Sabtu, 09 September 2017

Jangan Jadi Sembarang Orang, Jadilah Orang Baik yang Berkualitas

Cerita ini saya copy-paste dari:  http://www.kompasiana.com/newtonmimpi/muslimah-sholehah-penampilan-syar-i-percaya-diri-tetap-oke_54f921ffa333113c078b46a0  (akhir tulisan)

Saya ingin menyajikan sebuah cerita yang diambil dari kitab Masnawi- Jalaludin Rumi:

“Ada seorang muazin yang bersuara jelek di negeri kafir. Ia memanggil orang untuk sholat. Namun banyak yang menasehati untuk tidak adzan karena suaranya tidak bagus itu dikhawatirkan akan menjadikan kerusuhan dan pertengkaran antara orang Islam dan orang kafir. Tapi si muazin tetap percaya diri dan merasa bahagia dengan suaranya yang tidak bagus. Ia merasa mendapat kehormatan untuk memanggil sholat di satu negeri dimana orang-orang tak pernah sholat. Suatu hari seorang kafir datang dengan membawa jubah, lilin, dan manisan untuk jamaah kaum muslim. Dia bertanya di mana sang muazin? Tunjukkan padaku siapa dia, muazin yang suara dan teriakannya selalu menambah kebahagiaan hatiku.? “Kebahagiaan apa yang kau peroleh dari suara muazin yang jelek itu?” seorang muslim bertanya.

Orang kafir itu bercerita “ suara muazin itu menembus gereja, tempat kami tinggal. Aku memiliki seorang anak perempuan yang sangat cantik dan berakhlak mulia. Ia berkeinginan sekali untuk menikahi seorang Mukmin yang sejati. Ia mempelajari agama dan tampaknya tertarik untukmasuk Islam. Kecintaan kepada iman sudah tumbuh dalam hatinya. Sampai satu saat anak perempuanku mendengar suara adzan itu. Ia bertanya, “Apa suara yang tidak enak ini? suara ini mengganggu telingaku. Belum pernah dalam hidupku mendengar suara sejelek itu di tempat-tempat ibadat atau gereja. “saudara perempuanya menjawab, “suara itu namanya adzan, panggilan untuk beribadat bagi orang-orang Islam. “dia hampir tidak memercayainya”. Dia bertanya kepadaku, “Bapak, apakah betul suara yang jelek itu adalah suara untuk memanggil orang sembahyang?”. Ketika dia sudah diyakinkan bahwa betul suara itu adalah suara azan, wajahnya berubah pucat pasi. Dalam hatinya tersimpan kebencian terhadap Islam.

Hikmah yang bisa dipetik: berusahalah menjadi muslim yg sebaik dan sebenar-benarnya. Jadilah muslim yg berkualitas dan bisa menebar kebaikan yg diterima dengan baik oleh sesama :)

#reminderformuslim #reminderformuslimah

Btw ini nggak cuma buat perilaku yang berkaitan dengan keimanan aja sih, tapi bisa buat segala aspek kehidupan. Jadilah manusia yang sebaik-baiknya, berusahalah sebaik-baiknya dalam hidup, seriuslah menekuni suatu bidang dan jadilah profesional di bidang tersebut , dan semacamnya, pokoknya gitu deh wkwkwk.

#reminderforus
#remindertobebetter

*ps: jangan lupa berdoa buat muslim Palestina, Rohingnya dan muslim-muslim di tempat lainnya yaa

Senin, 04 September 2017

(Dan Lagi-Lagi) Jangan Hanya Menilai dari Luar saja

Kemarinan, saya sempat bertemu dan ngobrol-ngobrol dengan dua orang teman lama. Bukannya lama nggak ketemu sama mereka sih, maksudnya kita udah lama berteman gitu, makanya saya sebut teman lama.

Awalnya kami ngobrol ngalur ngidul, sampai suatu saat obrolan kami tiba di topik "perubahan dari salah seorang teman saya". Anggap lah ada dua orang yang sedang mengobrol dengan saya, si A dan si B, dan si A ini telah memutuskan berhijrah menjadi manusia yang lebih baik bagi nusa, bangsa dan tentunya agama yang diridhai Allah SWT. Insya Allah dia sudah kembali menuju jalan yang lurus, jalan yang benar.

Ketika si A baru berhijrah, saya dan si B merasakan perubahan yang cukup drastis dari si A. Kemudian kami mulai merasa kurang bisa "mengimbangi" perkembangan si A yang kian pesat, ia makin ingin tahu dan sepertinya butuh teman diskusi mengenai islam. Akhirnya suatu hari, saya memutuskan untuk mengenalkan si A kepada teman saya yang lain, teman yang lebih baru. Sebut saja si C.

Akhirnya si A dan si C mulai berkenalan di sosmed, sempat bertemu sekali (ada saya juga sih sebagai mak comblangnya) dan sekarang entah bagaimana kelanjutan hubungan mereka wkwkwk, semoga baik-baik saja.

Gara-gara topik obrolan berubah menjadi seputar "hijrahnya si A" lama-lama kami juga jadi ngobrolin si C. Emm... bukan ngobrolin yang jahat gitu sih, bukan. Ngobrolnya yang bagus-bagus kok.

Dalam obrolan kami, tiba-tiba si B bilang: "Pantesan "dia" (si C) islami banget."

Tapi saya malah bilang: "Hmm.... nggak juga sih, biasa aja."

Dan sampai sekarang saya kepikiran soal jawaban saya itu dan menyesal udah bilang gitu

Sebenernya maksud saya soal "dia" (oke, sekarang sebutan si C kita ganti aja jadi dia ya) itu, bukannya dia nggak islami banget. Bukannya dia yang sebenarnya itu biasa-biasa aja. Tapi dia memang tampak luarnya ya biasa aja. Dia nggak terlalu nunjukin kelebihan ilmunya dgn cara yang.... gimana ya bilangnya? Gitu deh. Nggak keliatan.... hmmm... mungkin yang suka dibilang fanatik gitu kali ya? Dia biasa aja kok. Kalo kalian liat saya sama dia lagi berdua, bisa diliat gaada bedanya.

Tapi dalamnya.......... JAUH BANGET beda! Dia itu tuh yaa.... duuuhh.... bahkan ada beberapa fakta yang saya baru tahu tentang dia, dan itu fakta yg hebat! Padahal kita udah kenal cukup lama, tapi saya aja bahkan baru tau. Dia emang bener-bener rendah hati banget. Hmm... memang kelebihan itu bukan buat dipamerin sih, tapi dia tuh..... hmm..... kalo dalam Islam disuruh pilih-pilih dalam berteman kan? Berteman jangan sama orang yg mengajak dalam kejahatan, berteman sama orang yg mengajak dalam kebaikan. Nah yg saya heran, dia kenapa mau berteman sama saya? Mungkin dia yakin kali ya dia ga bakal tersesat kalo bersama saya? Entahlah~ maksud saya, saya tuh ga sebaik dia, jauh bgt :") etapi orang baik mah emang ga pilih-pilih temen ya? XD *ceritanya minder sekaligus merasa tersanjung dipilih sebagai teman

Setiap kali bergaul pasti dia berusaha tampil selaras dengan orang lain. Kalo lagi sama saya ya keliatannya kayak saya. Kalo lagi sama temen-temen lain yang biasa aja, dia juga bisa keliatan sama lah sama lingkungannya. Kecuali kalo sama orang yg emang "beda dunia" keliatan banget sih bedanya. Dan saya juga samasekali nggak berharap dia bisa keliatan sama kalo lagi sama orang-orang kayak gitu, jangan sampe! Nggak bermaksud sok suci, tapi saya tau setiap orang pasti ingin jadi orang yg berada di jalan yg benar, minimal jadi orang baik. Makanya kalo udah baik seharusnya dijaga dan mending gausah nyoba yg aneh-aneh. Wlwpun kadang iseng-iseng nyoba sih.

Apasih intinya? Intinya, jangan cuma menilai dari luar aja. Seperti saya menilai dia. Dia memang nggak keliatan islami banget dari luar, tapi sebenarnya sikapnya itu justru islami banget. Rendah hati, menghargai orang (yang nggak selevel), nggak menggurui dan mengajak untuk bersama-sama (bukan cuma menyuruh) menjadi pribadi yg lebih baik.

She was a great friend, not an ordinary girl! Saya khilaf karena yang saya ingat cuma keseharian saya bersama dia aja (tampak luar) bukan maksud dari perbuatan dia yg sebenarnya (tampak dalam) wkwk.

Buat "dia" a.k.a si C: maaf ya temanku, kamu memang luar biasa, sumber inspirasi ku ;)

Jangan Hanya Melihat dari Luar atau Dalam Saja, Kau Tak Mungkin Bisa Melakukannya

Jangan hanya melihat dari luar atau dalam saja, kau tak mungkin bisa melakukannya.

Seseorang pasti tertarik pada suatu hal karena melihat tampilan luarnya, namun untuk memutuskan apakah ia menyukai hal atau tidak, maka seseorang baru akan melakukannya setelah mengetahui makna yang terkandung dari hal tersebut.

Kau mungkin akan tertarik membaca buku setelah melihat dari sampulnya. Namun untuk memutuskan apakah buku tersebut bagus atau tidak, apakah kau menyukai, maka kau akan membacanya dulu sampai tuntas.

Tapi soal tampilan luar ini relatif. Kau bisa saja tertarik untuk membaca sebuah buku yang justru terlihat lusuh dan tua, jika kau punya pikiran bahwa itu adalah sebuah buku tua yang berharga, buku yang sudah tidak dijual lagi dan sudah langka. Dan bisa saja jadi tidak tertarik membaca sebuah buku karena melihat sampulnya yang terkesan norak. Begitulah, tampak luar selalu melibatkan masalah selera serta kesan yang ditangkap.

Tampak dalam juga relatif. Jika kau penakut, mungkin kau akan membenci buku kumpulan kisah horror. Jadi kau akan memustukan untuk tidak menyukai buku kumpulan kisah horror. Jika kau orang yang tidak percaya pada cinta, percayalah, awalnya, bahkan mungkin sampai kapanpun kau tidak akan pernah suka dengan novel percintaan.

Intinya, jika kau tidak menyukai sesuatu, maka kau tidak akan ingin tahu, dan tidak akan berusaha mencari tahu tentang sesuatu itu. Lalu, sesuatu yang kau sukai belum tentu sama dengan orang lain. Karena tiap orang punya selera yang berbeda.

Jadi? Apa sebenarnya maksud tulisan ini?

Sebenarnya yang ingin kusampaikan padamu:

Pertama, jangan tergesa-gesa memutuskan untuk menyukai atau tidak menyukai sesuatu jika baru melihat luarnya saja. Sudah kubilang sebelumnya, tampak luar itu bisa memutuskan apakah kau tertarik atau tidak. Tetapi bagian dalamnya yang bisa membuatmu menentukan suka atau tidak.

Walaupun begitu, tampak luar juga tetap penting. Karena tampak luar yang bisa membedakan satu hal dengan hal lain dalam sekali lihat.

Kedua, menurutku kau tak perlu memisahkan, mengkotak-kotakkan tampak luar dengan tampak dalam. Terima sepaket, apa yang tampak di luar dan tampak di dalam, jika kau memutuskan untuk menerima. Mereka adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Sepaket.

Ketiga, jangan membandingkan sesuatu dengan suatu hal yang lain. Misalnya tampak luar satu hal dengan hal lainnya. Itu tidak adil. Membandingkan hanya dalamnya, tentang satu hal dengan hal lain pun, menurutku tidak adil. Meskipun menurutku hal itu masih sedikit lebih baik daripada hanya membandingkan tampak luar.

Bagaimana jika membandingkan luar-dalam dari sesuatu? Kurasa ini lebih adil. Kau bisa menghargai kerja keras orang yang merawat tampilan luarnya, sekaligus kerja kerasnya dalam menjaga apa yang ada di bagian dalam. Tetapi...

Tetapi menurutku, lebih baik lagi jika kau tidak jadi pribadi yang suka membandingkan sesuatu. Belajar menerima dengan ikhlas apa yang telah kau punya, apa yang telah kau putuskan untuk memilihnya atau apa yang kau putuskan untuk merimanya. Apa yang telah kau sukai, yang memang kau sukai atau kau putuskan untuk menyukainya. Bertanggungjawablah pada keputusanmu.

Dan juga, kau harus membantu dalam membuat perubahan ke arah yang lebih baik, jika merasa masih ada yang perlu diperbaiki. Namun jangan merasa memperbaiki dengan melakukan perbandingan dengan yang lain, karena tiap orang punya jatah urusan masing-masing untuk diurusi, yang tentunya berbeda-beda, tidak bisa disamakan. Jika kau sudah mengambil jatahmu, urusi bagianmu saja, tidak usah urusi bagian orang lain. Kecuali sekedar memberi saran, itu tidak mengapa. :)

Mengapa Kita Sering Melihat dan Mendengar Hal yang Tidak Kita Sukai

Mengapa kita sering melihat dan mendengar hal yang tidak kita sukai?

Karena Tuhan ingin tahu dan menguji apakah kita benar-benar serius atau tidak.

Ha? Masa sih?

Misalnya kamu memiliki mimpi yang terlihat gila dan berusaha mewujudkannya, namun kamu mendengar hinaan dari orang lain dan melihat mereka menertawakanmu. Itu karena Tuhan sedang menguji, apakah kamu benar-benar bermimpi atau hanya sedang berangan-angan. Jika kamu serius bermimpi, maka kamu akan berusaha mewujudkan mimpimu apapun yang terjadi.

Misalnya kamu menekuni hobimu/minatmu, namun kamu mendengar orang lain mencibirmu dan melihat mereka meremehkanmu. Itu karena Tuhan sedang menguji, apakah kamu benar-benar serius menekuni hobimu atau tidak. Jika kamu serius, apapun kata orang dan bagaimanapun perlakuan orang terhadapmu, kamu akan tetap menekuni hobimu itu.

Misalnya kamu menyukai seseorang. Namun kamu mendengar rumor tentang kedekatan dia dengan orang lain dan melihatnya sering bersama orang lain itu. Itu karena Tuhan sedang menguji, apakah kamu benar-benar menyukai orang itu atau tidak. Jika kamu benar-benar serius pada orang tersebut, pasti kamu akan berusaha memperjuangkan orang itu sampai titik darah penghabisan. Mungkin seorang pria akan menyatakan perasaannya dan melamar wanita yang benar-benar ia cintai. Mungkin seorang wanita akan menyatakan perasaannya dan menawarkan diri menjadi istri dari pria yanh ia cintai (hmm... btw kalo di Indonesia hal ini masih dianggap tabu oleh sebagian orang, walaupun ada juga sebagian orang yang menganggap wajar jika wanita menyatakan perasaannya lebih dulu daripada pria). Soal diterima atau ditolak, itu urusan belakangan, yang penting ia sudah berusaha dengan sangat bersungguh-sungguh.

Dan masih banyak permisalan lain yang bisa kita jadikan contoh. Yang jelas, mari kita ambil hikmah dari setiap peristiwa. :)