Minggu, 26 November 2017

Review Jurnal


REVIEW JURNAL
Judul
Parenting Attitude and Style and Its Effect on
Children’s School Achievements
Jurnal
International Journal of Psychological Studies
Volume & Halaman
Vol. 2, No. 2 hal. 217-222
Tahun
2010
Penulis
Abdorreza Kordi dan Rozumah Baharudin
Reviewer
Alfrida Ramadhani
Tanggal
26 November 2017

Abstrak
Jurnal “Parenting Attitude and Style and Its Effect on
Children’s School Achievements” mengulas studi empiris tentang prestasi sekolah anak-anak. Kontribusi sikap dan gaya mengasuh anak (parenting) diperiksa dalam kaitannya dengan prestasi sekolah anak-anak. Hubungan yang kuat antara prestasi sekolah anak-anak dan sikap dan gaya parenting dilaporkan dalam jurnal ini.

Abstrak yang disajikan penulis hanya menggunakan Bahasa inggris  Secara keseluruhan isi dari abstrak ini langsung menuju ke topik bahasan yang dibahas dalam jurnal ini, yang menurut saya cukup mudah dipahami pembaca.
Perkenalan (Introduction)
Dalam paragraf pertama, penulis menjelaskan tentang tiga jenis gaya pengasuhan (parenting) menurut konsep dari Baumrind (1971) yaitu otoriter, permisif dan otoritatif. Dari berbagai jenis gaya pengasuhan, studi orang tua di Asia telah menunjukkan gaya pengasuhan otoriter.

Dalam paragraf kedua, penulis menjelaskan bahwa keluarga adalah sumber sosialisasi pertama anak, jadi pola asuh dan pengaruh keluarga bisa sangat mempengaruhi pemahaman, sikap dan prestasi sekolah anak.

Dalam paragraf ketiga, penulis menjelaskan perbedaan prestasi yag disebabkan oleh perbedaan pola asuh pada anak Asia dan Amerika. Anak Asia biasanya tampil lebih baik secara akademis dibanding anak Amerika karena orangtua Asia menekankan proses adaptasi terhadap sikap, nilai, dan perilaku budaya yang dominan. Anak Asia dituntut memiliki nilai-nilai “kesalehan” pada diri mereka, serta memprioritaskan kepentingan keluarga daripada kepentingan pribadi. Sedangkan pada anak Amerika, nilai-nilai kebebasan individual lebih ditekankan.

Dalam paragraf keempat, penulis menjelaskan mengenai pentingnya peran keluarga dan pola asuh (parenting) bagi masa depan anak. Peran keluarga dan pola asuh menentukan akan menjadi seperti apa seseorang di masa depannya.
Pembahasan
Pada bagian pembahasan, penulis menggunakan tinjauan literatur sebagai sumber data.

Dalam paragraf pertama, penulis membahas gaya pengasuhan.

Dalam paragraf kedua, penulis membahas permasalahan yang sering diperdebatkan mengenai pola asuh, yaitu pola asuh yang bagaimana sebenarnya yang terbaik?

Dalam paragraf ketiga, penulis membahas mengenai pengaruh pola asuh otoritatif terhadap kematangan psikososial, yang kemudian akan mempengaruhi bagaimana siswa tampil di sekolah, hingga akhirnya berpengaruh pada prestasi siswa.
Dalam paragraf keempat, penulis membahas dampak keterlibatan orang tua dan pengaruhnya terhadap aspek-aspek pengasuhan yang spesifik.

Dalam paragraph kelima, penulis membahas penelitian yang terkait dengan pentingnya gaya pengasuhan dan prestasi akademik di sekolah.

Dalam paragraph keenam dan ketujuh, penulis membahas penelitian mengenai persepsi siswa terhadap gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua mereka. Lalu, kesimpulan penelitiannya adalah, temuan menunjukkan bahwa pola asuh mempengaruhi prestasi akademik remaja.

Dalam paragraph kedelapan, penulis membahas gaya pengasuhan orang tua dan sekolah-sekolah di China yang otoriter serta dampaknya terhadap prestasi belajar anak, serta penelitian yang terkait dengan hal tersebut.
Dalam paragraf kesembilan, penulis membahas penelitian yang menemukan keterlibatan orang tua berhubungan positif dengan prestasi akademik siswa.
Dalam paragfraf kesepuluh, sebelas, dan duabelas, penulis membahas penelitian mengenai aspirasi orangtua terhadap prestasi anaknya.

Dalam paragraph ketigabelas, penulis membahas mengenai ketidakmampuan anak untuk belajar dan merespons sistem peraturan di sekolah yang mungkin terkait langsung dengan bagaimana orang tua mereka mengajar mereka untuk menanggapi otoritas dan masalah interpersonal mereka. Jadi, hal tersebut berkaitan dengan pengasuhan orangtua mereka.

Dalam paragraph keempatbelas, penulis mengungkapkan suatu hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pemantauan orang tua yang rendah secara tidak langsung mempengaruhi penyalahgunaan zat remaja dengan meningkatkan kemungkinan lebih banyak waktu yang dihabiskan dengan menyimpang teman sebaya.

Dalam paragraph kelimabelas, penulis membahas mengenai berbagai instrumen yang bisa digunakan untuk menilai pengasuhan orangtua (parenting).

Kesimpulan
Pada bagian kesimpulan, penulis menyimpulkan bahwa orang tua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi sekolah anak mereka. Terutama ketika mereka terlibat dalam pendidikan anak-anak mereka dan memantau pekerjaan anak-anak mereka setelah sekolah.

Kemudian menurut penulis, gaya pengasuhan yang memiliki dampak terbaik pada prestasi akademik adalah gaya pengasuhan otoritatif atau disebut juga gaya pengasuhan berwibawa, yang akan membuat anak menjadi otonom, berorientasi pada prestasi, dan mampu mengontrol diri sendiri. Gaya pengasuhan otoritatif dikaitkan dengan tingkat remaja yang lebih tinggi prestasi sekolahnya.

Sikap dan gaya pengasuhan anak mengarah pada prestasi sekolah anak-anak. Disimpulkan bahwa sikap dan gaya pengasuhan orang tua memiliki dampak kuat pada anak-anak mereka. Karena itu, prestasi anak bisa jadi tercermin dari sikap dan gaya orang tua mereka.

Menurut saya, kesimpulan penulis baik, namun kurang mewakili keseluruhan isi jurnal.
Kelebihan Jurnal
1.       Literatur yang digunakan banyak.
2.       Cukup banyak hasil penelitian yang dipaparkan.
3.       Tulisan cukup mudah dipahami.
Kekurangan Jurnal
1.       Penulis tidak melakukan penelitian sendiri



Rabu, 15 November 2017

Cara Memanfaatkan Nasi Dingin untuk Kamu yang Nggak Mau Masak

Halo readers, jumpa lagi dengan saya, author blog ini. Kali ini saya akan menceritakan cara pemanfaatan nasi dingin ala saya.

Sebelumnya, saya mau bilang kalo tips ini saya dapat dari sebuah cerita di suatu komik. Sayangnya, saya lupa itu komik yang mana, judulnya apa, authornya siapa -_-

Jadi, cerita di komiknya tentang seorang gadis berandal, preman sekolah, yang ingin bertobat, karena ia tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke Sekolah Memasak. Nah, untuk masuk ke sekolah memasak tersebut, persaingannya ketat, makanya si gadis (yang entah namanya siapa, saya lupa) harus berubah, nggak boleh nakal dan malas-malasan sekolah lagi, supaya bisa dapat rekomendasi dari sekolahnya untuk masuk ke Sekolah Memasak itu.

Rupanya, si gadis ingin masuk ke sekolah memasak karena terinspirasi oleh adik tirinya. Jadi, orangtua si gadis sudah lama bercerai, dan ia hidup bersama ibunya. Selama ini ia hidup kesepian, makanya lama-kelamaan ia jadi nakal, karena bosan. Suatu hari, ibunya memutuskan untuk menikah dengan seorang duda beranak satu, anaknya seorang balita laki-laki.

Tetapi setelah menikah, kehidupan si gadis ternyata tetap sama saja. Ia pikir ibunya akan berubah jadi lebih baik, sering di rumah dan mengurus keluarga, karena sekarang dalam keluarga baru mereka ada seorang balita. Ternyata tidak, ibunya tetap sibuk bekerja dan membiarkan si gadis dan adik tirinya terlantar. Akibatnya, si balita jadi sering kelaparan dan menangis.

Suatu hari, si gadis, yang memang berandalan, pulang di sore hari, biasanya ia pulang malam. Ia menemukan adik tirinya yang sedang duduk menahan lapar. Awalnya ia tak peduli, selama ini ia memang tak peduli pada adiknya itu. Adiknya memang sering dibiarkan kelaparan sampai malam, sampai si gadis pulang, makanya ia tahu jika anak itu kelaparan. Namun karena si balita memanggil ia "Kakak" dan bertanya-tanya kepada si gadis seolah-olah gadis tersebut memang kakaknya, akhirnya si gadis iba, dan memutuskan untuk memberi makanan ke adiknya. Sayangnya, di rumah mereka tidak ada makanan samasekali. Hanya tersisa nasi dingin, kompor pun gasnya habis.

Kemudian si gadis punya ide. Ia campur nasi dingin dengan mentega, taburan merica dan garam. Alhasil, jadilah nasi-nasian, yang di depan adiknya si gadis akui sebagai masakan ala italia hahaha. Si adik yang kelaparan menyantap makanan itu dengan puas sampai tandas. Katanya: "Kak ini enak banget! Aku suka banget masakan kakak!"

Akhirnya, si gadis yang terharu memutuskan bahwa ia akan terus memasak masakan yang enak untuk adiknya. Makanya ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Memasak.

Gitu sih ceritanya. Nah, resep yang di atas bisa lho dipraktekkin oleh kalian yang sering punya nasi dingin tapi nggak mau boros gas kompor atau emang lagi nggak ada gas. Rasanya lumayan enak sih menurut saya, saya kebetulan sering mempraktekkan itu jika sedang kelaparan dan malas masak ahahaha...

Bahannya benar-benar hanya:

-nasi dingin (mungkin sepiring ya, atau sesuai kebutuhan)
-mentega secukupnya (kira-kira sendiri butuhnya seberapa)
-merica secukupnya
-garam secukupnya

Kemudian aduk/campurkan semua bahan di atas. Jadi deh. :D

Selasa, 31 Oktober 2017

20 Tahun Kehidupanku

Halo, perkenalkan nama saya Alfrida Ramadhani, kalian bisa panggil saya Al. Kali ini, saya akan menceritakan tentang 20 tahun kehidupan saya.

Hmm... sebelumnya saya mau bilang, mungkin cerita ini akan sedikit tidak beraturan. Saya harap kalian yang membaca cerita ini bisa maklum.

Kehidupan saya bisa dibilang... biasa saja. Malah mungkin membosankan bagi sebagian orang. Tapi saya tidak merasa bosan sih.

Waktu masih kecil, banyak orang yang menyukai saya. Iya, soalnya saya dulu imut banget. Kata orang-orang itu, iya orang-orang itu. Hehe... terus saya sempat juga merasakan fase kehidupan dimana saya memiliki wajah yang mirip dengan Sherina, mantan penyanyi cilik itu. Banyak orang yang bilang saya mirip dia, cuma saya memang lebih muda sih, hohoho... Hmm... itu kan cuma wajahnya saja, bagaimana dengan kemampuan menyanyinya?

Saya pernah diceritakan oleh ibu saya, waktu kecil saya pernah diundang ke pesta ulang tahun seorang anak temannya. Nah disitu, dengan pedenya, saya menyanyi waktu MC memberi tawaran pada siapa saja yang bersedia untuk bernyanyi. Kemudian setelah itu, orangtua saya sempat ditawari oleh orang agensi (rupanya di acara itu ada tamu yang bekerja di suatu agensi) untuk bergabung di agensinya, siapa tahu bisa jadi penyanyi cilik (zaman itu penyanyi cilik masih hits). Tetapi orangtua saya menolak, mereka ingin saya jadi anak biasa saja.

Itu sedikit tentang kehidupan saya waktu kecil, sebelum sekolah. Masa kecil saya memang dihabiskan bersama ibu saya. Ibu saya yang merupakan ibu rumah tangga sering mengajari saya menyanyi, menyanyikan lagu untuk saya, serta memutarkan lagu-lagu anak. Makanya saya jadi bisa menyanyi.

Mulai masuk ke masa sekolah, kehidupan saya mendadak suram. Iya, anda tidak salah baca, mendadak suram.

Jenjang pendidikan pertama saya adalah di tingkatan Taman Kanak-Kanak atau disingkat TK. Saya bersekolah di sebuah TK di Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

Waktu TK, saya adalah seoarang anak yang bodoh, anak yang sulit diatur, dan suka membangkang. Hmm... sebenarnya saya melakukan itu semua karena ada alasannya sih. Dulu saya masuk TK tingkat B di usia 4,5 tahun, padahal normalnya anak yang masuk TK B minimal berusia 5 tahun. Orangtua saya awalnya ingin memasukkan saya ke TK tingkat A, namun ditolak oleh salah satu guru di TK tersebut karena saya dianggap terlalu tua. Saya malah disarankan masuk kelas TK B. Akhirnya, saya yang belum punya pengalaman belajar di sekolah sama sekali masuk ke TK B.

Sebenarnya orangtua saya pernah mengajari saya belajar sebelum masuk TK, namun sekadarnya saja, karena mereka pikir nanti di TK A saya akan diajari lagi semua pelajaran TK dari awal. Namun ternyata, saya tidak pernah melalui yang namanya tahapan TK A. Saya langsung masuk ke TK B yang tingkatan kesulitannya lebih tinggi dari TK A. Saya harus langsung mengikuti 'kehidupan' tingkat B, tidak ada lagi yang namanya pelajaran dasar. Alhasil, saya jadi nampak sangat bodoh di kelas saya.

Dan parahnya, guru yang 'menjerumuskan' saya ke TK B, bukannya bertanggungjawab membantu menyejajarkan kemampuan saya dengan teman-teman sekelas saya, malah membully saya karena saya bodoh -_- saya sering diledek, disindir dan ditertawakan karena tidak mengerti pelajaran atau tidak mengerti instruksi yang dia berikan -_- kemudian, jika nilai saya jelek (yaiyalah jelek, namanya juga nggak ngerti) saya biasanya dimarahi oleh guru tersebut. Gara-gara sikap guru tersebut, akhirnya saya malah membangkang, menolak diatur guru tersebut, dan sering kabur di tengah pelajaran. Hahaha :')

Selain bermasalah dengan pelajaran dan dengan guru, saya juga bermasalah dengan teman-teman saya. Saya kurang paham kenapa, namun rasanya saya tidak cocok dengan mereka. Selain itu, saya juga mendapat stereotip negatif dari beberapa orangtua murid, sehingga ada orangtua yang tidak mengizinkan anaknya bermain dengan saya. :( ditambah lagi, guru saya berperan besar menjauhkan saya dari teman-teman perempuan. Setiap jam makan siang, saya sering diberikan tempat duduk di tempat anak laki-laki. Ya, saya nggak peduli sih sebenarnya mau duduk dimana. Cuma kalo dipikir-pikir lagi, seharusnya kan saya duduk di tempat anak perempuan. Apalagi saya dan anak laki-laki juga tidak akur, sering berkelahi.

Begitulah, masa TK saya samasekali tidak bisa dibilang penuh keceriaan seperti anak TK pada umumnya.

Namun saya heran dengan diri saya sendiri, mungkin saya masih polos atau entah kenapa, saya tidak pernah sama sekali mengadukan perlakuan guru saya, maupun keadaan saya dan teman-teman saya kepada orangtua saya. Mereka baru tahu kelakuan guru tersebut ketika saya sudah lulus dan pindah rumah. Dan, tentu saja mereka tidak akan tahu jika saya tidak cerita, karena ketika ada pertemuan orangtua dengan guru, guru tersebut selalu berakting seolah-oleh beliau adalah guru paling baik sedunia. Guru tersebut tiba-tiba bersikap sangat ramah pada saya di depan orangtua saya dan berkata yang baik-baik kepada orangtua saya :) #fakesmile

Sisi positifnya, sepertinya guru tersebut tidak melaporkan kebodohan saya atau kenakalan saya di sekolah kepada orangtua saya. Sisi negatifnya.... gausah dipikir lagi lah, ambil hikmahnya saja. :)

Begitulah cerita masa TK saya yang penuh dengan kebodohan dan permusuhan dengan guru maupun teman-teman :) masa yang suram.

Kemudian, saya dan keluarga pindah rumah, dari Pontianak ke rumah yang sekarang, di Citayam. Lalu saya masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya, yaitu Sekolah Dasar (SD). Saya bersekolah di sebuah SD swasta yang ada di dekat rumah saya.

Dan, tidak diduga, masa SD saya justru bisa dibilang cemerlang. Di SD, bakat saya di bidang akademik mulai terlihat. Sejak kelas 1 hingga kelas 6, saya menjadi langganan juara kelas. Saya sering mendapat ranking 1 dan beberapa kali mendapat ranking 2 di kelas. Selain itu, ketika kelulusan, saya menjadi peraih nilai UN tertinggi di sekolah saya. (Maaf ya bukan bermaksud sombong, emang disuruh cerita, he he)

Saya dan orangtua saya samasekali tidak menyangka akan seperti itu. Namun menurut saya pribadi, itu adalah efek guru dan suasana belajar. Guru dan suasana belajar di SD rupanya mampu mengoptimalkan potensi akademis saya dibanding di TK. Of course. :)

Selain juara kelas, saya juga beberapa kali diminta mewakili sekolah mengikuti olimpiade tingkat kecamatan atau kabupaten, walaupun nggak ada yang lolos sih, hehe... Saya juga pernah menjadi "dokter kecil" di sekolah, walaupun karena tidak berminat ujung-ujungnya saya kabur dari tugas tersebut. (Hmm... kalian tahu dokter kecil? Di sekolah kalian ada dokter kecil juga nggak?)

Kemudian di bidang non-akademik, saya juga ada sedikit bakat, tepatnya bakat menggambar.

Di lingkungan rumah, ketika ada lomba memperingati Hari Kemerdekaan RI, saya pernah beberapa kali mengikuti lomba menggambar dan mewarnai. Dan di tiap lomba yang saya ikuti, saya selalu meraih 3 besar, walaupun tidak selalu juara 1. Sedangkan di lingkungan SD, saya pernah mendapatkan juara 1 pada Lomba Mewarnai dari Sakatonik ABC yang dulu mengadakan lomba di sekolah saya. Selain itu, saya juga pernah juara 2 lomba membuat kaligrafi. Dan, kaligrafi buatan saya banyak yang dipajang di kelas.

Saya rasa, kemampuan menggambar saya menurun dari ayah saya, ditambah lagi saya juga mengikuti ekstrakurikuler menggambar di sekolah. Jadi, bakat saya pada saat SD cukup terasah.

Lalu, selain ikut ekstrakurikuler menggambar, saya juga pernah ikut ekstrakurikuler musik. Berkat ikut ekskul musik, saya jadi cukup paham nada, hafal lagu-lagu nasional dan daerah, serta bisa memainkan pianika dengan cukup lancar.

Begitulah cerita singkat seputar masa SD saya, kemudian berlanjut ke jenjang berikutnya, masa SMP. Saya bersekolah di sebuah SMP negeri di Depok, Jawa Barat.

Masa SMP saya... Tidak secemerlang masa SD saya. Prestasi saya di bidang akademis tidak bisa dibilang buruk sih, walaupun tidak seperti dulu. Saya rasa, kemampuan saya cukup stabil. Saya memang tidak selalu juara kelas, walaupun masih beberapa kali masuk 3 besar, namun saya selalu masuk 10 besar di kelas saya. Saya juga pernah ikut seleksi untuk perwakilan olimpiade, namun tidak terpilih, hehe...

Untuk ekskul, nah di sinilah menurut saya penurunan yang terjadi. Saya pernah ikut ekstrakurikuler basket selama 1 tahun. Saya hanya bertahan selama 1 tahun, karena "olahraga memang bukan dunia saya". Setelah itu saya pernah ikut ekstrakurikuler MIPA, namun ekskul tersebut lebih banyak off. Jadi, anggap saja saya tidak ikut ekskul.

Segitu saja kisah saya di SMP, selanjutnya adalah kisah saya di SMA. Saya bersekolah di sebuah SMA negeri, masih sama di daerah Depok, Jawa Barat.

Masa SMA saya menurut saya lebih baik dari masa SMP. Di SMA, saya kembali menjadi langganan juara kelas, walaupun kemampuan saya patut dipertanyakan sih hahaha... Saya merasa belajar saya kurang maksimal. Apalagi, saya merasa salah jurusan juga di SMA hahaha... dulu saya mengambil peminatan IPA. Setelah direnungkan, ternyata cara belajar saya sebenarnya "lebih IPS" hahaha.

Saya juga pernah menjadi perwakilan sekolah mengikuti OSK (olimpiade tingkat kecamatan) di bidang astronomi, yaa... walaupun ujung-ujungnya tidak lolos sih hahaha... Dan menurut saya, sebenarnya patut dipertanyakan juga kenapa saya yang dipilih mewakili sekolah hahaha...

Untung bidang non-akademis, saya pernah mengikuti ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) gara-gara termakan gosip -_- dulu ada gosip ketika saya masih jadi murid baru, bahwa hanya ada 3 ekstrakurikuler di SMA saya, karena sekolah saya masih tergolong baru, yaitu paskibra, futsal dan PMR. Dan karena ekstrakurikuler diwajibkan di sekolah, mau tidak mau saya harus memilih salah 1. Akhirnya, saya putuskan memilih PMR, yang ujung-ujungnya saya tinggalkan setelah bergabung selama beberapa bulan karena tidak sesuai dengan minat saya. (ingat cerita dokter kecil sebelumnya? hehe)

Setelah pindah dari PMR, kemudian ada penerimaan peserta baru Paduan Suara. Nah, rupanya di sekolah saya ada ekstrakurikuler lain selain 3 ekskul yang saya sebut sebelumnya -_- Akhirnya, saya mendaftar Paduan Suara dan menjadi anggota sampai saya lulus. :)

Kemudian, setelah lulus SMA, cerita berlanjut ke masa kuliah saya. Saya berkuliah di Universitas Gunadarma.

Di masa perkuliahan ini, ada beberapa penyesalan yang saya alami, namun hal tersebut (agak) memacu saya untuk menjadi lebih baik.

Tingkat 1, saya habiskan hanya untuk fokus belajar dan bersenang-senang dengan teman saya. (Ini tingkatan yang saya sesali, seharusnya saya ikut volunteer atau apa gitu.)

Tingkat 2, saya mulai mengamati, tiru, modifikasi perilaku dan hal-hal positif yang dilakukan teman-teman saya. Saya yang tidak suka berorganisasi mulai mencoba ikut volunteer. Iya, volunteer saja, karena volunteer saja saya tidak terlalu tertarik.

Tingkat 3, saya mulai menjadi staff monitoring barcode di kampus. Kerjanya menginput absensi. :)

Yah, begitulah kira-kira kisah hidup saya yang terkait kreatifitas dan keberbakatan. Semoga ada hikmah yang bisa diambil dari kisah hidup saya. Semoga kalian yang lebih muda dari saya dan tidak sengaja mampir ke postingan ini, tidak menyia-nyiakan masa muda kalian seperti saya ya. :)

Senin, 16 Oktober 2017

Workshop membuat Poster Bertema Parenting untuk Siswa MA AL BAROKAH Sukabumi




Disusun oleh:

Alfrida Ramadhani (10515524)
Feisal Luthfiana (17515669)
Sarah Apriani A. (16515389)

Kelas 3pa01


                LATAR BELAKANG MASALAH

Pernikahan dini merupakan hal yang biasa terjadi di Indonesia bahkan hal ini  masih terjadi sampai masa moderen seperti ini. Kebanyakan para pelaku pernikahan dini tersebut adalah remaja desa yang memiliki tingkat pendidikan kurang. Remaja desa kebanyakan malu untuk menikah pada umur 20 tahun keatas. Anggapan remaja desa lebih memungkinkan untuk menikah diusia muda karena disana ada anggapan atau mitos bahwa perempuan yang berumur 20 tahun keatas belum menikah berarti “Perawan Tua”. Persoalan mendasar dari seorang anak perempuan yaitu ketika dia memasuki usia dewasa, banyak orang tua menginginkan anaknya untuk tidak menjadi perawan tua. Menjadi perawan tua bagi kebanyakan masyarakat dianggap sebagai bentuk kekurangan yang terjadi pada diri perempuan. Untuk itu, dalam bayangan ketakutan yang tidak beralasan banyak orang tua yang menikahkan anaknya pada usia muda. Kondisi itulah yang menjadikan timbulnya persepsi bahwa remaja desa akan lebih dulu menikah dari pada remaja kota. Anggapan-anggapan tersebut muncul karena kurangnya pengetahuan dari masyarakat mengenai pentingnya pendidikan bagi remaja.Selain itu, ada juga alasan seseorang menikah dini seperti karena alasan agama, menjaga syahwat agar tersalurkan dengan benar, alasan ekonomi, atau sudah lama berpacaran sehingga penasaran dengan jenjang selanjutnya.

Pernikahan dini memiliki dampak yang cenderung negatif. Menurut sosiolog Universitas Gajah Mada (UGM), Prof. Dr. Partini (dalam berdikarionline, 2016)  perempuan yang menikah di bawah usia 18 tahun berpotensi keguguran, anak dan ibu rentan terhadap penyakit, kualitas anak yang dilahirkan rendah, gizi buruk dan putus Sekolah. Disamping itu, menurut Partini, pernikahan usia dini juga membawa risiko menurunnya kesehatan reproduksi, beban ekonomi yang makin bertambah berat, kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, dan bunuh diri.Selain itu, pernikahan usia dini akan berdampak pada kualitas anak, keluarga, keharmonisan keluarga dan perceraian. Karena pada masa tersebut, ego remaja masih tinggi, padahal remaja yang menikah di usia dini harus menjalankan kewajiban-kewajiban yang seharusnya belum mereka lakukan, termasuk mengasuh anak jika mereka sudah punya anak.
Mengasuh anak bukanlah pekerjaan mudah. Banyak hal yang harus dilakukan dipertimbangkan dalam pengasuhan anak. Karena pola pengasuhan terhadap anak sangat berpengaruh terhadap masa depan sang anak.Pengasuhan anak atau disebut juga parenting, dapat dipelajari, dan memang seharusnya dipelajari oleh calon orangtua maupun orangtua, agar bisa diterapkan pada anak sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baik. Masalahnya, pendidikan mengenai parenting masih sering disepelekan oleh banyak orang. Sebagian orang menganggap mengasuh anak adalah hal yang remeh. Hal tersebut mengakibatkan munculnya berbagai masalah terkait anak. Salah satu contoh yang akhir-akhir ini marak terjadi adalah anak-anak yang kecanduan gadget.

Berdasarkan latar belakang di atas, kami merasa ini adalah masalah yang penting untuk diatasi. Oleh karena itu, kami bermaksud merancang sebuah kegiatan yaitu “Workshop Membuat Poster Bertema Parenting untuk Siswa MA AL BAROKAH Sukabumi” sebagai sarana edukasi dan sosialiasi mengenai parenting kepada calon orangtua, sekaligus menambah keterampilan mereka di bidang seni.
Dalam hal ini kami membidik MA Al Barokah Sukabumi.

B.       PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, kami merumuskan permasalahan:
1)   Bagaimana menyadarkan siswa/iMA AL BAROKAH Sukabumi bahwa menikah muda membutuhkan persiapan yang matang.
2)   Bagaimana mengedukasi siswa/iMA AL BAROKAH Sukabumimengenai parenting yang baik.
3)   Bagaimana meningkatkan daya kreativitas siswa/iMA AL BAROKAH Sukabumimelalui kegiatan workshop pembuatan poster.

C.      TUJUAN PROGRAM
1)      Memberikan edukasi mengenai pernikahan dini.
2)      Menyampaikan ilmu mengenai parenting, yang diharapkan akan menyebabkan siswa/remaja:
a)      Menghindarkan siswa/i dari menikah muda, menikah di usia yang dianjurkan.
b)      Seandainya tetap ada remaja yang menkah muda, diharapkan mereka telah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai parenting.
3)      Menambah keterampilan siswa/i dalam membuat poster.

D.      LUARAN YANG DIHARAPKAN
Dari workshop ini diharapkan agar siswa/i MA AL BAROKAH Sukabumi mengetahui banyak hal mengenai nikah muda khususnya persepsi, resiko atau tanggungjawab yang harus dijalankan terkait dengan parenting dan siswa/i memiliki bekal parenting yang baik yang dapat dipraktekkan dalam pengasuhan anak nantinya serta ditambah dengan daya kreativitas yang dapat terasah melalui program workshop ini.

E.       KEGUNAAN PROGRAM

Kegunaan program dari workshop membuat poster bertema parenting adalah menambah wawasan baru bagi siswa/i di MA AL BAROKAH Sukabumi mengenai nikah muda dan parenting. Memberikan pengetahuan parenting yang baik agar meskipun pada akhirnya siswa/i MA AL BAROKAH Sukabumi menikah muda, mereka sudah paham mengenai cara mengasuh anak yang baik dan benar.


Sabtu, 09 September 2017

Jangan Jadi Sembarang Orang, Jadilah Orang Baik yang Berkualitas

Cerita ini saya copy-paste dari:  http://www.kompasiana.com/newtonmimpi/muslimah-sholehah-penampilan-syar-i-percaya-diri-tetap-oke_54f921ffa333113c078b46a0  (akhir tulisan)

Saya ingin menyajikan sebuah cerita yang diambil dari kitab Masnawi- Jalaludin Rumi:

“Ada seorang muazin yang bersuara jelek di negeri kafir. Ia memanggil orang untuk sholat. Namun banyak yang menasehati untuk tidak adzan karena suaranya tidak bagus itu dikhawatirkan akan menjadikan kerusuhan dan pertengkaran antara orang Islam dan orang kafir. Tapi si muazin tetap percaya diri dan merasa bahagia dengan suaranya yang tidak bagus. Ia merasa mendapat kehormatan untuk memanggil sholat di satu negeri dimana orang-orang tak pernah sholat. Suatu hari seorang kafir datang dengan membawa jubah, lilin, dan manisan untuk jamaah kaum muslim. Dia bertanya di mana sang muazin? Tunjukkan padaku siapa dia, muazin yang suara dan teriakannya selalu menambah kebahagiaan hatiku.? “Kebahagiaan apa yang kau peroleh dari suara muazin yang jelek itu?” seorang muslim bertanya.

Orang kafir itu bercerita “ suara muazin itu menembus gereja, tempat kami tinggal. Aku memiliki seorang anak perempuan yang sangat cantik dan berakhlak mulia. Ia berkeinginan sekali untuk menikahi seorang Mukmin yang sejati. Ia mempelajari agama dan tampaknya tertarik untukmasuk Islam. Kecintaan kepada iman sudah tumbuh dalam hatinya. Sampai satu saat anak perempuanku mendengar suara adzan itu. Ia bertanya, “Apa suara yang tidak enak ini? suara ini mengganggu telingaku. Belum pernah dalam hidupku mendengar suara sejelek itu di tempat-tempat ibadat atau gereja. “saudara perempuanya menjawab, “suara itu namanya adzan, panggilan untuk beribadat bagi orang-orang Islam. “dia hampir tidak memercayainya”. Dia bertanya kepadaku, “Bapak, apakah betul suara yang jelek itu adalah suara untuk memanggil orang sembahyang?”. Ketika dia sudah diyakinkan bahwa betul suara itu adalah suara azan, wajahnya berubah pucat pasi. Dalam hatinya tersimpan kebencian terhadap Islam.

Hikmah yang bisa dipetik: berusahalah menjadi muslim yg sebaik dan sebenar-benarnya. Jadilah muslim yg berkualitas dan bisa menebar kebaikan yg diterima dengan baik oleh sesama :)

#reminderformuslim #reminderformuslimah

Btw ini nggak cuma buat perilaku yang berkaitan dengan keimanan aja sih, tapi bisa buat segala aspek kehidupan. Jadilah manusia yang sebaik-baiknya, berusahalah sebaik-baiknya dalam hidup, seriuslah menekuni suatu bidang dan jadilah profesional di bidang tersebut , dan semacamnya, pokoknya gitu deh wkwkwk.

#reminderforus
#remindertobebetter

*ps: jangan lupa berdoa buat muslim Palestina, Rohingnya dan muslim-muslim di tempat lainnya yaa

Senin, 04 September 2017

(Dan Lagi-Lagi) Jangan Hanya Menilai dari Luar saja

Kemarinan, saya sempat bertemu dan ngobrol-ngobrol dengan dua orang teman lama. Bukannya lama nggak ketemu sama mereka sih, maksudnya kita udah lama berteman gitu, makanya saya sebut teman lama.

Awalnya kami ngobrol ngalur ngidul, sampai suatu saat obrolan kami tiba di topik "perubahan dari salah seorang teman saya". Anggap lah ada dua orang yang sedang mengobrol dengan saya, si A dan si B, dan si A ini telah memutuskan berhijrah menjadi manusia yang lebih baik bagi nusa, bangsa dan tentunya agama yang diridhai Allah SWT. Insya Allah dia sudah kembali menuju jalan yang lurus, jalan yang benar.

Ketika si A baru berhijrah, saya dan si B merasakan perubahan yang cukup drastis dari si A. Kemudian kami mulai merasa kurang bisa "mengimbangi" perkembangan si A yang kian pesat, ia makin ingin tahu dan sepertinya butuh teman diskusi mengenai islam. Akhirnya suatu hari, saya memutuskan untuk mengenalkan si A kepada teman saya yang lain, teman yang lebih baru. Sebut saja si C.

Akhirnya si A dan si C mulai berkenalan di sosmed, sempat bertemu sekali (ada saya juga sih sebagai mak comblangnya) dan sekarang entah bagaimana kelanjutan hubungan mereka wkwkwk, semoga baik-baik saja.

Gara-gara topik obrolan berubah menjadi seputar "hijrahnya si A" lama-lama kami juga jadi ngobrolin si C. Emm... bukan ngobrolin yang jahat gitu sih, bukan. Ngobrolnya yang bagus-bagus kok.

Dalam obrolan kami, tiba-tiba si B bilang: "Pantesan "dia" (si C) islami banget."

Tapi saya malah bilang: "Hmm.... nggak juga sih, biasa aja."

Dan sampai sekarang saya kepikiran soal jawaban saya itu dan menyesal udah bilang gitu

Sebenernya maksud saya soal "dia" (oke, sekarang sebutan si C kita ganti aja jadi dia ya) itu, bukannya dia nggak islami banget. Bukannya dia yang sebenarnya itu biasa-biasa aja. Tapi dia memang tampak luarnya ya biasa aja. Dia nggak terlalu nunjukin kelebihan ilmunya dgn cara yang.... gimana ya bilangnya? Gitu deh. Nggak keliatan.... hmmm... mungkin yang suka dibilang fanatik gitu kali ya? Dia biasa aja kok. Kalo kalian liat saya sama dia lagi berdua, bisa diliat gaada bedanya.

Tapi dalamnya.......... JAUH BANGET beda! Dia itu tuh yaa.... duuuhh.... bahkan ada beberapa fakta yang saya baru tahu tentang dia, dan itu fakta yg hebat! Padahal kita udah kenal cukup lama, tapi saya aja bahkan baru tau. Dia emang bener-bener rendah hati banget. Hmm... memang kelebihan itu bukan buat dipamerin sih, tapi dia tuh..... hmm..... kalo dalam Islam disuruh pilih-pilih dalam berteman kan? Berteman jangan sama orang yg mengajak dalam kejahatan, berteman sama orang yg mengajak dalam kebaikan. Nah yg saya heran, dia kenapa mau berteman sama saya? Mungkin dia yakin kali ya dia ga bakal tersesat kalo bersama saya? Entahlah~ maksud saya, saya tuh ga sebaik dia, jauh bgt :") etapi orang baik mah emang ga pilih-pilih temen ya? XD *ceritanya minder sekaligus merasa tersanjung dipilih sebagai teman

Setiap kali bergaul pasti dia berusaha tampil selaras dengan orang lain. Kalo lagi sama saya ya keliatannya kayak saya. Kalo lagi sama temen-temen lain yang biasa aja, dia juga bisa keliatan sama lah sama lingkungannya. Kecuali kalo sama orang yg emang "beda dunia" keliatan banget sih bedanya. Dan saya juga samasekali nggak berharap dia bisa keliatan sama kalo lagi sama orang-orang kayak gitu, jangan sampe! Nggak bermaksud sok suci, tapi saya tau setiap orang pasti ingin jadi orang yg berada di jalan yg benar, minimal jadi orang baik. Makanya kalo udah baik seharusnya dijaga dan mending gausah nyoba yg aneh-aneh. Wlwpun kadang iseng-iseng nyoba sih.

Apasih intinya? Intinya, jangan cuma menilai dari luar aja. Seperti saya menilai dia. Dia memang nggak keliatan islami banget dari luar, tapi sebenarnya sikapnya itu justru islami banget. Rendah hati, menghargai orang (yang nggak selevel), nggak menggurui dan mengajak untuk bersama-sama (bukan cuma menyuruh) menjadi pribadi yg lebih baik.

She was a great friend, not an ordinary girl! Saya khilaf karena yang saya ingat cuma keseharian saya bersama dia aja (tampak luar) bukan maksud dari perbuatan dia yg sebenarnya (tampak dalam) wkwk.

Buat "dia" a.k.a si C: maaf ya temanku, kamu memang luar biasa, sumber inspirasi ku ;)

Jangan Hanya Melihat dari Luar atau Dalam Saja, Kau Tak Mungkin Bisa Melakukannya

Jangan hanya melihat dari luar atau dalam saja, kau tak mungkin bisa melakukannya.

Seseorang pasti tertarik pada suatu hal karena melihat tampilan luarnya, namun untuk memutuskan apakah ia menyukai hal atau tidak, maka seseorang baru akan melakukannya setelah mengetahui makna yang terkandung dari hal tersebut.

Kau mungkin akan tertarik membaca buku setelah melihat dari sampulnya. Namun untuk memutuskan apakah buku tersebut bagus atau tidak, apakah kau menyukai, maka kau akan membacanya dulu sampai tuntas.

Tapi soal tampilan luar ini relatif. Kau bisa saja tertarik untuk membaca sebuah buku yang justru terlihat lusuh dan tua, jika kau punya pikiran bahwa itu adalah sebuah buku tua yang berharga, buku yang sudah tidak dijual lagi dan sudah langka. Dan bisa saja jadi tidak tertarik membaca sebuah buku karena melihat sampulnya yang terkesan norak. Begitulah, tampak luar selalu melibatkan masalah selera serta kesan yang ditangkap.

Tampak dalam juga relatif. Jika kau penakut, mungkin kau akan membenci buku kumpulan kisah horror. Jadi kau akan memustukan untuk tidak menyukai buku kumpulan kisah horror. Jika kau orang yang tidak percaya pada cinta, percayalah, awalnya, bahkan mungkin sampai kapanpun kau tidak akan pernah suka dengan novel percintaan.

Intinya, jika kau tidak menyukai sesuatu, maka kau tidak akan ingin tahu, dan tidak akan berusaha mencari tahu tentang sesuatu itu. Lalu, sesuatu yang kau sukai belum tentu sama dengan orang lain. Karena tiap orang punya selera yang berbeda.

Jadi? Apa sebenarnya maksud tulisan ini?

Sebenarnya yang ingin kusampaikan padamu:

Pertama, jangan tergesa-gesa memutuskan untuk menyukai atau tidak menyukai sesuatu jika baru melihat luarnya saja. Sudah kubilang sebelumnya, tampak luar itu bisa memutuskan apakah kau tertarik atau tidak. Tetapi bagian dalamnya yang bisa membuatmu menentukan suka atau tidak.

Walaupun begitu, tampak luar juga tetap penting. Karena tampak luar yang bisa membedakan satu hal dengan hal lain dalam sekali lihat.

Kedua, menurutku kau tak perlu memisahkan, mengkotak-kotakkan tampak luar dengan tampak dalam. Terima sepaket, apa yang tampak di luar dan tampak di dalam, jika kau memutuskan untuk menerima. Mereka adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Sepaket.

Ketiga, jangan membandingkan sesuatu dengan suatu hal yang lain. Misalnya tampak luar satu hal dengan hal lainnya. Itu tidak adil. Membandingkan hanya dalamnya, tentang satu hal dengan hal lain pun, menurutku tidak adil. Meskipun menurutku hal itu masih sedikit lebih baik daripada hanya membandingkan tampak luar.

Bagaimana jika membandingkan luar-dalam dari sesuatu? Kurasa ini lebih adil. Kau bisa menghargai kerja keras orang yang merawat tampilan luarnya, sekaligus kerja kerasnya dalam menjaga apa yang ada di bagian dalam. Tetapi...

Tetapi menurutku, lebih baik lagi jika kau tidak jadi pribadi yang suka membandingkan sesuatu. Belajar menerima dengan ikhlas apa yang telah kau punya, apa yang telah kau putuskan untuk memilihnya atau apa yang kau putuskan untuk merimanya. Apa yang telah kau sukai, yang memang kau sukai atau kau putuskan untuk menyukainya. Bertanggungjawablah pada keputusanmu.

Dan juga, kau harus membantu dalam membuat perubahan ke arah yang lebih baik, jika merasa masih ada yang perlu diperbaiki. Namun jangan merasa memperbaiki dengan melakukan perbandingan dengan yang lain, karena tiap orang punya jatah urusan masing-masing untuk diurusi, yang tentunya berbeda-beda, tidak bisa disamakan. Jika kau sudah mengambil jatahmu, urusi bagianmu saja, tidak usah urusi bagian orang lain. Kecuali sekedar memberi saran, itu tidak mengapa. :)

Mengapa Kita Sering Melihat dan Mendengar Hal yang Tidak Kita Sukai

Mengapa kita sering melihat dan mendengar hal yang tidak kita sukai?

Karena Tuhan ingin tahu dan menguji apakah kita benar-benar serius atau tidak.

Ha? Masa sih?

Misalnya kamu memiliki mimpi yang terlihat gila dan berusaha mewujudkannya, namun kamu mendengar hinaan dari orang lain dan melihat mereka menertawakanmu. Itu karena Tuhan sedang menguji, apakah kamu benar-benar bermimpi atau hanya sedang berangan-angan. Jika kamu serius bermimpi, maka kamu akan berusaha mewujudkan mimpimu apapun yang terjadi.

Misalnya kamu menekuni hobimu/minatmu, namun kamu mendengar orang lain mencibirmu dan melihat mereka meremehkanmu. Itu karena Tuhan sedang menguji, apakah kamu benar-benar serius menekuni hobimu atau tidak. Jika kamu serius, apapun kata orang dan bagaimanapun perlakuan orang terhadapmu, kamu akan tetap menekuni hobimu itu.

Misalnya kamu menyukai seseorang. Namun kamu mendengar rumor tentang kedekatan dia dengan orang lain dan melihatnya sering bersama orang lain itu. Itu karena Tuhan sedang menguji, apakah kamu benar-benar menyukai orang itu atau tidak. Jika kamu benar-benar serius pada orang tersebut, pasti kamu akan berusaha memperjuangkan orang itu sampai titik darah penghabisan. Mungkin seorang pria akan menyatakan perasaannya dan melamar wanita yang benar-benar ia cintai. Mungkin seorang wanita akan menyatakan perasaannya dan menawarkan diri menjadi istri dari pria yanh ia cintai (hmm... btw kalo di Indonesia hal ini masih dianggap tabu oleh sebagian orang, walaupun ada juga sebagian orang yang menganggap wajar jika wanita menyatakan perasaannya lebih dulu daripada pria). Soal diterima atau ditolak, itu urusan belakangan, yang penting ia sudah berusaha dengan sangat bersungguh-sungguh.

Dan masih banyak permisalan lain yang bisa kita jadikan contoh. Yang jelas, mari kita ambil hikmah dari setiap peristiwa. :)

Kamis, 31 Agustus 2017

Hijrah dan Hijab

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Hello blog and readers, apakabar semuanya? Semoga baik-baik aja ya :D

Apa sih yang kalian pikir kalo denger kata hijrah? Apakah pindah dari 1 tempat ke tenpat yang lain? Atau berubah jadi lebih islami? Saya sih kalo denger hijrah kepikirannya yang pertama. Tapi yang sayang maksud sekarang adalah hijrah yang kedua.

Jadi, apakah saya udah berubah jadi lebih islami? Hmm... nggak ngerti juga. Kayaknya sih nggak terlalu ya. Tapi kalo dibilang ada perubahan sih ya emang ada. Dan saya juga nggak ngerti inikah yang disebut hijrah atau bukan. Mudah-mudahan sih iya. Aamiin. :)

Awalnya, saya terpengaruh hijrah karena ada beberapa hal yang terjadi di sekitar saya dalam waktu berdekatan, salah satunya adalah karena beberapa orang di sekitar saya yang hijrah duluan. Pertama, ada teman SMA saya, sebut saja mawar, seorang muslimah. Awalnya dia muslimah yang biasa aja, seperti saya. Kita sama-sama udah pake kerudung dari SMA, tapi yaa.... gitu deh, kerudungnya masih kerudung yang gitu. Menutupi dada sih iya (kalo saya) tapi bajunya masih kadang lengannya panjang menutupi pergelangan, kadang nggak. Terus masih pake celana jeans. Gitu deh kayak cewek-cewek zaman sekarang pada umumnya.

Nah suatu hari saya liat postingan dia sosmed. Dan tahukah kamu? Disitu ada beberapa foto dia (dari jarak jauh, bukan selfie gitu) pakai gamis panjang + khimar + ............... niqab/cadar. Subhanallah.

Disitu saya merasa takjub. Dari dulu (waktu belum ngerti sunnah-sekarang saya ambil hukum cadar yang sunnah) saya emang nggak pernah benci sama orang-orang bercadar (niqabis) dan cadar/niqabnya walaupun juga nggak dukung sih. Jadi netral aja gitu. Soalnya saya yakin, mereka (niqabis) begitu karena ada alasannya. Emang sih muka mereka jadi ketutupan, bikin susah dikenal. Tapi menurut saya (dulu) kalo emang pas ada pemeriksaan-pemeriksaan atau emang di tempat-tempat yang gerak gerik wajib kudu harus selalu dipantau dan diwaspadai sih pake cadar itu salah, nyusahin gitu lho, bikin orang nggak tenang dan segala macam liat orang yang pake cadar. Harusnya gausah ada yang dicurigain malah jadi mencurigakan kan? Apalagi orang bercadar stereotipnya kan teroris -_- (tapi sekarang saya malah sedih + sebel ada stereotip kayak gini, jadi pro niqabis walaupun ga make cadar sih). Cuma kalo misalnya orang lagi di jalan raya, jalan kaki gitu mau ke mana kek, lagi di masjid, lagi di pasar yang ga terlalu desak-desakan, lagi di mall yang luaass, ya pokoknya di tempat-tempat yang suasananya santai gitu lah, saya rasa sih gaada masalah ya (harusnya). Lagian saya dulu juga mikir kalo cadar ngelindungin wajah sih, jadi enak juga buat orang yang risihan kalo mukanya diliatin sama mata-mata jelalatan orang lain. Wkwkwk. Jadi nggak digodain juga sama sembarang orang, lah orang-orang udah pada takut, risih, atau gasuka liatnya. Tapi kalo diceletukin atau dihina kurang tau sih (saya ga punya kenalan/temen yang bercadar, disekitar saya gaada yang bercadar sih, paling di kampus tapi orang-orangnya saya ga kenal tuh. Pokoknya saya belum pernah denger langsung pengalaman bercadar dari niqabis). Terus kalo bercadar jadi ga kena debu, jadi ga item juga badan (orang ketutup banget gitu). Pokoknya ada bagusnya juga. Apalagi kalo dipikir-pikir baju niqabis itu bagus, menutup aurat secara sempurna, daripada baju yang ketat-ketat atau minim-minim gitu kan? Saya (dulu) gasuka dua-duanya sih kalo disuruh milih untuk saya pribadi. Yang satu kelebihan bahan, yang satu lagi kekurangan. Cuma kalo bener-bener disuruh milih, ya saya pasti pilih pake cadar lah. Bajunya syar'i gitu, saking syar'inya malah kelebihan bahan. Kalo pake baju pendek-pendek malu kali, dosa pula. Udah mana ga cocok. Ngapain banget? Tapi yaa.... baju itu pilihan masing-masing pemakainya kan? Makanya dulu saya netral kalo soal cadar, dukung nggak, menghujat juga nggak. Soalnya itu balik ke keputusan masing-masing yang make.

Tapi kalo baju yang syar'i (gapake cadar) saya SETUJU BANGET! Awalnya saya juga gatau kalo baju muslimah itu ada aturannya. Dulu aja saya gatau kalo jilbab (kerudung maksud saya) itu wajib. Terus pas tau dan tau juga konsekuensi kalo nggak pake, akhirnya saya pake jilbab terus, itu juga belum konsisten saya pake tiap keluar rumah, baru ke sekolah, les, jalan-jalan atau pergi ke tempat yang ga deket-deket banget dari rumah. Kalo cuma ke warung deket rumah atau ke tetangga masih ga pake jilbab, mikirnya, "Ah tetangga ini, udah sering mereka liat gue ga pake jilbab". Hhhhh.... parah emang. Tapi dulu mah ngerasa keren kalo ga pake jilbab soalnya rambut yang bagus jadi keliatan (emang belum dapet hidayah wkwk).

Terus suatu hari, entah kenapa-mungkin hidayah, Alhamdulillah-saya ngobrol sama temen saya-muslimah juga, berkerudung juga malahan udah syar'i, tapi dulu saya belum tau apa itu syar'i dan bedanya sama yang nggak syar'i-dan dia bilang, "Sebenernya kan jilbab itu baju tau, kalo yang ini (nunjuk kain di kepala) namanya kerudung."

Saya: "Ah, masa sih?"

Temen: "Iya, beneran. Coba aja searching kalo ga percaya. Oiya, terus kerudung itu gaboleh ketat, gaboleh membentuk kepala sama leher, apalagi sampe telinganya nyeplak. Terus juga harus menutup dada sama bahu."

Saya: "Serius?? Ah masa sih? Yaudah nanti gue searching deh."

Akhirnya saya emang beneran searching. Dan itulah awal mula saya berkenalan dengan yang namanya HIJAB SYAR'I. Saya jadi tahu jika berkerudung (saya lebih suka nyebut kerudung karena sekarang kata "hijab" itu malah identik sama hijab fashion yang kebanyakan, ehm, sebenarnya bukan kebanyakan tapi memang tidak syar'i) itu ternyata syaratnya untuk bisa dibilang syar'i alias sesuai Syariat Islam. Terus kalo pake yang nggak sesuai gimana? Hmm.... D O S A  ._.

Jadi ya gitu deh, saya dulu dosa, bahkan mungkin sekarang juga masih dosa sih :( emang apa aja sih syaratnya?

Buat contoh visual, kalian lihat saja pakaian yang dikenakan muslimah-muslimah yang biasa aktif di rohis-yang biasa disebut ukhti. Nggak semua muslimah anggota rohis bajunya gitu sih, tapi kebanyakan gitu. Baju longgar, kerudung panjang sampai perut, pakai rok, pakai kaos kaki. Kira-kira gitu deh.

Kalo dijelaskan secara singkat syarat hijab syar'i (dan coba bandingkan dengan para ukhti) adalah:

1. Harus menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Selain kedua anggota tubuh ini wajib ditutupi termasuk juga telapak kaki. Jadi banyak muslimah syar'i yang memakai kaos kaki atau gamis yang menyapu lantai (gamis seperti itu boleh dipakai namun ada aturan panjangnya, (kalo tidak salah) maksimal 2 hasta dari mata kaki, lebih dari itu "ishbal"-ishbal itu berdosa)

2. Bukan pakaian untuk berhias seperti yang banyak dihiasi dengan gambar bunga apalagi yang warna-warni, atau disertai gambar makhluk bernyawa. Karena maksud perintah untuk mengenakan jilbab adalah perintah untuk menutupi perhiasan (daya tarik) wanita. Jadi seharusnya jilbab jangan malah jadi dihias/dipercantik dan membuat pemakainya jadi lebih cantik daripada tidak pakai. Oiyaaa... terus juga perempuan kalo keluar rumah lebih baik jangan pakai make up, kalo pakai jangan berlebihan. Karena make up termasuk perhiasan, soalnya membuat wajah jadi lebih cantik.

(Makanya ukhti-ukhti rata-rata mukanya ga make up, bajunya polos-polos hampir ga pernah ada motifnya. Terus kerudung/khimarnya juga bentuknya gitu-gitu aja, ga di model, emang karena biar nggak mencolok. Hijab syar'i itu sederhana.)

3. Pakaian tersebut tidak tipis dan tidak tembus pandang (karena dapat menampakkan bentuk lekuk tubuh) dan harus longgar, minimal tidak ketat (sehingga tidak menggambarkan bentuk lekuk tubuh).

4. Tidak diberi wewangian atau parfum. (Btw ga paka wewangian bukan berarti orang-orangnya bau ya. Orang-orang yang begini cuma nggak wangi semerbak, tapi juga nggak bau badan. Ada sih yang "katanya orang" bau badan, tapi seharusnya sih nggak gitu ya. Karena mengganggu orang lain dalam Islam ga boleh.)

5. Tidak boleh menyerupai pakaian pria dan pakaian kaum lain (selain kaum muslimin). Makanya para ukhti pakai rok atau gamis karena pakai celana menyerupai laki-laki. Selain itu salah 1 alasan kerudung/khimar mereka nggak di model juga karena ada model-model kerudung yang menyerupai orang kafir, misalnya model kerudung yang mirip biarawati.

Hei, gamis kan ada yang buat laki-laki juga, contohnya kayak yang dipakai orang Arab. Apa itu nggak saling menyerupai? Jawabannya: nggak, karena gamis untuk laki-laki sama untuk perempuan beda dari sisi panjangnya sama warnanya. Laki-laki kan batas panjang kainnya maksimal semata kaki. Sedangkan perempuan minimal panjang kain menutupi mata kaki. Gamis pria disana biasanya "ngatung" dan gamus wanita biasanya menyapu tanah. Selain itu warna gamis pria biasanya putih atau warna-warna terang, sedangkan gamis perempuan biasanya hitam atau warna-warna gelap agar tidak mencolok. Masih ada bedanya lah.

6. Bukan pakaian untuk mencari ketenaran atau popularitas (pakaian syuhroh). Kalo dengan pakaian itu bikin jadi terkenal atau populer, berarti pakaiannya mencolok kan? Jadi nggak boleh pake pakaian yang bisa mendongkrak popularitas. (Btw cadar nggak termasuk disini ya. Walaupun cadar bisa bikin pemakainya terlihat mencolok diantara orang lain yang nggak pakai, tapi cadar itu sesuai dengan syariat islam, jadi nggak dilarang. Dan mencoloknya cadar tidak dilarang karena cadar kan dipake justru untuk menyembunyikan daya tarik (kecantikan) pada wajah yang tetap terlihat, malah sesuai banget kan dengan tujuan hijab syar'i?)

*(7.)Pakaian tersebut terbebas dari salib. (iyalah ya, orang menyerupai kafir aja dilarang, apalagi pakai simbol-simbolnya. Ini gabung di poin 5 aja)

*(8.)Pakaian tersebut tidak terdapat gambar makhluk bernyawa (manusia dan hewan). (gabung poin 2 aja)

9. Pakaian tersebut berasal dari bahan yang suci dan halal. Tentu saja, Islam sangat memperhatikan kehalalan dan kesucian dalam segala aspek kehidupan.

10. Pakaian tersebut bukan pakaian kesombongan. Jangan memakai pakaian untuk menunjukkan kesombongan ataupun pakaian yang bisa membuat pemakaianya "merasa lebih" dari orang lain. Jangan pakai pakaian untuk dipamerkan.

11. Pakaian tersebut bukan pakaian pemborosan. Tidak boleh berlebih-lebihan dalam berpakaian, misalnya membeli pakaian yang sangat mahal. Lebih baik uangnya dishodaqohkan.

12. Kerudung tidak menyerupai punuk unta. Jadi tonjolan rambut gara-gara diikat harus disembunyikan sedatar mungkin.

(Referensi : https://rumaysho.com/163-pakaian-yang-mesti-engkau-pakai-saudariku.html)

Kira-kira kayak gitu syarat hijab syar'i. Dan... itu terkesan agak ribet untuk dilakukan walaupun sebenarnya sih nggak (asal ada aja baju, khimar dan kaos kakinya)

Hmm... btw masih banyak orang yang nggak percaya kalo hijab itu ada aturannya. Dikiranya itu aturan dari aliran mana lah. Tapi kok saya percaya? Apa saya penganut aliran tertentu?

Hmm... nggak sih. Saya nggak ikut aliran apa-apa. Saya nggak ikut suatu kajian, organisasi atau semacamnya gitu. Tapi saya mencari tau, dan setau saya aturan berhijab ada di Al Quran dan hadist. Tapi lebih banyak di hadist sih, makanya banyak orang yang nggak tau. Boro-boro tau yang di hadist, isi An-Nur ayat 31 aja banyak yang gatau, karena mungkin Al Qurannya gaada terjemahannya atau gimana.

Gitu deh. Lagipula, disaat menemukan hal seperti itu dan saya bingung, saya akan mencoba memakai logika saya untuk mengatasi kebingungan saya.

Beberapa logika saya:
1. Dalam Agama Islam dikatakan bahwa kecantikan seorang suami hanya milik suaminya. Nah kalo pake hijab syar'i, berarti hal tersebut terwujud kan? Perempuan jadi nggak terlalu terlihat menarik kecuali wajahnya aja. Coba kalo pake hijab fashion. Perempuan bisa kelihatan kecantikannya karena make up dan bentuk hijabnya, bisa juga karena motif bajunya yang terlalu mencolok, bajunya keren karena bentuk atau motif atau warna-warnanya yang menarik-bisa menimbulkan popularitas, bentuk badan indahnya kelihatan karena bajunya pas badan atau bahkan ketat, kakinya yang jenjang kelihatan. Nah yang liat kecantikannya yaa bisa siapa aja yang ketemu sama perempuan itu.

2. Salah satu fungsi hijab melindungi diri dari pandangan liar laki-laki dan gangguan laki-laki yang mesum-misalnya. Nah kalo pake hijab syar'i, yang bisa kelihatan cantik pasti cuma muka doang. Tapi kalo pake hijab fashion? Wajah cantik bermake up-menarik mata. Bibir seksi berlipstick-menarik hati. Pakaian dan kerudung bermotif cantik-menambah daya tarik. Bentuk dada yang seksi bisa kelihatan-menggoda iman. Bentuk pantat yang seksi kelihatan-menggoda iman. Bentuk badan yang kayak gitar spanyol kelihatan-menggoda iman. Bentuk kaki yang cantik kelihatan-menggoda iman. Wangi parfum yang segar-meningkatkan birahi. Nah lho?

Menurut kalian, hijab mana yang lebih bisa melindungi seorang wanita dari pandangan mata liar dan godaan lelaki?

3. Nuansa spiritual/religius. Mana yang menurut kalian terasa lebih islami? Sekumpulan ukhti berhijab syar'i yang sedang mengaji atau sekumpulan gadis-gadis berhijab modis yang sedang ngerumpi? Islam yang sebenarnya pasti nuansanya juga sesuai dengan namanya dong, islami.

Nah nah, poin nomor 3 di atas yang membuat saya sangat setuju dan yakin bahwa hijab itu harus sesuai syariat. Memakai hijab dengan asal-asalan bisa menghilangkan nuansa tersebut.

Dulu, sebelum kenal hijab syar'i, saya kadang bingung dan bertanya-tanya. Beberapa pertanyaan saya:

▪Ada yang aneh. Kenapa ya, padahal sama-sama pake kerudung, tapi kok tetep aja rasanya ada "gap" antara saya dan teman-teman saya yang "biasa aja" (kurang islami) dibanding sama ukhti-ukhti rohis itu? Kayak ada bedanya gitu. Emangnya kadar keimanan bisa kerasa ya?

▪Kenapa ya masjid sekarang rasanya aneh? Rasanya udah nggak kayak dulu, entah apanya. Udah gaada nuansa-nuansa itu, entah nuansa apaan. (gabisa dijelaskan dengan kata-kata)

▪Alhamdulillah, sekarang udah banyak perempuan pakai kerudung. Tapi kok banyak yang kayak nggak niat gitu sih kerudungannya? Terus kok rasanya.... gimana ya? Aneh. Udah pake kerudung tapi kok nggak berasa "alim"nya ya? (Bukannya bilang orang nggak alim, tapi yang saya sebut alim itu maksudnya nuansa islaminya, dulu saya nggak ngerti gimana nyebutnya).

Gitu deh kira-kira, dan seinget masih ada beberapa lagi tapi saya lupa.

Dan setelah mengetahui tentang hijab syar'i, akhirnya saya jadi tahu jawaban dari 3 pertanyaan di atas.

Hijab syar'i memang hanya salah 1 dari jenis pakaian yang ada di dunia. Karena hanya sebuah pakaian, hijab syar'i nggak bisa mengubah seseorang secara otomatis. Orang nggak bisa tiba-tiba jadi alim cuma karena pakai hijab syar'i. Pokoknya yang namanya baju itu nggak bisa membuat isi hati seseorang berubah begitu saja, kecuali......

Kecuali seseorang memantaskan diri dengan apa yang dia pakai. Misalnya muslimah yang pakai hijab syar'i jadi terpikir untuk lebih rajin beribadah, lebih rajin belajar agama agar kualitas dirinya bisa selaras dengan penampilannya. Atau contoh lain, seorang remaja perokok yang memutuskan untuk tidak merokok ketika sedang di sekolah dan di tempat-tempat lain selama ia masih memakai seragam sekolah, karena seorang siswa tidak pantas jika merokok dan biasanya selalu kena sanksi sosial jika ketahuan merokok.

Kalo orang yang nggak memantaskan diri mengikuti pakaiannya gimana? Yaaaa gitu. Pernah denger sebutan "kerdus" alias "kerudung dusta"? Atau pernah denger kalimat "jangan salahkan hijabnya, salahkan pemakainya"? Sebutan dan kalimat itu muncul karena pemakai kerudung/hijabnya nggak memantaskan diri. Misalnya disebut kerudung dusta karena orang pake kerudung tapi orang itu nggak berubah jadi alim, tetep aja jahat, nyebelin. Orang yang pake kerudung kan biasanya (stereotip sih) dianggap alim, tapi orang ini nggak. Jadi orang lain yang ngeliat orang tersebut jadi merasa "dibohongi". Kesannya jadi "biar keliatan alim padahal mah nggak" atau "itu orang pake kerudung buat nutupin aib doang".

Tapi terlepas dari kerudung dusta atau nggak, pakai hijab syar'i tetap WAJIB hukumnya dalam islam. Dan "kewajiban berhijab" sama "perilaku" seseorang itu bisa ada pengaruhnya sih, tapi nggak selalu. Lagian, life is a choice, hidup itu pilihan. Manusia bebas memilih, kecuali emang gaada pilihan sih. Misalnya ada aturan/kewajiban/keharusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Tapi bahkan kalo ada kewajiban pun, orang bebas memilih mau taat atau nggak kan sama kewajiban itu? ;)

Jadi jangan heran, walaupun dibilang hijab itu wajib bagi muslimah yang sudah baligh, bisa jadi tetap ada muslimah yang nggak pakai hijab karena memutuskan seperti itu. Terus untuk model hijab yang dipakai, misalnya seorang muslimah tahu hijab yang dipakai seharusnya sesuai syariat/hijab syar'i. Namun jika ia memutuskan untuk memakai hijab fashion, itu adalah pilihan dia. Atau seorang muslimah tau ada yang namanya hijab syar'i namun menolak percaya bahwa hijab yang dipakai haruslah syar'i, itu keputusan yang dia pilih. Ah, tapi saya bukannya mendukung hal-hal seperti itu sih, saya hanya memberitahu saja bahwa tiap orang pada akhirnya yang menentukan sendiri keputusan dalam hidupnya. Namun tugas kita sebagai "orang lain" dalam kehidupan "orang lain" untuk saling mengingatkan. Tetapi kita tetap tidak boleh memaksa.

Hmm... balik lagi ke hubungan hijab syar'i dengan nuansa islami. Memakai hijab syar'i itu kan berat. Bayangkan aja kita wanita harus merelakan kecantikan kita tertutup ketika gadis-gadis lain sedang berlomba-lomba menampilkan kecantikannya. Disitu diuji kesabaran dan ketabahan wanita dalam menghadapi godaan untuk menampilkan kecantikan. Makanya menurut saya hal tersebut membuktikan ketaatan wanita yang berhijab syar'i. Orang yang berhijab syar'i pasti penampilannya sederhana. Dari penampilan sederhana justru orang bisa lebih memperhatikan kualitas dalam diri seorang wanita daripada penampilan luarnya saja. Dan biasanya, muslimah sejati kualitas ilmu, akhlak, ibadah dan lain-lainnya pasti bagus, jadi inner beuaty nya akan sangat memancar, apalagi jika sang wanita memang berwibawa atau punya kharisma tersendiri. Saya pikir, itu lah yang membuat saya merasakan nuansa islami dari para wanita berhijab syar'i. Karena pakaian dengan kualitas dirinya cukup seimbang. Setidaknya mereka lebih berusaha menjaga diri mereka sendiri dibanding orang pada umumnya.

Saya jadi suka banget sama hijab syar'i setelah mengetahui hukumnya dan melihat para ukhti. Sayangnya saya belum bisa berpenampilan 100% syar'i :( doakan ya supaya suatu saat saya bisa 100% syar'i. Aamiin. Dan doakan juga supaya saya istiqomah yaa :D

Menurut saya hijab syar'i banyak banget manfaatnya, salah satunya bisa menjaga keseimbangan. Maksudnya keseimbangan apa? Maksudnya gini, kan ada orang yang terlahir dengan fisik rupawan dan ada yang kurang rupawan dari segi fisik. Dengan memakai pakain sesuai syariat, pasti perbedaan penampilan di antara mereka tidak akan terlalu "jauh". Itu menurut saya sih.

Dan masih banyak manfaat-manfaat lainnya. Pokoknya I ♡ hijab syar'i, I proud to be a muslimah, and Insya Allah, I can really ♡ Allah SWT and Rasulullah SAW.