bagi orang Sunda untuk menikahi orang Jawa.
(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Bubat)


           2.     Legenda Cindaku (Jambi)

               Seteleh mengulas mitos dari Pulau Jawa, sekarang giliran mitos dari Pulau Sumatera. Di salah provinsi di Pulau Sumatera, yaitu Jambi terdapat sebuah legenda, yaitu legenda manusia harimau yang disebut cindaku.
Cindaku bagi masyarakat Kerinci, Jambi merupakan sebuah perwujudan manusia harimau. Cindaku sering digambarkan sebagai sosok manusia yang bisa berubah wujud menjadi setengah manusia dan setengah harimau. Menurut legenda, cindaku merupakan sebuah ilmu batin yang dipercaya sebagai warisan dari nenek moyang masyarakat kerinci. Konon mereka yang memiliki kemampuan spiritual untuk berubah menjadi manusia harimau hanyalah mereka yang memiliki darah murni dan memiliki bakat spiritual. Namun menurut legendanya, mereka hanya bisa berubah jika berada di tanah kelahirannya sendiri dan ketika dadanya bersentuhan dengan tanah. Sekilas legenda ini mirip seperti sebuah ilmu gaib, namun bagi warga Kerinci legenda tersebut sebenarnya bukan seperti ilmu hitam yang dipergunakan untuk mempertahankan diri. Tapi cindaku merupakan sebuah ilmu yang diturukan untuk menjaga batas hidup antara manusia dan harimau.
Legenda manusia harimau dari tanah Kerinci ini bermula dari kisah legenda nenek moyang yang dikenal dengan nama Tingkas. Menurut kisah legenda dari warga Kerinci Tingkas merupakan nenek moyang mereka yang menjalin hubungan dengan harimau untuk menjaga batasan antara manusia dan harimau. Konon hubungan tersebutlah yang selama ini membuat mereka bisa hidup berdampingan dengan harimau. Cindaku dipercaya berperan penting untuk menjaga hubungan itu, jika ada yang berani melanggarnya maka mereka harus berhadapan dengan kematian.
Seperti yang kita ketahui selama ini konservasi tentang hewan langka harimau memang selalu menjadi masalah yang belum terpecahkan meski tidak sedikit menelan korban jiwa. Hal tersebut pun diperkuat dari penuturan para sesepuh yang percaya bahwa insiden antara manusia dan harimau disebabkan karena banyak pihak yang telah melanggar perjanjian nenek moyang mereka Tingkas yang telah dijalin selama berabad-abad.
Berdasarkan legenda yang dikisahkan oleh salah seorang pemangku adat mengatakan bahwa memang tidak semua masyarakat Kerinci adalah cindaku, tapi orang-orang terpilihlah yang bisa memiliki kekuatan cindaku. Namun, sekali lagi ia menegaskan jika legenda tersebut bukan sebuah ajian untuk memperkuat atau memperkebal diri mereka, tapi legenda tersebut untuk mengatur batasan hidup manusia dan warga kerinci. Bahkan menurutnya, mereka yang memiliki ilmu legendaris tersebut juga tidak bisa menggunakannya dengan kemauan mereka, mereka baru bisa berubah menjadi manusia harimau jika ada orang yang berani melanggar perjanjian mereka.
            (Sumber: http://segiempat.com/aneh-unik/mistis/legenda-cindaku/)


                                                                                                                                                                                        3.            Leak (Bali)

Selanjutnya ada mitos dari Pulau Bali yaitu Leak. Leak tentunya telah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia, terutama bagi penggemar cerita-cerita horror dan mistis Indonesia. Leak sering digambarkan sebagai sosok kepala dengan isi tubuh yang melayang, namun badan, tangan dan kakinya tidak ada.
Dalam mitologi Bali, Leak adalah penyihir jahat. Le artinya penyihir dan ak artinya jahat. Leak hanya bisa dilihat di malam hari oleh para dukun pemburu leak. Di siang hari ia tampak seperti manusia biasa, sedangkan pada malam hari ia berada di kuburan untuk mencari organ-organ dalam tubuh manusia yang digunakannya untuk membuat ramuan sihir. Ramuan sihir itu dapat mengubah bentuk leak menjadi seekor harimau, kera, babi atau menjadi seperti Rangda. Bila perlu ia juga dapat mengambil organ dari orang hidup.
Leak di Bali kerap diidentikkan dengan perilaku jahat para penganut ajaran kiri atau pengiwa yakni berupa kepala manusia dengan organ-organ yang masih menggantung di kepala tersebut. Leak dikatakan dapat terbang untuk mencari wanita hamil, untuk kemudian menghisap darah bayi yang masih di kandungan. Ada tiga leak yang terkenal. Dua di antaranya perempuan dan satu laki-laki.
Menurut kepercayaan orang Bali, Leak adalah manusia biasa yang mempraktikkan sihir jahat dan membutuhkan darah embrio agar dapat hidup. Dikatakan juga bahwa Leak dapat mengubah diri menjadi babi atau bola api, sedangkan bentuk Leak yang sesungguhnya memiliki lidah yang panjang dan gigi yang tajam. Beberapa orang mengatakan bahwa sihir Leak hanya berfungsi dipulau Bali, sehingga Leak hanya ditemukan di Bali.
Ada seseorang menusuk leher Leak dari bawah ke arah kepala pada saat kepalanya terpisah dari tubuhnya, maka Leak tidak dapat bersatu kembali dengan tubuhnya. Jika kepala tersebut terpisah pada jangka waktu tertentu, maka Leak akan mati.
Topeng berwujud wajah menakutkan dengan taring mencuat dan lidah menjulur keluar disebut celuluk yang merupakan leak paling rendah nilainya di Bali.
(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Leak)

4.   Pasar Setan Anjaya (Sulawesi Selatan)

Hehe…. Dari namanya agak lucu dan seru ya. Tapi ceritanya nggak begitu lucu sih. Pengalaman berada di sekitar Pasar Setan biasanya dialami oleh pendaki.
Percaya tak percaya, ada mitos pasar setan di tengah hutan Sulawesi Selatan, tepatnya di antara Gunung Lompo Battang dan Gunung Bawakaraeng. Konon, siapa yang kemping di sana bakal mendengar keramaian layaknya suasana pasar di malam hari.
Pasar setan atau biasa dikenal masyarakat setempat dengan nama Pasar Anjaya sudah terkenal dikalangan para pendaki. Sebenarnya itu adalah suatu kawasan hutan yang luas dan punya panorama indah. Tapi mitos yang beredar, jadi bumbu tersendiri untuk pendakian Anda ke sana.

                      (Sumber: http://travel.detik.com/readfoto/2014/09/12/174400/2685848/1026/1/mitos-pasar-setan-di-tengah-hutan-sulawesi-selatan)



             5.   Poppo’ (Sulawesi Selatan)

Masih dari Sulawesi Selatan, kali ini ada mitos tentang makhluk bernama Poppo’.
Poppo’ adalah Manusia Tanpa Badan yang Diyakini ada pada Masyarakat Sulawesi Selatan.. Popo’ Menurut mereka adalah Sosok Manusia tanpa kepala yang menurut masyarakat banyak berada didaerah sekitar pangkep, Jeneponto atau daerah suku Bugis. Sosok ini muncul akibat seseorang yang ingin mendapat ilmu untuk cepat kaya, namun mengalami kesalahan dalam menjalani ritual dan doyan memakan jantung atau hati dari bayi yang baru lahir.
Beberapa Fakta Pendukung ini banyak dijumpai di masyarakat Sulawesi Selatan. Mereka pada umumnya melihat hal tersebut pada waktu malam skitar pukul 11:00-04:00 menjelang azan subuh biasanya mereka berubah kembali kewujud manusia biasa.
Menurut mereka Pop’po takut pada Bawang merah, merica, dan parang panjang. Masyarakat sulawesi selatan biasanya membakar dupa berupa kulit bawang putih atau kulit bawang merah serta mendidihkan air pada saat menjelang kelahiran bayi mereka untuk menghindari kehadiran dari mahluk ini.
Mereka juga meyakini poppo sering mengambil rejeki dari rumah yang didatanginya. sehingga rumah tersebut tidak akan pernah berkecukupan. Tapi rumah yang didalamnya sering dibacakan ayat-ayat suci alquran tidak akan pernah didatangi oleh mahluk ini.
(Sumber: https://ariellucky.wordpress.com/2008/06/12/poppo-mitos-atau-kenyataan-di-sulawesi-selatan/)

         6.  Ratu Junjung Buih

Masyarakat Kalimantan Selatan dan sekitarnya lekat dengan sosok ini secara turun temurun meski tidak jelas siapa sebenarnya tokoh yang dimaksud. Menurut hikayat rakyat, saat Prabu Lambung Mangkurat mencapai suatu titik khusyuk dalam laku tapa bratanya di Desa Balukung, kecamatan Bakumpai, Kabupaten Barito Kuala, pusaran air tiba-tiba memunculkan buih-buih mistis yang menghantarkan perempuan ke permukaan air. Selanjutnya si cantik itu dinamakan Ratu Junjung Buih.

Dalam bukunya " orang-orang terkemuka dalam sejarah Kalimantan " , Anggraini Antemas menyebut perempuan ini bernama asli Galuh Cipta Sari yang lahir di kampung bernama Bangkiling, kabupaten Tabalong sekitar

tahun 1280. Galuh diasuh oleh orang tua angkat bernama Ning Bangkiling dan memiliki saudara angkat Indung Sijarang dan Pujung, anak kandung ibu asuhnya. Hanya sebentar di Bangkiling, Ning kemudian pindah ke pedusunan Balangan di lembah gunung Batu Piring bersama seluruh anak-anaknya.


Suatu kali Galuh berniat mandi di sungai Balangan, namun sayangnya dia tergelincir dan jatuh ke air yang sedang deras. Lambung Mangkurat yang sedang bertapa lantas menemukannya terapung di pusaran air di depannya. Bukan hanya menolongnya, Lambung Mangkuratpun bahkan menjadikannya penguasa di Kraton Dipa. Di kemudian hari Ratu Junjung Buih menikah dengan Prabu Surya Ananta dari Majapahit. Kedua pasangan ini dianggap menurunkan raja-raja besar di Banjar.

Versi lain menyebut bahwa Galuh Cipta Sari sesungguhnya bukan pribumi, tapi pendatang Majapahit bernama Manggalawardhani Dyah Suragharini atau Bhre Tanjung Pura berdasarkan kitab Pararaton. Bhre Tanjungpura ( Bhre Kalimantan ) merupakan anak Bhre Tumapel II dengan istrinya Bhre Lasem V yang berkuasa tahun 1389 - 1427. Bhre Tanjungpura atau Dyah Suragharini atau Galuh Cipta menikah dengan Bhre Paguhan III namun tidak memiliki keturunan. Hingga kemudian bercerai dan menikah lagi dengan Bhre Pamotan I Rajasawardhana Dyah Wijayakumara.

Bhre Pamotan I Rajasawardhana Dyah Wijayakumara dianggap juga merupakan Raden Aria Gegombak Janggala Rajasa yang melamar Galuh Cipta ke Kraton Dipa menggunakan 10 biji intan. Setelah menikah dan tinggal di Banjar, dirinya dikenal dengan nama Prabu Surya Ananta ( Suryananta). Setelah memiliki tiga orang putera mereka , ( sekitar tahun 1464 ? ) keduanya berpamitan untuk pulang ke tempat asalnya di jawa. 

Lain lagi dengan cerita yang beredar di masyarakat pesisir Kalimantan. Ratu Junjung Buih muncul di lautan, menjadi penguasa negara Dipa dan moksa hingga saat ini. Bagi masyarakat Dayak , Ratu Junjung Buih adalah juga Kameloh Putak Janjulen Karangan.  Agaknya mitos terakhir ini yang banyak mempengaruhi kearifan lokal laut sekitar Kalimantan. Termasuk salah satunya menyelip dalam musibah  AirAsia QZ 8501.


(Sumber: http://www.infomistika.com/2015/01/sejarah-legenda-mitos-puteri-ratu.html)



                                          7.    Danau Kelimutu (Ende, Flores, NTT)

Gunung Kelimutu adalah gunung berapi yang terletak di Pulau Flores, Provinsi NTT, Indonesia. Lokasi gunung ini tepatnya di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende. Gunung ini memiliki tiga buah danau kawah di puncaknya. Danau ini dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena memiliki tiga warna yang berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Walaupun begitu, warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjy-_chX2AaqeZBUovR3bErE1qLCvahhAJedXopNd5i87gRKzglbIOrF_KhpN0xapi_sqnyd-_AOEckaYEPXyUMqOjuIHIQSRU3dPg60f97AB8IZfwKpTShtABPQAj33e_vFLCu1z5omxI/s320/kelimutu1.jpg
Foto Danau Kelimutu

Kelimutu merupakan gabungan kata dari "keli" yang berarti gunung dan kata "mutu" yang berarti mendidih. Menurut kepercayaan penduduk setempat, warna-warna pada danau Kelimutu memiliki arti masing-masing dan memiliki kekuatan alam yang sangat dahsyat.

Danau atau Tiwu Kelimutu di bagi atas tiga bagian yang sesuai dengan warna - warna yang ada di dalam danau. Danau berwarna biru atau "Tiwu Nuwa Muri Koo Fai" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah atau "Tiwu Ata Polo" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan/tenung. Sedangkan danau berwarna putih atau "Tiwu Ata Mbupu" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal.

Masyarakat Kecamatan Moni, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur meyakini bakal terjadi bencana besar yang melanda negeri ini. Percaya atau tidak, keresahan itu terkait dengan perubahan warna tiga danau Kelimutu yang terjadi saat ini. Dahulu, tiga danau kebanggaan warga Ende itu masing-masing memancarkan warna berbeda, yakni merah-hijau-biru. Namun saat ini, ketiganya menjadi satu warna: hijau muda.

“Bakal ada bencana yang menelan korban cukup banyak,” kata salah seorang warga Desa Woloara, Kecamatan Kelimutu, yang berumur 56 tahun. Dia mengisahkan, pada akhir 1964 juga terjadi perubahan warna seperti saat ini. Setahun kemudian, malapetaka besar menimpa bangsa Indonesia dengan adanya kemelut Partai Komunis Indonesia. “Setelah peristiwa PKI, warna air Danau Kelimutu kembali normal,” ujar Mbate.

(Sumber: http://djavalatte.blogspot.co.id/2011/06/mitos-danau-kalimutu-flores.html)

Penemuan Unsur Senyawa Terbaru di 2016 (Tugas Softskill Bulan Kedua)

Masih dalam rangka mengerjakan tugas, kali ini saya akan memposting info yang masih agak baru namun sebenarnya sudah agak lama juga. Saya memang terlambat mempostingnya, memang agak kudet sih :p *shy*

Jadi, katanya telah ditemukan unsur baru dalam tabel periodik lho... Waw!

Btw, apa itu unsur? Terus tabel periodik itu apa ya? Buat yang anak ipa, anak smk farmasi dan orang-orang yang kuliah di jurusan mipa atau teknik maupun orang-orang yang berkecimpung dalam bidang kimia, tentunya tahu pasti apa itu unsur dan apa itu tabel periodik. Buat yang belum tahu, saya jelaskan sedikit, hitung-hitung flashback zaman-zaman SMA sih :v (pengkhianat ipa soalnya)

Jadi, hal-hal ini termasuk dalam pelajaran kimia. Pengertian dari unsur adalah zat tunggal (zat murni) yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat-zat yang lebih sederhana melalui reaksi kimia biasa.

Hmm... apakah jika dengan reaksi kimia yang luar biasa unsur dapat diuraikan? Jawabannya, betul. Karena unsur terkecil dari suatu zat adalah atom. Ngomong-ngomong, ini jangan sampai nyambung kemana-mana, kita fokus di unsur saja.

Unsur ini jenisnya ada macam-macam. Jumlah unsur sangat banyak (menurut saya sih, sebenarnya ratusan gitu jumlahnya). Nah, unsur-unsur ini didata dan datanya diabadikan dalam tabel periodik.


Hasil gambar untuk tabel periodik unsur
Ini nih yang disebut Tabel Periodik.
Itu yang di dalam kotak-kotak adalah unsur-unsur yang saya bilang ada banyak tadi.
Mau tahu lebih lanjut tentang mereka? Silakan belajar kimia :v


Nah, jika sudah tahu mengenai apa yang saya bicarakan, selanjutnya mari kita masuk ke topik utamanya, seputar berita penemuan unsur baru dalam tabel periodik. 

Hmm.... saya takut salah nulis, jadi jujur saja, lebih baik saya copas langsung dari sumber berita yang saya baca (walaupun ini tugas menulis sih sebenarnya).



Kini Ada 4 Unsur Baru dalam Tabel Periodik Kimia  
SENIN, 04 JANUARI 2016 | 16:55 WIB
Kini Ada 4 Unsur Baru dalam Tabel Periodik Kimia   
Kosuke Morita, kepala tim peneliti menunjukkan tambahan unsur baru dalam tabel perodik. The Guardian

TEMPO.COAmerika - Tabel periodik mendapat tambahan empat anggota baru. Ini merupakan penambahan unsur baru setelah masuknya elemen 114 dan 116 pada 2011. “Komunitas kimia sangat bersemangat mengetahui tabel ini akhirnya berhasil dilengkapi hingga baris ketujuh,” kata Jan Reedijk, Presiden Divisi Kimia Anorganik International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC), seperti dilansir Guardian, Senin, 4 Januari 2016.

Keempatnya baru diverifikasi pada 30 Desember 2015 sebelum secara resmi masuk ke tabel periodik. Tiga elemen pertama, yakni 115, 117, dan 118, ditemukan tim gabungan peneliti Rusia dan Amerika dari Institut Penelitian Nuklir di Dubna, Rusia, dan Laboratorium Nasional Lawrence Livermore di California. Elemen selanjutnya, 113, ditemukan peneliti Jepang.

Keempatnya, yang merupakan unsur buatan manusia, ditemukan dengan membenturkan unsur nuklei ringan dan mengikuti jejak persebaran radioaktif dari elemen superberat. Seperti elemen berat lain yang berada di bagian akhir tabel periodik, mereka hanya ada selama beberapa detik sebelum berubah menjadi elemen lain lagi.

Saat ini elemen tersebut masih disebut dengan kode angka, seperti ununtrium, (Uut atau elemen 113), ununpentium (Uup, elemen 115),ununseptium (Uus, elemen 117), dan ununoctium (Uuo, elemen 118). Namun para penemunya mendapat hak istimewa untuk memberi nama dalam bulan-bulan ke depan. Elemen 113 sekaligus menjadi unsur pertama yang dinamakan di Asia. Nama bisa berasal dari barang, mineral, atau tempat yang berkesan bagi penemu.
Kosuke Morita, kepala tim peneliti dari Riken, Jepang, menuturkan timnya terus melanjutkan penelitian unsur yang terletak di atas teritori elemen 119. “Pencapaian ini sangat membanggakan, lebih daripada mendapatkan medali emas di Olimpiade,” katanya.

(Sumber: https://m.tempo.co/read/news/2016/01/04/095732906/kini-ada-4-unsur-baru-dalam-tabel-periodik-kimia)

Yaaaa... begitulah beritanya. Berat? Kalo menurut saya sih iya :"D saya nggak begitu ngerti kimia soalnya (makanya pindah jurusan pas kuliah) wkwkwk

Yaudah, karena masih banyak tugas lainnya yang harus di posting, post yang 1 ini saya akhiri saja sampai disini. Sekian.