Kamis, 30 November 2023

Paradoks Jauh

Paradoks jauh hahaha

Kau menolakku karena kita jauh.

Tapi kau juga tak bisa berhenti mencintaiku karena hubungan kita sudah terlalu jauh (bukan 21+ tapi ya) dan perasaanmu sudah terlalu jauh mendalam, mencintaiku seperti telah mendarah daging. 🤣🤣🤣 aku pun merasa "ini semua sudah terlalu jauh, benar2 tidak bisa dan takkan mundur lagi". 🤣🤣🤣

Rabu, 29 November 2023

Save Place

Terima kasih sudah menjadi manusia yg tidak pernah menolakku (meski tidak pula menerimaku jadi bagian hidupmu). Terima kasih telah bersedia mencintaiku sampai mati. Karena rasa cintamu itu yg teramat besar, aku jadi merasa punya "save place" alias "rumah" yang nyaman di dunia ini.

Izinkan aku menjadi "save place" mu juga. Sampai mati aku juga akan menganggapmu adalah teman paling spesialku sepanjang masa, my super mega bestfriend. ♡

Also me: "Kalo gw sama dia temenan aja gabisa, gimana mau berpasangan sama orang itu?" #principe #value

Me: "Temenan aja dulu, temenan aja belum tentu cocok, apalagi jadi pasangan? Wkwkwk." #demiromantic #cinta_teman

Minggu, 26 November 2023

Penggemar Fanatik, Bucin Forever

Percintaan gw sering bgt gagal dan zonk, mostly zonk. Tapi... gw punya 1 orang yg cinta mati sama gw, kyk pokoknya semacam fans sejati/penggemar fanatik bahkan mungkin "bucin forever"nya gw, secinta itu dia ke gw bahkan bisa dianggap terlalu cinta, pokoknya cintaaaaaaa bgt dan dia ga akan lupakan gw sampai dia mati. Dan, itu adalah orang yg gw cintai juga. How lucky me, Alhamdulillah.


Sayangnya jalan dan jarak kami terlalu jauh dan "jauh", sehingga dia selalu memilih untuk gausah bersama gw, menyuruh gw melupakan dia aja, dan cari orang lain yang "jauh lebih baik" (dalam tanda kutip, karena menurut gw dia sendiri udah cukup baik buat gw, apalagi kami sama2 saling cinta bukan?) daripada dia, terus "berbahagia" (dalam tanda kutip, karena gw merasa momen paling bahagia dalam hidup gw ya pas masih bersama dia) dengan orang lain itu. Biarlah cukup dia aja yg merasakan cinta yang terlalu dalam itu kepada gw, dan dia akan selalu mengenang gw sampai nanti dia mati, walaupun ga bisa bersama gw akan menyiksanya, tapi dia memilih utk tetap seperti itu. Padahal gw selalu tidak mempermasalahkan jarak yang jauh dan "jauh" itu, menurut gw semua bisa dikompromikan dan diusahakan pelan-pelan. Sebenarnya dia juga bukannya gamau berusaha samasekali, cuma ya... ada hal2 yang memang, intinya... rumit, terlalu rumit, di antara kami, sehingga dia selalu memilih begitu.

Gimana caranya gw bisa "melupakan" manusia seperti itu coba, apalagi di sisi lain gw mencintai dia juga, bahkan gw duluan yg mencintai dia sebelum dia mulai jatuh cinta pula padaku? 🙃🙃 dan gw juga pernah seperti dia, berusaha "melepaskan" dan merelakan dia untuk bahagia dengan orang lain, biar gw sendiri aja yg ngerasain ini (cinta tak berkesudahan). Tetapi "konyolnya", sebenarnya kami berdua sadar, memang kami paling bahagia ya kalau berdua, ketika aku dengan dia, atau ketika dan dia dengan aku. Dan ya itu... meski begitu, dia tetap tidak mau bersama, padahal aku tak pernah mempermasalahkan hal2 yg dia permasalahkan.

Sudah lebih dari 5 tahun, dan perasaan kami berdua "seawet itu", kami berdua lho ya, bukan cuma salah 1, bukan cuma masing2.

Sebenarnya kami ini ngapain sih? 🙃🙃🙃

Takdir ada2 saja sih, Ya Tuhan, apa hikmah dari ini semua ya? 🙃🙃🙃


Bisa sih sebenarnya kalau cuma "suka" sama orang lain selain dia. "Suka" aja sih masih bisa-bisa aja, gak harus dengan dia.

Tapi kalau untuk "cinta", memanglah hanya ada sebuah nama, sepertinya memang hanya akan sampai mati ya. Hahaha -,-

Pedih beud sih jadi "manusia dewasa" WKWKWKWKWKWKWK

Selasa, 21 November 2023

Pasrah

Tidak ada manusia biasa yang mencintaiku sedalam dirimu, dan tidak ada pula manusia biasa yang mencintaimu seperti diriku. Aku mencintaimu, dan kamu mencintaiku pula sedalam itu, sampai tak bisa kurasakan hal lain darimu. Apapun yang kau lakukan, bagaimanapun kelakuanmu, ujung-ujungnya aku hanya selalu merasakan kehangatan cinta dalam diammu. Apapun kelakuanmu, semua bermuara ke hal yang sama, yaitu rasa frustasimu karena mencintaiku sebegitu dalamnya, sampai saking cintanya, kau tidak terobsesi memiliki aku, kau malah merelakan aku dengan yang lain demi kebaikanku sendiri. Dan aku pun pernah begitu juga padamu. Tetapi pada akhirnya, selalu, ujung-ujungnya kita merasa, kita memang yg terbaik bagi satu sama lain, takkan pernah terganti, takkan ada gantinya. Entah bersatu atau tidak, hanya kamu dan selalu hanya kamu. Memang cinta yang ada di antara kita adalah cinta sejati, unconditional love. I love you, and you love me too, even more than I love you. ♡

Tinggal kita serahkan dan pasrahkan saja kisah cinta ini kepada Tuhan, apapun hasilnya, pasti yang terbaik dari Allah swt untuk kita berdua. I love you My Princess. ♡

Selasa, 14 November 2023

Midnight Poem: Tuan Putriku

Tuan Putriku
Oleh: adoralic

Pada suatu masa, pernah kuberandai-andai
Andai aku adalah seorang ksatria tampan berbaju zirah
Kuat, tangguh, cerdas, sabar, tak mudah dikalahkan
Kokoh bagai batu karang yang tak mudah hancur meski sering diterpa ombak

Ksatria tangguh nan tampan
Elok memukau tiap orang jikalau wajahnya tak tertutup
Dan ksatria itu pun berakhlak mulia
Betapa sempurnanya ia sebagai ksatria

Kesempurnaan tugasnya bertambah
Di kala ia bertugas menjaga seorang Putri
Tuan Putri yang cantik jelita, lentik, lembut
Rapuh namun sekaligus tegar di tengah kerapuhannya

Tuan Putri cantik yang bermata indah
Sungguh elok rupawan matamu
Dan sungguh cantik senyummu
Aku terpana dibuatnya, terngiang-ngiang dalam ingatan

Kecantikan dan kelembutanmu membuatku terpesona
Kerapuhan sekaligus ketegaranmu membuatku ingin menjagamu, melindungimu
Ingin kubersumpah setia sebagai ksatria tertangguh
Dirimu harus kulindungi dengan baik

Lama-lama aku jatuh cinta padamu
Tuan Putriku yang paling cantik di dunia
Seberharga itu dirimu di mataku
Putri yang paling elok dan bercahaya di tengah gelapnya dunia

Aku mencintai setiap hal tentang dirimu
Semua hal terasa indah, elok, dan bercahaya jika menyangkut dirimu
Dunia terasa lebih baik dan jauh lebih cantik setelah kuketahui keberadaanmu
Tuan Putriku yang membuatku tergila-gila rindu

Lebih gilanya lagi, Tuan Putri membalas cintaku
Sama besarnya seperti yang kurasakan
Betapa indahnya dunia ini di mataku sejak saat itu
Berkilauan bermandi cahaya, nampak seelok Tuan Putriku

Aku mencintaimu Tuan Putriku yang cantik
Izinkan aku mendampingimu, duhai yang tercantik di dunia
Izinkan aku melindungimu, dan izinkan aku membahagiakanmu
Izinkan aku 'tuk selalu membuktikan cintaku padamu

Semoga semesta berpihak pada kita
Aku, Sang Ksatria dan Tuan Putriku yang jelita
Agar bisa bersatu selamanya kisah cinta kita
Menjadi kisah yang abadi dan tak dianggap akarota

Pada akhirnya, semoga ini bukan hanya pengandaian
Semoga suatu saat aku 'kan berjumpa
Seseorang yang betulan bersinar, berkilauan
Yang bisa membuatku mencintai dan dicintai

*15 November 2023
Terinspirasi dari gambar ini, dan dirimu yang bermata cantik.


Jumat, 03 November 2023

Midnight Poem: Orang Bodoh

Orang Bodoh
~Adoralic~

Aku merindukanmu, aku memikirkanmu.
Hampir setiap hari, seperti orang yang cinta mati.
Sudah lebih dari 5 tahun belakangan, tapi tidak ada yang berubah.
Bertahun-tahun aku berlarian, mencoba kesana-kemari terbuka dengan yang lain.
Tidak menutup peluang dengan yang lain, sejak kurasa harus melanjutkan hidup tanpamu.
Lalu ujung-ujungnya selalu sama, kembali padamu lagi yang padahal sudah lama "menghilang".
Seolah ada magnet yang terlalu kuat pada dirimu, entah itu apa dan datang darimana.
Namun aku sadar, itu bukan sesuatu yang buruk seperti sihir jahat.
Itu hanya... hatiku yang sebenarnya hanya menginginkan kamu.
Dan kamu yang sering memikirkanku juga dari tempat persembunyianmu.
Entah bagaimana menyeretmu agar mau muncul lagi di hadapanku.
Segala cara pernah kucoba, tapi kau selalu menolak.
Bahkan meski hati dan pikiranmu sendiri selalu memanggil-manggil namaku.
Sama saja "kebodohan" dirimu seperti "kebodohanku".
Kamu yang sering menyeret-nyeret diriku di alam pikiranmu, dan aku yang tidak pernah menolak jika diseret olehmu.
Dasar kami para manusia "bodoh".
Semoga suatu saat kedua orang bodoh ini bisa menemukan kesenangan dan kebahagiaannya.
Bukankah katanya orang bodoh lebih mudah bahagia daripada yang tidak bodoh?

*3/11/2023
Capek banget nungguin kamu bertahun-tahun, tapi tetap nggak pengen berhenti sih, cuma memang pengen mengeluh, karena memang secapek itu aja -_-

Woylah, lama banget sih kamu munculnya T_T capek tau menunggumu :") wkwkwk. Tapi yaudahlah, kamu emang worth it untuk ditunggu sih, mau gimana lagi? I ♡ U

Senin, 28 Agustus 2023

Wisteria, Bunga yang Indah namun Beracun

Wisteria, Bunga yang Indah namun Beracun.

Akhir-akhir ini, saya mengamati diri saya sendiri. Ini bukan soal paras dan penampilan luar, namun lebih kepada perilaku dan pemikiran, sesuatu yang berasal dari dalam. Mungkin saya mirip seperti judul tulisan ini: Wisteria.

Sampai akhirnya, saya mulai tergila-gila dengan penampakan bunga wisteria yang cantik itu. Lagipula, wisteria mengingatkanku kepada seseorang, yang sangat mirip dengan aku namun bukan aku. Dan lama-lama, tanpa kusadari, aku pun mulai makin menjadi mirip seperti dia. Awalnya kami memang sudah mirip, tapi semakin lama mungkin aku semakin mirip dengannya karena tanpa sadar semua yang pernah dia lakukan, aku pun melakukannya pula. Dulu aku tidak mengerti sebagian sisi dirinya, tetapi semakin lama aku semakin bisa mengerti sisinya yang dulu pernah membuatku bingung sekaligus penasaran.

Wisteria, oh wisteria. Kini aku pun menjadi mirip denganmu, seperti dia yang sejak awal sudah terlebih dulu mirip dengan kamu dibandingkan aku.

Dan karena saya adalah wisteria… sebenarnya saya tidak pernah meminta merasakan terluka sampai menjadi trauma akibat perbuatan orang lain, apalagi meminta berperan menjadi traumanya orang lain. Tapi misal terlanjur terjadi seperti itu, suka tidak suka, mau tidak mau, karena sudah terlanjur terjadi, berarti itu takdir, takdir yang pahit. Diizinkan berhasil terjadi di dunia ini oleh Tuhan, entah apa maksud dan tujuannya boleh terjadi. Mungkin ada hikmahnya, entah untuk siapa hikmahnya, dan entah hikmahnya apa.

Maafkan saya jika ada salah, saya juga akan berusaha selalu introspeksi dan memperbaiki diri demi diri sendiri dan orang-orang lain di sekitar saya jika bisa. Dan entah saya memaafkan penyebab trauma saya atau tidak namun selama masih cukup waras, saya akan berusaha untuk tidak menyakiti dan mengganggu orang lain. Tetapi memang, saya paham, ya namanya juga hidup, terkadang berlaku hukum rimba yang keras, kalau tidak menyerang ya diserang, kalau tidak melukai ya dilukai, bahkan sengaja atau tidak, hal tersebut lazim terjadi. Dunia yang secara umum penuh kasih sayang/cinta kasih kepada sesama itu sebenarnya tidak 100% mustahil sih, namun... sepertinya jauh lebih dekat kepada "utopia" daripada realita.

Kalau bisa, biarlah hidup masing-masing dengan cukup damai tanpa saling mengusik, namun jika tidak bisa... ya sudah, inilah dunia, mau bagaimana lagi? Secara logika, wajar saja merasa terluka selama kita bergerak. Bergerak itu jelas beresiko, selalu beresiko. Bahkan diam saja beresiko, apalagi bergerak? Dan karena kita masih manusia yang bernapas serta diciptakan memang mampu merasakan kesakitan, makanya wajar jika merasa kesakitan jika terluka, bahkan mungkin sampai trauma tidak ingin terluka lagi. Karena secara perasaan itu memang menyakitkan.

Makanya, itu semua perasaan yang sangat melelahkan dan memuakkan, tetapi karena masih manusia, mau tidak mau, suka tidak suka, masih tetap akan terasa jika masih cukup berperasaan, apalagi jikalau masih memiliki "kemelekatan dengan dunia" yang kuat.

Memang ini kurang baik dituliskan di sini, karena seolah dijadikan pembenaran, namun pada dasarnya, tiap manusia memang tempatnya salah sih. Hal yang biasanya susah diterima oleh perasaan, bahkan meski akal-pikiran sudah cukup bisa menerima duluan.

Tetapi memang pada akhirnya, wisteria itu hanya indah untuk dipandangi dari kejauhan dan dikenang keindahannya, jangan didekati, karena ia beracun.

29 Agustus 2023

Selasa, 18 Juli 2023

Jika Fi adalah fungsi Feeling introvert, kenapa ada user Fi yang suka curhat kepada orang lain dengan gampangnya, bukannya user Fi tidak suka curhat dan cenderung tidak menampakan emosinya?

Gimana ya, perbedaan utama Fi dan Fe itu memang bukan masalah emosinya mudah nampak di permukaan atau tidak kok, lebih ke…
Fe (Feeling-extroverted) : fokus dirinya kepada dunia luar dan orang-orang serta lingkungan di sekitarnya, prinsip dan fokus utama mereka adalah menyesuaikan/menyeleraskan dirinya sebaik mungkin dengan nilai-nilai yang berlaku di dunia luar dan dianut juga oleh mayoritas orang lain di lingkungan sekitarnya. Selain itu Fe-user biasanya berprinsip bahwa lingkungan dimana orang-orangnya bisa sangat kompak, solidaritasnya tinggi, dan interaksinya intens serta suasananya akur-harmomis merupaka lingkungan yang paling ideal.
Efek positifnya, Fe-user condong mengutamakan kepentingan bersama dan kepentingan orang lain daripada kepentingan sendiri. Kayak senang kebersamaan, solidaritasnya tinggi, demen gotong-royong.
Efek negatifnya, pertama, Fe-user biasanya jadi condong nggak enakan dengan orang lain dan mudah menjadi *people-pleaser *karena rasa nggak enakan tersebut. Kedua, cenderung mudah bahkan sangat mudah terpengaruh oleh perkataan dan perilaku orang lain, karena mereka merasa idealnya mereka harus menyeleraskan diri sebaik mungkin dengan orang lain.
Ketiga, pada Fe-user yang pemikirannya aneh dan orangnya kurang baik (ada Fe-user yang baik ada yang nggak, tergantung pribadi masing-masing), mereka bisa saja memiliki pemikiran melenceng yang menyebabkan mereka malah menjadi sosok manusia yang egois dan manipulatif, entah mereka menyadari hal tersebut atau tidak. Karena Fe-user berpikir* "Prinsip utama yang harus dijunjung tinggi oleh tiap orang adalah prinsip yang dipegang/dianut mayoritas"*, maka tanpa sadar (atau sadar) para Fe-user biasanya jago mengamati lingkungan untuk menentukan* "siapa sih tokoh yang paling berpengaruh/pengaruhnya besar sehingga bisa menjadi panutan dan patokannya orang lain di lingkungan ini, dan pemikiran sang tokoh tersebut yang akan selalu didengar alias menjadi prinsip bersama yang dianut orang banyak?"*. Mereka, Fe-user yang pikirannya melenceng dan orangnya entah kenapa kurang baik (nggak semua Fe-user nggak baik soalnya), biasanya jadi bisa terinspirasi oleh tokoh berpengaruh besar tersebut, hingga berpikir: ***"Ah, saya juga harus jadi orang yang paling berpengaruh/paling berkuasa di lingkungan saya, biar semua orang tuh berpatokannya kepada saya, semua kata-kata saya diikuti dan dituruti, dijadikan prinsip oleh orang banyak, karena kan saya adalah orang yang berpengaruh, saya orang besar, saya berkuasa. Jadinya, saya bisa deh melakukan apapun sesuka hati saya deh tanpa perlu merasa nggak enakan dengan orang lain. Suka-suka saya pokoknya, kan orang lain yang harus nurut dengan saya jika saya berhasil menjadi orang yang berpengaruh besar di lingkungan saya."***
Dan… seperti bisa ditebak, jika Fe-usernya berpikiran kurang baik cenderung jelek, karena landasan niatnya saja sudah nggak bagus—aslinya cuma mau bertindak sesuka hati dia aja dan orang lain diharapkan harus nurut apa maunya dia cuma karena dia jadi orang yang berpengaruh, egois banget kan?—akibatnya Fe-user bisa saja melakukan bahkan menghalalkan segala cara agar bisa dianggap berpengaruh, termasuk yaa… memanipulasi orang lain. Ini kalau Fe-usernya orangnya "nggak bener" lho yaa…
Kira-kira begitu sedikit penjabaran mengenai fungsi feeling pada orang Fe-user. Makin di depan/dominan fungsinya, biasanya makin kuat sifatnya, entah sifat yang baik atau sifat yang buruk.
Kemudian untuk Fi (Feeling-introverted): fokus dirinya kepada dirinya sendiri dan kepada orang-orang terdekat Fi-user yang sampai dia anggap penting dan berharga untuk didengar dan dipertimbangkan pendapat dan keinginan serta kebutuhan mereka/intinya orang-orang yang di-notice lah oleh Fi-user. Prinsip dan fokus utama Fi-user adalah mempertahankan prinsip dan ciri khas dirinya sendiri jika memang dianggap harus dipertahankan, dan berusaha mencari jalan tengah/win-win solution antara nilai-nilai/prinsip yang dianut sendiri oleh Fi-user dengan berbagai prinsip lain/prinsipnya orang lain di luar prinsip yang mereka anut, agar semua pihak, terutama diri mereka sendiri selain termasuk juga orang lain, tidak ada yang terlalu diuntungkan atau terlalu dirugikan, sehingga bisa tercapai keseimbangan/kestabilan yang cukup baik di lingkungan.
Sisi positif Fi-user antara lain cukup bisa menghargai space/ruang pribadi dan privasi orang lain, cukup menghargai subjektivitas, cukup bisa menghargai perbedaan antar-individu atau antar-kelompok, karena mereka sendiri (jika yang baik) biasanya menyadari bahwa nilai yang dianut manusia satu dengan manusia lain, atau kelompok satu dengan kelompok lainnya, bisa saja berbeda bahkan amat sangat berbeda. Biasanya sih Fi-user yang baik akan memilih jaga-jarak dan tidak perlu ikut campur apalagi sampai mengusik kelompok lain yang tidak menganut prinsip dan nilai-nilai yang sama dengan mereka, karena mereka sendiri akan tidak suka, bahkan amat sangat tidak suka jika nilai dan prinsip mereka diganggu, apalagi jika Fi-user dipaksa untuk meyakini dan menganut nilai-nilai dan prinsip yang tidak mereka yakini dan anut. Mereka akan sangat tidak suka, dan akan protes, dan terlihat keras kepala. Bisa dianggap, sebagian Fi-user merupakan manusia yang cukup berprinsip kuat.
Sisi bagusnya lagi, mereka tidak terlalu mudah terpengaruh oleh orang lain, ya karena berprinsip itu tadi. Tidak terlalu people-pleaser juga, walau tetap ada sebagian yang people-pleaser namun biasanya kadarnya tidak terlalu parah. Mereka juga biasanya punya ciri khas tersendiri yang otentik, karena agak lebih bisa menjadi diri sendiri apa adanya dibandingkan Fe-user. Karena prinsip utama Fi-user yang dianggap ideal kan bukan menyeleraskan dirinya dengan orang lain dan lingkungan, lebih ke… menjadi diri sendiri apa adanya dengan nilai-nilai dan prinsip yang diyakini dan dipegang teguh. Boro-boro people-pleaser, mereka aja biasanya aslinya di dalam hati BODOAMAT sama kedudukan/derajat manusia, bodoamat mau lu berpengaruh bagi orang banyak kek, orang terkenal di lingkungan kek, orang biasa kek, siapa kek, gak peduliiii… selama dianggap orang yang memang patut diberi respek oleh Fi-user, siapapun kamu, pasti Fi-user akan respek sebagai sesama manusia. Dan sebaliknya, mau setinggi apapun posisimu, kalau kamu "nggak banget", nggak bakalan mau Fi-user menaruh respek apalagi sampai menjadikan panutan, mana sudi? Walau biasanya sih perasaan macam ini cukup disimpan sendiri di dalam hatinya seorang Fi-user, atau diceritakan ke orang-orang dekatnya saja.
Sisi negatif/jeleknya Fi-user yang pikirannya kurang baik dan samasekali tidak dewasa adalah… Bisa saja mereka menganggap bahwa hanya prinsip/nilai-nilai yang mereka anut yang paling benar, prinsip orang lain semuanya salah = mereka harus memaksakan prinsipnya kepada orang lain agar semua orang bisa mengikuti prinsip mereka = jatuhnya jadi tindakan yang egois dan pemaksaan kepada orang lain. Bisa juga sisi jeleknya, mereka jadi tidak mau menerima masukan dari orang lain. Bisa juga sisi jelek lainnya yang masih satu tema dengan ini, mereka jadi terlalu fanatik dengan hal-hal yang mereka anut.
Ada lagi sisi jelek lainnya, Fi-user malah menjadi people-pleaser. Lho, kok bisa? Ya bisa, soalnya Fi-user biasanya cukup peka dengan "perbedaan pandangan/perbedaan pendapat". Tapi reaksi 1 Fi-user dengan Fi-user yang lain bisa saja berbeda. Ada yang sampai jadi fanatik dengan pikirannya sendiri—cuma pikirannya sendiri yang dianggap benar, ada yang seimbang—tetap menganut pemikirannya sendiri namun menghargai orang lain yang menganut pemikiran dan paham berbeda, ada yang malah jadi ragu-ragu dengan pemikirannya sendiri setelah mengetahui pemikiran lainnya dari orang lain—karena pada akhirnya mau pemikirannya sendiri atau pemikirannya orang lain masing-masing ada benar dan salahnya, jarang ada yang 100% mutlak benar atau mutlak salah. Jika orang Fi-user yang peragu ini kepercayaan dirinya agak rendah, biasanya mereka malah jadi lebih senang mengikuti pendapat dan pandangan orang lain, karena… mereka belum/masih kurang percaya dengan dirinya sendiri dan merasa/memutuskan/berprinsip untuk lebih percaya kepada orang lain saja daripada mempercayai dirinya dan pemikirannya sendiri.
Kira-kira begitu kalau orang Fi-user.
Lalu, kembali ke pertanyaan… Jadi sebenarnya, walau memang pada sebagian Fi-user itu memang cenderung tidak terlalu suka menampakkan emosi pribadinya, namun bukannya mereka lack/ada kelemahan tidak bisa menampilkan emosi. Mereka bisa kok, tinggal tergantung mindset dan moodnya mereka aja lagi maunya bagaimana, kan Fi-user itu cenderung lebih "suka-suka dirinya sendiri" daripada Fe-user. Sehingga yaa… kalau memang seorang Fi-user sedang merasa ingin dan butuh curhat, ketika mereka berpikir "Aku lagi butuh curhat nih! Aku harus curhat/cerita-cerita ke orang lain! Aku lagi pengen cerita, aku pengen didengar!" ya kenapa nggak dia curhat terbuka? Nggak mustahil kok, bahkan menjadi over-sharing bagi seorang Fi-user itu tidak mustahil. Itu semua balik lagi, tergantung mindset dan moodnya mereka pada saat memutuskan curhat. Dan kalau menurut penjabaran saya di atas, memang… inti utama pembeda Fi-user dan Fe-user memang bukan masalah terbuka/tertutup kok, lebih ke "fokus utamanya ke diri sendiri dan orang terdekat yang dianggap berharga ATAU kepada lingkungan dan orang lain secara luas/masyarakat di sekitar diri sendiri" ?
Lagian nih, Fi-user ada banyak guys, ada 8:
Fi-dominant: INFP dan ISFP
Fi-auxiliary: ENFP dan ESFP
Fi-tertiary: INTJ dan ISTJ
Fi-inferior: ENTJ dan ESTJ
At some points, memang Fi-user yang introvert yang jauh lebih masuk ke kriteria "tidak suka curhat dan tidak suka menampakkan emosinya dengan mudah kepada orang lain". Jadi tidak semua Fi-user tuh mutlak pasti tertutup, tergantung tipenya apa dan mindset dia tuh apa, gimana pandangan dia soal curhat. Karena Fi-user itu pun banyaaaakkk dan bervariasi.
Sekian, semoga cukup menjawab rasa penasaran Anda.

**18/07/2023**

***N. Anuna***

Jumat, 14 Juli 2023

Bagaimana kamu bisa begitu percaya pada agama mu adakah kisah dalam hidup mu yang membuat kamu yakin?

Kalau saya ya… ini kisah saya, bukan untuk memaksakan pemikiran, just sharing. Ini daripada suatu peristiwa, lebih mirip "sebuah perjalanan pemikiran". Terserah mau setuju atau nggak dengan pemikiran saya, ini pemikiran saya yang saya anut sendiri. Beda pendapat nggak apa-apa, asalkan nggak bikin sampai berantem/debat kusir aja, apalagi memaksakan pendapat 
Pertama, yang paling simpel, adzan. Saya dulunya sempat mengamati adzan. Sesimpel, lu/kita manusia mau sholat mau kagak—nanti aja dulu lah sholatnya mah, tapi bumi ini kan berputar, dan tiap hari ada pergantian waktu dari pagi ke siang ke sore ke malam. Dan pergantian waktu pada tiap wilayah itu berbeda-beda = zona waktu di seluruh dunia bisa berbeda kan? Terus kalau misal, ini misal, di seluruh penjuru bumi ini manusianya semua memeluk agama Islam, saya rasa tiap menit tiap detik, pokoknya tiap saat deh, tiap hari 24/7 itu pasti isinya adzan semua. Maksud saya begini, adzan itu kan menyerukan tentang:
-Kebesaran Allah (Tuhan)
-Syahadat/persaksian tentang Allah
-Syahadat/persaksian tentang Rasulullah SAW
-Ajakan sholat (sebagai wujud keislaman dan keimanan manusia, bukti berwujud perbuatan jika betulan mengimani dan mau menyembah Allah serta mau mengimani Rasulullah)
-Ajakan menuju kemenangan (dengan berislam dan beriman kepada Allah Swt)
-Pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Swt
Naaahhh kalau menurut saya pribadi setelah mengamati, ternyata adzan itu ajaib sih… dalam artian kalau dipikir jauh dan mendalam, itu beneran "panggilan" dari Tuhan sih menurut saya, Tuhan yang asli. Soalnya… siapa sih manusia yang kepikiran sistem "senarsis" dan se… apa ya… seterencana dan seideal itu (walau pada praktiknya tidak terjadi seideal itu) supaya nama Tuhannya bisa disebut-sebut terus setiap saat selama bumi ini masih berputar? Saya rasa adzan itu beneran seruan dari Tuhan sih, bukan bikinan manusia. Terlepas dari manusianya bakalan menjalankan adzan dan melaksanakan sholat atau tidak pada setiap harinya, pokoknya sistemnya sudah ideal seperti itu, seolah-olah Allah tuh mau menunjukkan banget "Ini gue lho Tuhan yang sebenarnya, gue Tuhan!" Makanya saya jadi percaya pada Tuhan yang disembah dalam agama Islam. Mana dalam sholat ada adegan/gerakan sujud segala. Yang saya tangkap, itu menunjukkan serendah-rendahnya posisi manusia pada saat menghamba/melakukan penghambaan terhadap sesuatu. Memang se-Agung itu berarti ya Tuhan dalam Islam = cocok menjadi Tuhan kalau menurut pemikiran pribadi saya. Sudah namanya (idealnya) disebut-sebut terus tiap saat, disembah dengan cara yang sedemikian menghamba, kurang powerful apa coba Allah Swt sebagai sosok Tuhan? *sekali lagi ini pemikiran pribadi ya
***Tuhan narsis? ***Yaaaa… setahu dan sepemahaman saya kalau di Islam konsepnya memang begitu, Tuhan Maha Segalanya (yang baik-baik), cuma Tuhan Yang Maha Segalanya, sehingga hanya Tuhan saja yang boleh sombong. Para makhluk-Nya itu cuma "dipinjemin" doang secuil kekuatan dan sifat-sifat baik yang menyerupainya. Jangankan sifat, badan aja hanya pinjaman dan titipan dari-Nya.
***Tuhan kok narsis??*** Ya suka-suka Beliau lah, kan Beliau yang menjadi Tuhan. Ya suka-suka Tuhan. Mau manusia jungkir-balik macem apa juga, mau jadi orang jahat kek, orang baik kek, percaya Tuhan kek, gak percaya Tuhan kek, mau nanti masuk surga kek, masuk neraka kek, tetep aja Tuhan itu ya Tuhan, dan manusia ya cuma manusia doang. Kalau di kepercayaan pribadi saya, Tuhan ya tetap hanya Allah Swt. Ya gitu sih, mau saya ngapain juga, yaudah Beliau tetep aja Tuhan. Saya pribadi berpikir, dunia panggung sandiwara ini sebetulnya hanyalah salah satu panggung Tuhan untuk menunjukkan bahwa Beliau Maha Kuasa, alias dunia ini hanyalah ajang pameran kekuasaan-Nya saja begitu. Tapi ini pemahaman pribadi saya aja sih, silakan aja kalau mau disagree dan nggak sepaham—tapi saya nggak menerima berantem/adu argumen/debat kusir yang ribut, apalagi sampai memaksakan pendapat.
Terus, saya kan juga senang mengamati manusia dan menebak-nebak sekalian alur pikiran manusia. Terkadang tebakan saya benar, terkadang agak benar, terkadang salah, terkadang bahkan salah banget. Tapi dari observasi saya sendiri, saya malah jadi bisa melihat/menyaksikan "drive"/pendorong/penggerak/stimulator/apalah pada diri manusia. Bisa disebut hasrat juga kali ya?
Lalu ketika saya amati, hasrat manusia itu sebenarnya mirip sifat Tuhan tapi dalam versi tidak sempurnanya. Ya balik ke omongan saya sebelumnya soal Tuhan meminjamkan secuil dari kekuatan dan sifat baiknya kepada manusia. Contohnya kayak… banyak manusia berlomba-lomba menjadi penguasa di dunia ini, dan ingin menjadi penguasa tertinggi, paling berkuasa diantara semua penguasa, menjadi raja-diraja, di atasnya kaisar kali tuh, gatau istilahnya apa. Pokoknya lihatlah itu dinamika perpolitikan di berbagai belahan dunia, banyak orang berlomba-lomba jadi penguasa. Kalau menurut pengamatan pribadi saya, itu seperti sifat Tuhan (Allah Swt) Yang Maha Kuasa dan Maha Raja tapi versi manusianya. Tapi yaaa… namanya juga manusia, nggak sempurna lah, nggak ada pemimpin manusia yang sebaik itu, pasti ada plus-minusnya.
Contoh lain, banyak manusia yang ingin menjadi sosok super-baik atau bahkan menjadi sosok hero/pahlawan dalam kehidupan orang lain, karena saking baik hati, pengasih dan penyayang serta sangat peduli pada orang lain. Saya melihatnya itu mirip sifat Tuhan (Allah Swt) Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tapi yaaa… balik lagi, namanya juga cuma manusia, nggak bisa cuma terus-terusan memberi, pasti ujung-ujungnya ingin kebaikan dan kasih sayang yang telah diberikan itu diterima dan dihargai oleh orang yang ia berikan kasih-sayang, kalau perlu tuh dibalas juga gitu kan. Yaaaa… namanya juga manusia.
Dan lain-lain, intinya manusia itu sering punya hasrat ingin menjadi SI PALING, ya SI PALING apa kek gitu yang mirip sifat Tuhan karena memang "dipinjamkan" oleh-Nya, ya misalnya mau disebut jadi si Paling Kaya lah (Tuhan Maha Kaya), si Paling Sabar lah (Tuhan Maha Sabar), si Paling Kuat (Tuhan Maha Kuat), si Paling Seniman/si Paling jago menciptakan suatu karya (Tuhan Maha Pencipta), dsb.
Contoh lain lagi, banyak manusia yang ingin menjadi sosok berfaedah/berguna/bermanfaat selama hidupnya, entah bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, apapun, APAPUN, apapun paham yang mereka anut. Bahkan walau mereka ateis atau agnostik sekalipun, tetapi jika mereka masih bermoral, itu biasanya sedikit banyak masih ingin hidupnya berguna dan bermanfaat agar lebih bermakna. Pokoknya selama masih manusia yang berakal dan kejiwaannya tidak terganggu tuh drive-nya saya amati para manusia condong akan seperti itu. Saya rasa itu sesuai dengan konsep di Islam yang mengatakan bahwa Tuhan (Allah Swt) tidak menciptakan suatu apapun dengan sia-sia.
Terus banyak juga manusia yang kalau bisa ingin hidup abadi selama-lamanya. Kalau sepemahaman saya, di Islam, memang ada yang namanya afterlife/kehidupan setelah kematian, dan… di afterlife itu… kita hidup abadi lho. Maksud saya, sebenarnya tanpa maksud menyinggung keyakinan lain, ada sebagian orang yang tidak percaya afterlife, tapi menjalani hidup di dunia ini dengan maksimal dan punya drive/hasrat kalau bisa sih inginnya hidup selamanya/lebih lama. Menurut saya pribadi itu agak aneh sih, dalam artian… kalau tidak percaya keberadaan afterlife, kenapa kita manusia kebanyakan punya hasrat/drive ingin hidup selama/sepanjang mungkin? Kalau ingin hidup dengan sebaik mungkin, tidak sia-sia, hidup maksimal, hidup berguna, bermanfaat dan bermakna, itu masih masuk akal. Tetapi untuk apa hidup lebih lama, untuk apa memperpanjang usia, kenapa tidak mau hidup secukupnya saja? Toh mau sesukses apapun, kalau sudah mati, ya sudah, kan (menurut keyakinan lain) tidak ada afterlife. Mati ya mati saja. Sama saja nggak sih mau hidup bagaimanapun? Apa merasa dirinya sendiri bermanfaat, makanya harus hidup lebih lama biar bisa lebih lama memberikan kemaslahatan bagi orang lain? Kalau begitu… terkait lagi ke poin "ingin menjadi Si Paling" yang sebelumnya dong? Atau gimana? Saya pribadi berpikir sifat ingin menjadi "Si Paling" ini secara langsung maupun tidak langsung pasti berkaitan dengan satu-sama lain. Misalnya "mau panjang umur supaya keluargaku tidak sedih jikalau aku meninggal", itu sedikit banyak pasti ada kaitannya dengan sifat welas asih kepada manusia lain. Atau misal "mau panjang umur supaya bisa tetap melindungi keluargaku", maka sedikit banyak itu ada kaitannya dengan sifat merasa kuat/merasa sebagai kekuatan atau penopang keluarga kan?
Entahlah pastinya gimana, tapi pokoknya saya pribadi untuk saya sendiri—dengan pemikiran saya yang entah aneh atau tidak—menganggap konsep afterlife itu justru membuktikan bahwa drive/hasrat manusia untuk hidup abadi itu sebenarnya memang sudah selaras dengan takdir bikinan Tuhan sih = Tuhan memang creator/perancang skenarionya = ujung-ujungnya semuanya terserah kehendak Tuhan lagi terserah kehendak Tuhan lagi = Tuhan memang ada, dan Beliau lah Tuhan, Tuhan yang asli. Nggak ada yang salah sih, wajar manusia ingin hidup selamanya, hidup dengan baik dan bermanfaat serta bermakna, melakukan perilaku-perilaku baik dilandasi oleh secuil sifat baik yang dimiliki manusia, memang Tuhan kasih drive itu secara terbatas kok untuk manusia.
Hmm… kalau Tuhan yang saya percaya itu Tuhan dalam agama Islam yaitu Allah Swt, jadi mungkin konsep pemikiran ini bisa bentrok dengan Tuhan dari kepercayaan lain ya. Tetapi pokoknya begitulah sedikit pemikiran saya soal Tuhan, makanya saya bisa percaya Allah Swt, karena memang konsep pikiran saya ya cocoknya dengan Tuhan yang disembah dalam agama Islam.
Ada lagi sih yang membuat saya cukup takjub, itu orang-orang sholat berjamaah, apalagi kalau sholat berjamaah di Masjidil Haram tuh yaaa… manusia udah kayak semut aja, sebanyak itu tapi gerakannya bisa kompak. Biasanya tuh manusia tuh bentrokan, gontok-gontokan, berantem lah, apalah, pokoknya kalau nggak cocok bakalan rawan ribut gitu kan. Terus ada kesenjangan sosial lah, apa lah. Tapi kalau orang-orang ikut sholat berjamaah, mau nggak mau, suka nggak suka, semua harus merapatkan shaf, bodoamat mau di sebelah lu orangnya selevel kek, nggak selevel kek, kayak kek, miskin kek, cakep kek, jelek kek, kulit hitam kek, kulit putih kek, orang alim kek, pendosa yang masih mau sholat kek, pokoknya semuaaa peserta sholat berjamaah, mau nggak mau, suka nggak suka, harus mengikuti tata-cara sholat berjamaah yang baik dan benar. Tuhan (Allah Swt) nggak membeda-bedakan makhluk-Nya ketika menghadap pada-Nya, itu sih klasifikasi manusiawi bikinan manusia sendiri. Ketika sedang sholat berjamaah, manusia diminta sesaat untuk menanggalkan klasifikasi nggak penting itu, berbaur, dan khusyu, ikutin imam. Semua gerakan manusia bisa serempak, puluhan, ratusan, ribuan, ratusan ribu bahkan jutaan jamaah sholat (tergantung sholat dimana) itu bisa kompak, sama semua, mengikuti imam. Ya iya, namanya juga sholat berjamaah. Tetapi kalau dalam pemikiran saya jadinya begini… *Kalau bukan Tuhan (yang asli), manusia atau makhluk/sosok mana yang bisa bikin kompak manusia lain sekompak itu? Sholat berjamaah itu kan pada pelaksanaannya (maksudnya pas beneran lagi sholat) nggak mungkin main kubu-kubuan, beradu kepentingan, dsb. Sholat memang dilakukan berjamaah, tetapi pada perhitungan dan pengabulan doa kan ujung-ujungnya urusan personal masing-masing manusia langsung dengan Tuhan.*
Cuma ya gitu, Tuhan saja masih punya haters, atau kalau bukan haters tapi tetap masih ada manusia yang memilih tidak/bukan percaya dan tidak/bukan beriman pada-Nya, apalagi pemimpin yang berwujud manusia? Jadi yaa… wajar lah yaa dunia seperti ini, toh yang menghuni memang manusia seperti aku, kamu, kita, mereka, ya pokoknya kita manusia. Manusia sih banyak yang bisa berbeda pendapat, selera dan bahkan kepercayaan dengan manusia lainnya. Nggak masalah sih, itu manusiawi.
Kira-kira begitu pemikiran saya soal Tuhan, yang bikin saya jadi percaya pada Tuhan yang disembah dalam agama Islam.

**14/07/2023**
***N. Anuna***

Rabu, 28 Juni 2023

Apa Pendapatmu tentang Jodoh?

Jodoh itu ada jangka waktu/durasinya.

Jangka waktu/durasi maksudnya gimana?

Kalau menurut saya pribadi—ini ditanya pendapat pribadi lho ya, benar-salahnya subjektif, dikembalikan/terserah kepada keyakinan masing-masing saja—jodoh ada jangka waktu/durasinya maksudnya seperti ini…

Saya meyakini jodoh itu adalah sesuatu yang kita rasa cocok dan memang ditakdirkan oleh Tuhan boleh/bisa terjadi kepada kita selama masa hidup kita sampai nanti kematian datang menjemput. Entah itu mengenai persatuan, perpisahan, kepemilikan, ke-berpindah-tangan-an, dan hal-hal lain yang semacam itu, pokoknya sesuatu yang kita rasa cocok dan ditakdirkan boleh/bisa terjadi kepada kita—terserah itu mau dari jalur mana saja, apakah jalur berusaha/diusahakan atau tahu-tahu datang sendiri ke dalam kehidupan kita, pokoknya kalau menurut saya jodoh itu sesuatu yang boleh/bisa terjadi dalam kehidupan kita. Jadi menurut keyakinan saya jodoh itu bisa berupa harta-benda material, rezeki berupa harta, rezeki berupa kesempatan, rezeki berupa relasi/hubungan, dan banyak lagi wujud-wujud jodoh lainnya.

Kebanyakan orang sering mengaitkan perkara jodoh ini dengan hubungan pernikahan kan? Nah, kalau menurut saya juga hal tersebut bisa termasuk ke dalam jodoh berwujud rezeki relasi/hubungan. Lalu kaitannya dengan jangka waktu/durasi yaaa… saya pribadi memandang manusia yang bisa sampai (pernah) berhasil menikah dengan manusia lain di dunia ini pastilah mereka berjodoh. Cuma soal nanti perjalanan pernikahan mereka akan mulus atau tidak, dan apakah pernikahan mereka akan lama/langgeng atau tidak, apakah pernikahan mereka suatu saat akan berakhir akibat salah satunya meninggal (cerai-mati), atau ujung-ujungnya akan cerai-hidup karena rumah-tangganya mengalami suatu permasalahan yang solusi terbaiknya mungkin memang harus bercerai, ya pokoknya soal nanti akhirnya mereka sang pasangan akan bercerai karena masalah atau bercerai karena dipisahkan maut, menurut saya itu adalah persoalan yang tidak terlalu mengubah pandangan saya mengenai pasangan tersebut.

Di mata saya tetap, mereka berjodoh karena pernah sampai menikah, apapun ending/akhir dari kisah mereka. Misal baru 5 bulan menikah tahu-tahu sudah bercerai, saya pribadi menganggap mereka tetap berjodoh, atau bisa juga disebut pernah berjodoh, namun jangka waktu/durasi berjodohnya hanya sebentar saja yaitu hanya 5 bulan itu tadi. Begitu pun pasangan yang bisa bertahan sampai puluhan tahun, saya anggap mereka berjodoh dengan pasangan mereka selama jangka waktu/durasi puluhan tahun.

Lalu kalau orang yang (pernah) menikah lagi gimana?

Kalau menurut saya pribadi, sesimpel saya "nggak mau repot" juga, nggak mau terlalu mikir njelimet, ya simpel aja… memang ada manusia yang takdirnya menikah lebih dari 1x di dunia ini, jadi ya sudah… diterima saja hal tersebut, toh tidak dilarang (setidaknya tidak semua agama/keyakinan melarang hal seperti ini).

Hmm… lagipula saya pernah beberapa kali mendengar kalimat yang… ya pahit sih, nggak enak didengar, tapi kalau dipikir-pikir mungkin ada benarnya juga (tapi pada akhirnya tergantung keyakinan masing-masing ya). Gini kira-kira kalimatnya:

Terkadang Tuhan mengizinkan terjadinya suatu pernikahan hanya agar seorang anak bisa terlahir ke dunia ini melalui perantaraan suami-istri tersebut sebagai orangtua biologisnya.

Ada lagi versi lain, intinya ya sama aja sih:

Pernah dengar, setiap anak sudah ditakdirkan akan terlahir dari orangtua yang mana, orangtuanya sudah ditentukan oleh Tuhan sejak sebelum anak tersebut dilahirkan. Sehingga jodoh tidak mungkin tertukar, karena kalau misal tertukar, misalnya si A tidak menikah dengan si B, maka tidak akan pernah terlahir si Fulan yang memiliki ibu biologis si A yang melahirkannya, dan ayah biologisnya adalah si B. Jadi jikalau ada si Fulan, maka si A dan si B pastinya pernah menikah (entah setelah Fulan lahir mereka tetap masih melanjutkan hubungan pernikahan atau bercerai, itu sudah lain soal).

*notes pribadi: mungkin sebenarnya kalau cuma mau "membuat anak" itu tidak harus/tidak hanya bisa terjadi melalui jalur pernikahan, bisa juga ada anak yang lahir akibat hubungan di luar nikah, namun… paham maksud saya tidak? Intinya yang namanya takdir dan jodoh itu tidak akan pernah tertukar, seperti ayah biologis dan ibu biologis dari seorang anak, atau anak biologis dari seorang manusia, itu takkan pernah tertukar.

Ya kalau didengar tuh pahit gitu kan, ironis amat menikah cuma buat melahirkan seorang anak, habis itu (mungkin) bercerai, dan bahkan (jika perceraian betulan sampai terjadi maka) anak tersebut berarti takdirnya terlahir menjadi anak broken-home ? Pahit bangeeettt…

Ya tapi begitulah hidup, ada hal-hal yang bisa kita usahakan semaksimal mungkin dan berhasil (fase 1). Ada juga hal-hal yang sudah kita usahakan semaksimal mungkin sampai jungkir-balik namun tetap gagal (fase 2). Ada hal yang nggak kita usahakan dengan baik tapi tahu-tahu kita mendapatkan hasil yang baik (bisa disebut keberuntungan?—kita sebut saja fase 3). Dan ada hal yang nggak kita usahakan dengan baik… dan yaa kita nggak akan mendapatkan hasil apapun (fase 4). Hidup ini penuh misteri kalau menurut saya, dalam artian kita tidak akan pernah 100% bisa tahu pasti kita sedang ada di fase yang mana sebelum hasil akhirnya terlihat, apakah sedang di fase 1, fase2, fase 3, atau fase ke-4? Yang tahu pasti hanya Tuhan Semesta Alam Sang Maha Pencipta. *saya tim manusia yang masih percaya Tuhan ya, makanya saya bilang pada akhirnya dikembalikan pada kepercayaan masing-masing saja

Tetapi yang saya yakini, pada akhirnya… apapun yang terjadi di dunia ini, ujung-ujungnya semua ada jangka-waktu/durasinya. Bahkan kehidupan kita sendiri sebagai individu, pada akhirnya akan ada masa durasinya berakhir, yaitu ketika kematian datang menjemput.

Demikian kalau menurut pendapat pribadi saya. Sekian dan terima kasih telah repot-repot membaca sampai sini…

29/06/2023

*telah ditulis di suatu akun sosial media saya yang lain


Bonus quotes untuk pemanis:

Rabu, 07 Juni 2023

Intuisi


INTUISI

Apa itu intuisi? Hahaha...


Kalo menurutku sendiri, ini pandangan pribadiku sih, gak harus dipercaya, cuma kalo menurutku tipe2 intuisi pada manusia kalo dikaitkan ke MBTI mungkin ada 4 atau 8 tipe gitu. Secara garis besar ada 4 sih.

1. N-dominant: intuisi dominan, kayak Ne-dom sama Ni-dom, itu kalian intuisinya paling kuat di antara manusia2 lain, dan kalian intuisinya bisa dianggap aktif setiap saat, karena itu fungsi utama kalian. Namanya juga dominan. Ini kayaknya semua skill kalian menguasai, mulai dari "ngerasain vibes dari masa depan" sampai untuk "menilai/membaca orang lain" itu kalian sebenernya mungkin bisa semua hahaha. Dan kalian tipe yang paling rentan kena gangguan intuisi makanya sering kayak terkesan overthinking, anxiety/pencemas, sering stress dsb, padahal ya kalian begitu karena sering kena "colek" dari intuisi, orang yang letak intuisinya agak belakangan/bukan fungsi utama mah biasanya ga akan terlalu paham/relate sama kalian wkwkwk 🙃🙃

2. N-auxiliary: N-function di posisi auxiliary alias fungsi kedua. Ini punyanya Ne-aux sama Ni-aux. Aku termasuk yang di sini wkwk. Menurutku, para N-aux intuisinya cukup kuat, tapi gak seintens, sekuat dan sekomprehensif/semenyeluruh intuisinya para N-dom. Yaiyalah, dari posisinya aja udah beda 🤣 tapi kalo dikaitkan ke MBTI, kan auxiliary itu fungsi kedua yang gunanya untuk "menghadapi dunia luar, termasuk bersosialisasi secara umum ke lingkungan dan orang2 sekitar (ya dunia luar itu tadi)". Jadi, para N-aux ini aku duga--setidaknya pada diriku sendiri--intuisinya akan lebih "jalan/hidup" pada saat seorang N-aux sedang ada di mode berinteraksi dengan dunia luar atau bersosialisasi di lingkungan hidup/realita dan ketemu manusia2 lain. Fokusnya N-aux juga jadinya lebih sering ke arah "membaca/menebak2" vibes orang lain, daripada "merasakan vibes tentang masa depan" wkwkwk.

Pokoknya fokusnya lebih ke "memprediksi manusia", daripada "memprediksi masa depan", makanya aku kadang agak bisa "baca" foto/muka orang walaupun baru pertama dan sekilas liat tanpa interaksi. Kayak cukup seringnya tuh yaaaa kebaca aja alias "aku tau aja gitu dia orangnya begitu", wlwpn gak 100% pasti selalu semua orang langsung bisa kebaca, tapi kebanyakan ya bisa, tanpa harus interaksi dulu.

Tapi misal aku lagi menyendiri, me-time, bengong/sibuk dengan isi kepalaku sendiri, ya pokoknya lagi gak bersosialisasi, intuisiku itu bisa aja jadi tumpul dan semacam "off" gitu hahaha. Aku merasanya gitu, intuisiku lebih jalan kalo aku lagi berhadapan sama manusia2 lain di depan mata, kalaupun di rumah aku lagi me time sambil merenungi orang2 lain, itu biasanya yang aku pikirkan adalah hasil "bacaan" aku sebelumnya terkait orang2 itu, bukannya pas lagi menyendiri aku mendadak dapat suatu intuisi tentang orang lain, nggak gitu sih biasanya.

3. N-tertiary. Ini orang N-functionnya ada di fungsi ketiga atau fungsi tertiary, yaitu para Ni-tert dan Ne-tert. N-tert ini kebalikannya para N-aux. Kalau para N-aux itu intuisinya biasanya aktif pas lagi mode bersosialisasi ke dunia luar, para N-tert itu biasanya intuisinya lebih "tumpul/off" ketika mereka lagi bersosialisasi sams manusia lain.

Misal nih, N-tert habis kenalan sama orang baru dan ngobrol2 seru, sama orang yg sebenernya adalah manipulator-ulung tapi jago banget pura2 jadi orang baik. N-tert biasanya akan merasa biasa2 aja, tenang2 aja, alias gak merasakan apa2, gak mikir apa2, ya orang di hadapannya itu dianggapnya yaaa biasa aja gitu, kayak manusia pada umumnya, gaada yang aneh sama orang itu. Semua manusia itu seolah2 sama semua selama gak menunjukkan kejahatan apapun. Kayak waspada bisa, tapi waspada yang secara sadar alias disengaja waspada biar gak gampang kena tipu, bukannya otomatis jadi waspada karena udah dapat intuisi. Paham bedanya kan ya?

Coba misal si manipulator ulung itu diketemuin sama N-dom atau N-aux, biasanya sih N-dom sama N-aux walaupun diem aja tp dalam hati2 diem2 udah nandain "kayaknya ada rasa2/hawa2 yang aneh nih sama orang ini". Walaupun bisa jadi belum dianalisis jadi belum ada kesimpulannya, atau malah kalo para N-aux itu akan cepet banget ngejudgenya (biasanya sih gitu) : "Ah, kayaknya ga bener deh ni orang, hawa2nya aneh. Manipulatif nih kayaknya, atau entah apaan pokoknya mencurigakan banget hawanya, hati2."

Tapi kalo N-tert tuh kayaknya gabisa begitu. Cuma... nantinya, misal dia udah pulang ke rumah. 5 jam setelah ketemu sama manipulator itu, bisa jadi baru intuisinya si N-tert itu baru muncul dan ngasih tau dia "Eh, si orang baru yang 5 jam sebelumnya kamu temuin tadi kayaknya hawa2nya aneh deh, kayak ada sesuatu yg gak biasa dengan dia, kayaknya harus hati2 deh sama orang itu."

Ya mungkin kira2 gitu, intuisinya tuh baru muncul pas dia lagi sendirian. Atau kalo di Ne-tert (ESFJ sama ESTJ), bisa aja intuisi mereka baru muncul pas mereka lagi ngobrol/curhat2 gt sama orang terdekatnya/orang yg dianggap "save place/comfort-zone" dia. Jatohnya sekilas agak mirip ngegosip sih, padahal bisa jadi sebenernya maksud Ne-tert tuh gak gitu, emg kadang kebetulan intuisi dia lagi jalan aja. 😅

"Eh, tau gak, tadi aku abis ketemu sama orang baru. Orangnya seru gini gitu blablabla... tapi... kok... baru inget ya, tadi kayaknya orangnya walaupun baik ada anehnya deh, dia masa tadi gini, gitu, blablabla, apa jangan2 orangnya gini, gitu? Hah? Masa sih? Eh tapi kayaknya bisa jadi... atau malah blablabla?? (pokoknya tau2 jadi ngejelasin rangkaian intuisi yg mendadak muncul di kepalanya wkwk).

Sekilas sih Ni-tert dan Ne-tert ini akan mirip N-dom. Sama2 dapat intuisinya tuh pas lagi bengong-menyendiri-istirahat, atau lagi ngobrol2 nyaman dan santai sama orang terdekat. Tapi bedanyaaa... kalo N-dom itu intuisinya hampir selalu aktif tiap saat, mau lagi bersosialisasi atau lagi me-time intuisi N-dom akan selalu aktif. Tapi kalo N-tert itu gak aktif tiap saat, intuisinya cuma aktif pas dia lagi di zona nyaman/comfort zone aja, pas mode bersosialisasi gak terlalu jadinya lebih tumpul. Karena emang fungsi ketiga (tertiary) di MBTI itu juga buat menjadi comfort-zone kalau lagi "lelah" banget sehabis nopeng/bersosialisasi ke dunia luar memakai fungsi kedua (auxiliary).

4. N-inferior. N-inferior alias di fungsi keempat ini pemiliknya tuh Ni-inf dan Ne-inf.

Fungsi keempat itu menurutku agak ajaib sih dan agak susah dikit dibayangin, jadi aku bakalan pake pengibaratan yang agak aneh hahaha...

***

Tapi sebelumnya kujelasin sekilas deh...

Tiap manusia punya 4 fungsi yaitu T, F, N, S, dan tiap fungsi akan bercabang 2 sesuai introversi-ekstroversi. Jadi totalnya ada 8 fungsi: Te, Ti, Fe, Fi, Ne, Ni, Se, Si.

Terus tiap fungsi itu letaknya bisa beda2, tapi harus ada semua elemen di dalam 1 tipe, dan biasanya mereka berpasangan...

T--F atau F--T
N--S atau S--N

Terus kalo 1nya sifatnya introvert, 1nya harus ekstrovert.

Ti--Fe atau Fe--Ti
Te--Fi atau Fi--Te
Ne--Si atau Si--Ne
Ni--Se atau Se--Ni

Terus biasanya fungsi 1 berpasangan sama fungsi ke-4, ini otomatis berpasangan dan fungsinya SALING MENYEIMBANGKAN. Nah, kalau fungsi 2 berpasangannya sama fungsi 3.

Contoh: INFP, Fi-Ne-Si-Te
Fi-dom (1) berpasangan sama Te-inf (4)
Ne-aux (2) berpasangan sama Si-tert (3)

1 contoh lagi, coba ENTP ya... Ne-Ti-Fe-Si

Ne-dom (1) berpasangan sama Si-inf (4)
Ti-aux (2) berpasangan sama Fe-tert (3)

Ya kira2 gitu, pokoknya semuanya udah berpasang2an kayak gitu.

Terus aku mau bahas juga fungsinya secara letak kira2 gimana.

1. Fungsi dominan: inti utama/core/nyawa dari seseorang. Penggerak utama--disebut jenis motivasinya bisa juga--manusia tuh biasanya dari fungsi dominan ini. Misalnya para N-dom, semangat hidup kalian sebenarnya bisa mudah tergerak oleh intuisi kalian, ketika kalian bisa benar2 memahami dan merasa bisa "merapikan" intuisi kalian, mungkin itu adalah makna hidup terbaik yang bisa kalian capai dan akan membuat kalian lebih puas lagi sama hidup ini hahaha. Kalian juga bergerak apa2 utamanya dengerin intuisi kalian dulu, apa2 dikaitkan ke intuisi, walaupun orang2 di luar sana bilang "Harusnya kalian jangan begitu", tapi tetap aja kalian begitu, karena... ya gimana, itu emang fungsi utama kalian, ya otomatis kalian emg akan begitu gak sih? Kan kalian emang tercipta kayak gitu 😅🤣

Kalau aku sebagai Fi-dom, aku sih "tergerak" sama pemikiran dan perasaan pribadiku, apa2 pusatnya harus dari "aku sendiri maunya apa, aku maunya gimana, aku mikir apa, perasaanku yg sebenarnya gimana, dsb" , kalo Fe-dom mungkin "tergerak" sama pemikiran, perasaan, dan pertimbangan2 dari lingkungan sekitarnya terutama orang2 kesayangan dia.

Ya pada akhirnya tergantung fungsi dominan kalian itu apa, itu yg akan jadi "core" kalian hahaha.

Biasanya dia punya 1 sifat, kalo gak introvert ya ekstrovert.

2. Fungsi auxiliary: auxiliary ini gunanya untuk menyeimbangkan si fungsi dominan biar gak kebablasan, selain itu untuk menghadapi dunia luar, misalnya bersosialisasi secara umum (sosialisasi apapun, mksdnya gak cuma main sama teman2 terdekat atau berhubungan sama keluarga inti, tapi juga ke hal2 lain misalnya berhubungan sama rekan kerja, atasan-bawahan lah, kenalan di sekolah/kampus, rekan bisnis lah, temen komunitas dsb). Soalnya fungsi auxiliary ini tuh sifatnya akan kebalikan dari dominant.

Misalnya Ni-dom, fungsi aux-nya kalau gak Te-aux (INTJ) pasti Fe-aux (INFJ).

Atau Se-dom, fungsi aux-nya kalau gak Fi-aux ya Ti-aux.

Karena mengusai "keseimbangan dan kestabilan" adalah kondisi/keadaan terbaik utk bisa bersosialisasi secara sehat dengan masyarakat hahaha. "Nopeng" itu pasti harus sestabil mungkin.

Tapi "nopeng" melulu itu pasti capek banget, maka kita perlu...

3. Fungsi tertiary alias fungsi ketiga, yang sebelumnya udah kubilang kalau dia ini comfort-zone atau zona nyaman. Fungsi pertama kalau duet bersama fungsi ketiga akan disebut fase loop, dan fase loop ini adalah zona nyaman, karena fungsi ketiga sama pertama itu pasti akan sama. Kalau -dom nya introvert, -tert nya pasti introvert juga, dan sebaliknya -dom ekstro maka -tertnya akan ekstrovert juga.

Misal di ENFP, NeFiTeSi, loopnya Ne-Te loop

Kalau di ENTJ, TeNiSeFi loopnya Te-Se loop

Di ISFJ, SiFeTiNe loopnya Si-Ti loop

Jadi gunanya buat "istirahat" gitu sih.

Tapi fungsi 1 (-dom), 2 (-aux), dan 3 (-tert) itu tuh dilakukan secara SADAR. Sadar di sini maksudnya adalah... ketika kita lagi bersosialisasi nih, misal lagi sekolah atau kerja, kita tuh sadar kalau kita harus berperilaku a-z di masyarakat gt, makanya kita gunakan mode -dom + -aux.

Terus kalau udah "capek" , nanti kita pasti akan mencoba cari celah untuk nyantai2 mengistirahatkan mental dengan mode -dom + -tert.

Biasanya sih manusia gt, kecualiiiii lagi kepepet bgt sama keadaan yg bikin dia gak bisa istirahat sampai superstress bgt, maksain diri tetap di mode -dom + -aux terus dan pura2 waras mulu padahal udah gak waras. Nah kalau udah gitu... bisa aja mendadak si orang itu "kerasukan/kesurupan" (pakai tanda kutip, ini istilah buatanku aja wkwk) sama...

4. Fungsi inferior alias fungsi keempat.

Soal fungsi keempat ini agak susah dijelaskan kalo pake bahasa ilmiah2 gitu, tapi aku paham mekanismenya sih. Tapi makanya bahasanya aku ganti aja biar lebih gampang dipahami wkwkwk

Jadi fungsi keempat itu kan posisinya di belakang, makanya peran dia paling lemah dibanding 4 yg di depannya. Fungsi dominan selalu ADA, selalu KEPAKE dimanapun, fungsi auxiliary itu kepake kedua karena emg manusia itu mayoritas isi hidupnya menghadapi dunia luar kan? Secara sadar pasti akan pakai fungsi -dom + -auxiliary. Ntar kalau udah mulai "capek" baru secara sadar mencoba istirahat pakai fungsi ketiga (mksdnya loop/ -dom + -tert).

Nah, fungsi keempat ini dimana dan ngapain?

Sebelumnya kan aku ada bilang, fungsi pertama pasangannya sama fungsi keempat, fungsi kedua pasangannya sama fungsi ketiga, dan tugas mereka saling menyeimbangkan biar manusia lebih stabil.

Tapi kalau fungsi kedua dan ketiga saling menyeimbangkan secara sadar dengan BERGANTIAN peran/posisi, maka... fungsi pertama sama keempat itu sifatnya lebih tidak sadar gitu.

Kalo aku pribadi pake istilah gini...

Jadi si fungsi pertama (-dom) itu ibaratnya manusia. Manusia ini bisa mode nopeng (-aux), bisa istirahat juga kalo udah capek nopeng (-tert). Naahh, si manusia ini anggaplah, ceritanya, dia punya semacam "malaikat penjaga" (atau entahlah pokoknya semacam itu, yang gak bisa dilihat sama mata/tak kasat mata, gak bisa dirasakan pake pancaindera pokoknya, tapi sebenarnya dia SELALU ADA dan selalu ngikutin kemanapun si manusia itu pergi, serta dia tugasnya ngasih bisikan2 petunjuk/bimbingan/arahan/dsb gitu2 lhoo buat si manusia. Naahh, si "malaikat penjaga" tersebut adalah pengibaratan dari fungsi keempat.

Jadi fungsi pertama manusia, fungsi kedua sama ketiga itu perilaku manusianya lagi bersosialisasi atau lagi istirahat, dan fungsi keempat itu "malaikat penjaganya" manusia yg selalu ngikutin dia kemanapun dan ngasih2 dia bisikan petunjuk/arahan/saran/bimbingan/dsb untuk menjalani kehidupan. Fungsi 1, 2, 3 itu bisa kelihatan mata dan dirasakan sama pancaindera, tp fungsi keempat itu gak bisa. Tp walaupun gak bisa dirasakan oleh pancaindera, si fungsi keempat itu tetap ada.

Dan bisikan2 dari fungsi keempat itu bisa didengerin, bisa nggak, tergantung si manusianya itu mau mendengarkan atau nggak. Kalau mau dengar malaikat penjaganya, maka si manusia akan jadi lebih mirip sama malaikat penjaganya. Kalau gak mau dengar, ya gak akan mirip, kan mereka kontras wkwkwk 

Contoh misal INFP (FiNeSiTe) tuh pasangan Fi-Te, manusianya Fi-dom dan malaikat penjaganya Te-inf. Nanti kalau si Fi-dom mau dengerin Te-inf nya maka si INFP akan jadi lebih mirip Te-user (Te-dom). Tapi kalo gak dia dengerin, dia akan jadi Fi-dom banget malahan mungkin bisa kebablasan (segala sesuatu yg berlebihan itu tidak bagus) misalnya jd terlalu egois, atau malah super berantakan gaada time-management-nya, atau super galau gak berkesudahan hahaha.

Terus si fungsi keempat ini, kalo keadaannya kepepet, misal si INFP Fi-dom td dia udah stress berat, dia mode FiNeeeeee mulu, gaada kesempatan buat istirahat ke Fi-Si loop, ntar lama2 stressnya si Fi-dom menumpuk, bisa tumbang kalo gak ada penyelesaiannya. Nah, kalo udah dirasa gawat bgtttt, sebelum si Fi-dom benerang tumbang. si "malaikat penjaga"nya alias si Te-inf itu bisa aja mengambil alih sementara tubuhnya si Fi-dom, kalo pake bahasaku sih Te-inf bisa merasuki si Fi-dom sampai Fi-dom kayak kesurupan Te-dom, sementara aja sih. Te-dom merasuki Fi-dom buat menghandle sementara tugas2nys si Fi-dom yg terpaksa harus terus dikerjakan, sampai keadaannya (entah keadaan lingkungan atau keadaan orang2 di sekitar si INFP) udah agak mendingan. Kalo dirasa udah mendingan, baru ntar si malaikat penjaganya keluar dari tubuh Fi-dom dan akhirnya si Fi-dom itu bakalan "capek" bgt tapi keadaan sekitarnya udah agak mendingan dikit akibat si Te-inf udah sempat menghandle.

Biasanya orang2 kalo di cerita2 mistis kalo abis kesurupan tuh pada bisa nari2, ngereog, bahkan terbang atau angkat2 barang berat, pokoknya melakukan apapun dengan tenaga ekstra kan? Abis sadar dari kesurupan jd pada lemes2 gt kan badan orangnya? Nah, kira2 fungsi keempat kalo sampai keadaannya udah kepepet bgt dan dirasa harus "merasuki" si fungsi utama kira2 akan kayak gt. Tapi selama keadaannya gak kepepet, dia cuma akan ngikutin kemanapun manusianya pergi, dan sesekali muncul dalam wujud bisikan2 aja, ngasih petunjuk/arahan/bimbingan, tapi biasanya sifatnya KONTRAS BANGET sama fungsi pertama/dominan, karena emg tugasnya dia untuk menyeimbangkan si fungsi pertama biar gak kebablasan, makanya harus kontras.

Mungkin kalo kalian Ne-dom jadi sering ingat2 masa lalu yg buruk trs jd nethink sendiri galau sendiri terpuruk murung, atau Ni-dom tetiba suka diingat tentang realita kehidupan yg pahit terus jd sedih sendiri sampai bahkan mungkin ada yg selfharm (entah sengaja gak makan, gak minum, nelen obat2an, jedot2in kepala, dsb) atau kalo aku tuh kyk jd merasa diriku itu kebanyakan halu2in hal yg gak logis dan gak masuk akal, ujung2nya jd ngerasa payah dan ngata2in diri sendiri bego, itu sebenarnya wujud "bisikan" dari fungsi keempat. Mereka sebenernya gak bermaksud bikin kita pesimis dengan ngata2in diri kita, tapi kita disuruh sadar kalo harus seimbang. Misal aku boleh halu tapi harus tetap ingat, itu cuma halu, dan jangan lupa urusin realitaku, tanggungjawab di RL diurusin, logika aku juga dipake. Atau misal N-dom sibuk sama isi kepala sendiri, mungkin diingatkan, boleh kok, gapapa sibuk ngubek2 intuisi atau apapun di dalam kepala kalian, tp jangan lupa tanggungjawab di RL juga dikerjakan, sama... jangan cuma mikir sesuai isi kepala kalian doang, pastikan crosscheck ke RL.

Sebenernya mungkin maksudnya gt, tp emang "malaikat penjaga" kalo ngomong sering terkesan sadis bgt, karena yaaa itu, harus KONTRAS sama fungsi dominant kita, biar dinotice, biar kitanya bener2 sadar kalo itu tuh penting! 😅🤣😭

Udh disadisin aja masih banyak orang yg males dengerin fungsi keempatnya, apalagi kalo gak sadis 😭😅🤣

***

Kaitannya aku jelaskan di atas, pada manusia yg tipe intuisinya tuh N-tert, bagi mereka intuisi tuh hampir kayak hal yg mereka 100% gak punya. Maksudnya mereka yg paling "buta" sama ngerasain rasa2 dan vibes2 dari orang lain.

Tapi mereka tetap punya intuisi, kan ada fungsi keempat mereka, alias si malaikat penjaga yg senantiasa ngasih bisikan. Nah, kalau pada S-dom + N-inf, bisikan2 dari malaikat penjaga itu pasti adalah bisikan tentang intuisi 🤣🤣

Dan... S-dom walaupun bisa hampir buta sama "vibes", tapi mereka adalah tipe paling jago untuk urusan observasi super detail, rinci, kecil2, secara kasat mata, semua bagian bisa difokuskan dilihat sama mereka, sampai gerakan sepersekian detik atau pergeseran sekian milimeter kalo mereka fokus mereka juga paham. Jd intinya observasi S-dom bagus bgt.

Jd karena pengamatan super jeli nya S-dom, si malaikat penjaganya juga jadi "mantep" kalo ngasih bisikan, bisikannya bisa jadi akurat karena emg disimpulkan dari pengamatan yg super-detail, tinggal si S-dom nya ini mau percaya atau nggak sama bisikan N-inf? Bisa jd mereka dengerin, tapi belum tentu mereka mau dengerin intuisinya.

Kalau semisal ada S-dom yang dia mau ngedengerin bisikan dari malaikat penjaganya (N-inf), maka kalau bisikan itu didengerin, biasanya omongan S-dom akan sering akurat, terus mereka biasanya jg bisa menjabarkan detail2 yg tampak secara kasat mata. Dan itu prosesnya biasanya cepet.

Jd kalo misal ada N-inf ketemu org manipulatif vs N-aux ketemu org manipulatif. Mungkin dua2nya sama2 bisa "peka" dan "baca" kalo si orang itu manipulatif. Tapi deskripsinya akan beda bgt antara si N-aux sama N-inf 🤣🤣

Si N-aux mungkin akan bilang: "Ini nih orang vibes2nya gak enak nih, gw duduk deket dia tuh ga betah bgt. Kyk dia senyum, tp dari matanya kyk keluar gelombang2 yg menusuk2 gt, padahal kalo secara mimik wajah, gestur tubuh, topik pembicaraan, dia normal2 aja, tapi sumpaaahhh, vibesnya ga enak bgt, semua terasa gelap pekat dan penuh kepalsuan, gw pengen cepet2 pergi!"

Sedangkan N-inf mungkin akan ngomong: "Ini orang tuh dia bola matanya bergetar2 terus, wlwpn kecil bgt getarannya tp kalo diamatin fokus keliatan itu bola matanya bergetar, kyk orang lagi berpura2. Terus dia badannya diem2 gemeteran tp ditahan2 sok tenang gt. Terus mimik wajahnya berubah2, kadang dia kyk sepersekian detiknya mukanya jd datar, berarti ekspresi wajah dia cuma dibuat2. Itu tarikan senyum dia kyk senyum2 fake gt, sebenernya gak pengen senyum tp berusaha disenyum2in, template bgt lah gak natural. Kalo dari topik obrolan sih sebenernya normal2 aja, cuma gestur tubuhnya aja menyilangkan kaki gt, berarti aslinya dia gak enjoy tp sok SKSD gt. Ini orang kyknya gak asli nih, pura2 doang dia gak beneran seneng ketemu sm gw, kyknya ada maksud terselubung, entah dia maunya apa tp gw harus hati2." (Ini misalnya aja, aku ambil contoh dari percakapanku dulu sama salah 1 temen ESFPku, kami ngomongin org yg sama, nangkap kesan yg sama dan tarik kesimpulan yg sama, tp deskripsi komentar kami soal alasan kenapa bisa ambil kesimpulan kayak gt tuh BEDA BANGET! 🤣)

S-dom mungkin dengerin N-inf nya + menelaah hasil pengamatan sensoris/pancaindera dia = makanya dia bisa menarik kesimpulan kalo si orang di hadapannya gak bener wkwkwk.

Jd pada akhirnya S-dom/N-inferior itu mungkin tipe yg paling gak peka sama vibes2 begituan, cuma... mereka tetap punya intuisi mereka sendiri dalam "wujud yang berbeda", kalau mereka mau dengerin apa kata N-inf mereka 🤣🤣

#TAMBAHAN: sebenernya ini berlaku kebalik pada para N-dom. Para N-dom itu kesannya paling gabisa observasi detail ya? Tapi sebenernya, sekalinya kalian para N-dom udah tertarik sama sesuatu dan kalian BENER-BENER FOKUS banget sama hal tsb, pengamatan kalian kualitasnya bisa setara sama S-dom (Se-dom atau Si-dom, kan tergantung fungsi utama kalian Ni atau Ne). Tapi yaaa itu, harus bener2 tertarik dan fokus dulu kesitu, baru hasil observasinya bisa sekuat para S-dom. Hahaha.


***

Itu menurut pengamatanku selama ini sih, bedanya variasi intuisi pada manusia, secara garis besarnya aja. Tapi pada akhirnya... semua manusia pasti punya intuisi, tinggal beda wujudnya aja, beda waktu kemunculan dan penelaahannya, beda fokus intuisinya, sama... para manusia mau dengerin dan mengasah intuisinya atau tidak 🤣

Minggu, 14 Mei 2023

Jodoh yang Tertulis di Lauhul Mahfudz

Jodoh itu diusahakan sendiri oleh manusia?
Iya, manusia yg berusaha, tetap Allah Swt yg ngasih acc alias Allah Swt yang menentukan bisa/boleh terjadi atau tidak di dunia ini.

Jodoh itu namanya sudah tertulis di Lauhul Mahfudz?
Iya, karena sebelum dilahirkan ke dunia ini untuk menjalani kehidupan, semua makhluk sudah ada skenario takdirnya yang atas izin Allah sudah tertulis di dalam Lauhul Mahfudz. Dan... pasti sudah tertulis juga, si bayi Fulan/Fulanah akan terlahir ke dunia dari bibit ayahnya si Fulan dan dari dalam rahim ibunya si Fulanah, sehingga ia akan menjadi Fulan/Fulanah binti Fulan, anaknya bapak Fulan & ibu Fulanah. Maka pasti jodoh itu namanya sudah tertulis di Lauhul Mahfudz. Atau kalau tidak melulu jodoh itu cuma 1 orang (atau terserah lah orang lain mau pakai istilah apa), anggaplah takdir pernikahan dan siapa saja yang akan diizinkan oleh Allah bisa menikah dengan kita nama-nama orangnya pasti sudah tertulis di Lauhul Mahfudz, apalagi jikalau dengan terjadinya pernikahan tersebut kelak ditakdirkan lahir seorang atau lebih anak manusia. Karena ada manusia yang menikah tidak hanya sekali dalam hidupnya, namun pasti semua nama yang bisa dan akan menikah dengannya sudah tertulis di Lauhul Mahfudz.

Pernah baca juga suatu tulisan yang menyatakan, intinya, kadangkala suatu pernikahan antara seorang wanita dengan seorang pria meski pada akhirnya mereka akan bercerai, namun tetap ditakdirkan bisa terjadi oleh Allah di dunia ini meski hanya sesaat, hanya untuk melahirkan seorang anak manusia yang memang di dalam Lauhul Mahfudz tertulis takdirnya akan terlahir dari rahim wanita tersebut dengan bapak si pria tersebut. Ya sudah, begitu saja fungsi pernikahan di antara wanita dan pria yang menjadi ayah dan ibu si anak tersebut, namun tetap saja yang namanya takdir si anak itu harus terlahir dengan keadaan demikian (ibunya si wanita itu dan ayahnya si pria itu), maka ya dia akan tetap terlahir sesuai kehendak Allah yang telah tercatat di Lauhul Mahfudz. Karena jika Allah Swt. memang sudah menghendaki demikian maka terjadilah.


Jadi jodoh/orang yang akan menikah dengan kita itu namanya sudah tertulis, kalau begitu jodoh nggak usah diusahakan?
Nggak juga, yang tertulis di Lauhul Mahfudz itu palingan ya memang sebuah nama, atau entah berapa nama yang harus dijumpai dalam hidup dan bahkan mungkin ada beberapa nama yang ditakdirkan bisa terjadi pernikahan dengan kita di dalam kehidupan ini. Namun sebuah atau beberapa nama itu adalah hasil usaha kita sendiri dengan hasil usaha dia/mereka agar bisa menikah dan tentunya diizinkan terjadi oleh Allah Swt. Bisa jadi kita yang berusaha dan dia/mereka yang menerima kita, atau hasil usaha pihak dia/mereka ke kita dan kita yang menerima, atau hasil usaha kita bersama-sama secara seimbang, dan balik lagi saya katakan bahwa hasil usaha tersebut DIIZINKAN TERJADI OLEH ALLAH SWT DI DUNIA INI. Kalau diizinkan ya maka akan terjadi pernikahan, kalau nggak diizinkan ya nggak akan terjadi.

Intinya, kita tuh pelakon/pemain peran, orang yang tugasnya beraktivitas menjalankan suatu peran dan bergerak, pembuat skenarionya dan yang menyetujui/menerima segala doa/amal ibadah yang bisa mengubah takdir adalah Allah Swt, dan skenario kehidupan alam semesta dicatat di dalam Lauhul Mahfudz. Tetapi tetap kita manusia yang berusaha/bergerak, cuma ya benar juga semuanya sudah tercatat di Lauhul Mahfudz termasuk usaha dan doa-doa kita di dunia (tapi kan tetap kita yang bermain peran sebagai manusia yang berusaha dan berdoa). Pokoknya APAPUN YANG TERCATAT DI SANA (mau baik/buruk menurut manusia pokoknya apapun terserah Allah Swt), semua yang tercatat di sana sudah atas izin Allah Swt.

Jadinya ya nggak salah kalau dibilang jodoh itu pasti namanya sudah tertulis di Lauhul Mahfudz, sebagaimana nggak salah juga kalau dibilang jodoh itu harus diusahakan/ikhtiar untuk mendapatkannya. Dua-duanya benar, tinggal... kita sebagai manusia nggak akan pernah tahu kita sedang di titik mana, apakah sudah berada di jalur dan sedang bersama orang yang memang dekat dengan acc Allah untuk terjadinya pernikahan atau belum? Dan apakah alur jodoh kita tipe yang harus diusahakan sendiri atau malah dia/merekanya yang akan mendatangi kita nantinya? Atau apakah kita nantinya hanya akan menikah sekali atau lebih dari sekali? Atau malah bagaimana bentukan dan arah alurnya? Kita takkan pernah tahu pasti sampai semuanya terjadi dalam hidup kita dan sampai kita mati nanti, namun Allah selalu tahu karena Allah Maha Tahu dan memang sudah tertulis itu semuanya di dalam Lauhul Mahfudz. Tugas kita sebagai manusia hanyalah berusaha dan berdoa dalam menjalani hari-hari sebisa kita, terserah mau alur yang harus dijalani akan bagaimana bentukan dan arahnya, karena yang tahu pasti soal bentukan alur dan segala lika-likunya serta siapa saja pemain/tokoh-tokoh yang harus dijumpai dalam alur tersebut hanya Allah Swt Sang Maha Pencipta, namun yang berusaha dan bergerak/melakukan sesuatu/bermain peran di dunia ini pastilah kita manusia, tapi yang membuat skenario dan mengarahkan track/alurnya adalah Allah Swt, dan yang menentukan akan gagal/berhasil bahkan meski kita sebagai pemain sudah berusaha mati-matian atau malah tidak berusaha samasekali namun bisa berhasil (bisa pula gagal) itu hanyalah Allah Swt. Mengapa? Karena Allah Swt. adalah TUHAN SEMESTA ALAM, ALLAHU RABBI.

Hal ini berlaku untuk takdir lainnya juga, bukan hanya perkara jodoh saja. PADA AKHIRNYA SEMUA YANG TERJADI DI DUNIA DAN AKHIRAT ATAS IZIN ALLAH SWT, BUKAN KARENA MANUSIA, BAHKAN MESKI MANUSIA SUDAH BERUSAHA. Kita manusia ini hanya dititipkan jiwa dan raga untuk bermain peran saja di alam fana ini, meski demikian kita tetap harus berusaha, mau tidak mau, suka tidak suka, karena peran kita memang "sebagai manusia yang harus berusaha, berdoa, beribadah kepada-Nya dan beriman kepada-Nya".

***

Kalau bingung dengan konsep takdir-Nya, maka sedikit gambaran manusiawi yang bisa dibayangkan... tahu game Subway Surfer? Atau game Temple Run? Ya pokoknya game-game yang modelnya sejenis itu. Kalo tau game itu, kan itu sebenarnya jalannya lurus-lurus doang menurut pandangan kita sebagai pemeran/tokoh yang lari-larian, tapi ya kadang naik turun kereta/benda apa lah, kadang harus geser kanan atau kiri atau lompat atau nunduk biar nggak kepentok/nabrak dinding, kadang ada koin-koin dan bonus booster yang bisa diambil tapi kalau nggak mau diambil juga gapapa.

Tugas utama dari permainan tersebut adalah berjalan mengikuti alur track yang ditentukan, mengumpulkan koin sebanyak-banyaknya dan menghindari tabrakan-tabrakan sampai waktu yang ditentukan (atau bisa juga selama yang disanggupi). Anggaplah alur-tracknya adalah takdir manusia menurut pandangan manusia, yang mana kita melihatnya cuma terpaksa lari mengikuti alur saja, padahal developer game-nya, dalam hal ini Tuhan dari game tersebut, sudah tau alurnya akan berawal kayak gimana, bercabang di mana saja (dan cabang ini bisa dipilih, bebas kita mau ke kanan, ke kiri, ke atas atau lewat jalur bawah), dan berakhir dimana. Koin dalam game tersebut adalah pengibaratan dari pahala, dan penghalang serta tabrakan-tabrakan yang harus dihindari adalah pengibaratan dari ujian hidup dan larangan dalam kehidupan. Kadang ada bonus booster juga, anggaplah itu keberkahan/keberuntungan dari Allah yang datang dari arah tak disangka-sangka untuk mempermudah kehidupan kita jikalau kita memutuskan untuk mengambil/menjemput booster tersebut, tapi ya bisa juga tidak diambil/terambil. Atau bisa juga booster tersebut adalah pengibaratan dari keajaiban doa yang dikabulkan di dunia ini, pokoknya sifatnya mempermudah dan membawa keberuntungan bagi manusia.

Pada akhirnya, yang tahu pasti alur tracknya seperti apa dan akan menghadapi apa saja di depan hanyalah Tuhan (di game tersebut maka "tuhan" nya adalah developer game), sedangkan player game-nya ya hanya bisa memainkan game tersebut sesuai aturan yang telah dibuat.

Tapi bedanya kalo di Subway Surfer atau Temple Run wajib mengumpulkan koin sekian biar bisa next level, kalo di kehidupan manusia iya juga sih, tapi nggak semutlak/sewajib itu. Kalo nggak diambil koinnya ya bisa aja dan nggak apa-apa, tapi ya siap-siap ada konsekuensinya yaitu bisa memperbesar peluang masuk neraka. Koin tadi pengibaratan pahala, bisa diambil bisa nggak diambil, bisa juga kadang diambil sebagian saja. Misal koinnya ada 5, kadang kita ambil semua, kadang cuma keambil 1 atau 2, kadang nggak terambil samasekali. Itu wajar sih, namanya juga kehidupan tidak selalu mudah. Dan... di game tidak ada batas waktu untuk memainkan gamenya selama masih bisa dimainkan, pada manusia ada batas waktu yaitu kematian.

Mungkin kira-kira gambarannya seperti itu, secara gambaran mudah yang lebih manusiawi.

*15/05/2023
Adoralic

Rabu, 05 April 2023

Sefrekuensi

Kebanyakan orang mencari pasangan nya itu yang "sefrekuensi". Bukankah yang namanya pasangan itu sejatinya melengkapi antara kekurangan dan kelebihan masing-masing. Menurutmu, apa yang dimaksud dengan sefrekuensi itu?

Sefrekuensi versi saya…

Saya tertarik dan asyik memikirkan topik A, dia juga merasa tertarik dan asyik dengan A. Dia tertarik dan asyik dengan topik B, saya juga tertarik dan merasa asyik dengan topik B. Semacam itu, tapi untuk hal-hal yang penting dan berperan cukup besar dalam diri masing-masing, atau hal yang telah menjadi kebiasaan atau hobi/kegemaran selama bertahun-tahun. Pokoknya bukan cuma hal-hal yang sekilas lalu kayak tren viral sesaat yang cepat datang dan pergi.

Semisal, misal nih contoh simpelnya, sejak kecil saya penyuka genre horror, thriller, dan tertarik dengan kisah-kisah seram (entah mistis atau kriminal), misteri-misteri kehidupan (mistis dan non mistis) serta kasus-kasus mistis dan fenomena anak indigo. Saya akan anggap saya sefrekuensi dengan orang yang:

  1. Dia percaya bahwa ada juga kok hal-hal mistis di dunia ini bukan hanya ada hal logis saja.
  2. Dia tertarik membahas hal-hal seperti itu juga, at least, minimal banget, nggak memandang dan mengatai bahwa saya aneh, freak, creepy, kurang kerjaan dan buang-buang waktu karena tertarik dan menyukai hal semacam itu.
  3. Dia percaya kalau anak indigo dan fenomena kesurupan itu ada, at least, minimal banget, dia nggak anggap anak indigo itu 100% hoax dan orang kesurupan itu 100% hoax, cuma gangguan kejiwaan saja. Saya pribadi percaya 50 : 50, kadang ada memang fenomena yang merupakan gangguan kejiwaan dan butuh penanganan medis-psikologis, tetapi tetap ada fenomena yang memang dia mistis-gaib, jadi fleksibel aja gitu, semua kemungkinan pasti ada.
  4. Bisa saya ajak nonton film horror dan thriller, baca novel/komik horror dan thriller, atau mendengarkan podcast horror dan thriller bareng-barengn dan menikmatinya. Minimal dia nggak penakut dan tahu keseruannya menikmati genre ini tuh apa, tapi bukan untuk bermaksud "nantangin" makhluk gaib atau penjahat juga sih ya.

Misalnya seperti itu. Kenapa saya anggap saya hal ini penting dan bisa menentukan sefrekuensi dengan saya/tidak? Karena saya sudah tertarik dan menyukainya sejak saya kecil = sudah bertahun-tahun dan sebagian waktu saya dihabiskan untuk menikmati genre tersebut selama bertahun-tahun = sudah cukup besar berdampak pada kehidupan saya.

Itu contoh sefrekuensi yang paling remeh karena "cuma" di hobi/kegemaran, tapi tetap penting sih kalau menurut saya. Selera humor yang sama dan model lawakan/bercandaan yang mirip, itu juga bisa dianggap tanda sefrekuensi yang remeh. Karena enak banget tahu kalau bisa sama-sama menikmati lelucon atau genre yang sama apalagi bisa membahas bareng soal itu.

Kalau sefrekuensi yang lebih mendalam gimana? Misalnya, gini sih…

Misal saya punya cita-cita masa depan mau hidup tenang dan sederhana di pinggiran kota, punya uang dan tabungan cukup, tapi saya nggak bakal pakai itu untuk membeli rumah megah, kendaraan baru yang bagus, baju-baju indah yang mewah, atau menyekolahkan anak saya di sekolah internasional (ceritanya doang nih ya, ceritanya mampu nih sebenernya duitnya buat ke international-school wkwk). Saya mau hidup tenang dan sederhana aja gitu di pinggiran kota, rumah secukupnya yang penting layak, kendaraan seperlunya aja yang penting ada, baju-baju yang penting punya yang layak pakai dan nggak lusuh, menyekolahkan anak ya di daerah sekitar aja nggak usah sampai sekolah internasional segala yang penting ilmunya nyampai, kalau ada perlu akses ke sumber ilmu lain ke internet aja, ikut kursus online kek apa kek. Ya pokoknya maunya di pinggiran kota aja walaupun punya uang.

Eh sedangkan pacar saya ternyata sehabis ngobrol-ngobrol soal cita-cita baru ketahuan dia maunya hidup di jantung ibukota, kalau perlu di luar negeri, dengan segala kemewahan dan prestisenya, terus kerja keras banting tulang nyari uang ya buat dinikmati dalam wujud barang-barang classy (walau tetap menabung dan investasi ya), kalau bisa hidup maju di kota ngapain tinggal di pinggiran? Anak sekolah di kota kalo perlu di sekolah internasional lah, biar maju gitu pemikirannya dan akses pendidikannya lebih mudah lagi.

Intinya, beda pemikiran dan tujuan utamanya sih. Saya maunya di pinggiran kota, dia maunya di jantung ibukota kalau perlu di ibukota luar negeri sekalian. Saya maunya anak sekolah biasa aja yang penting sekolah aja dulu, si pacar maunya anak ntar sekolahnya yang elit sekalian. Kalau menurut saya, semisal hal begini itu termasuk contoh "tidak sefrekuensi dalam hal besar/penting" karena kaitannya dengan rencana gambaran masa depan yang akan dijalani bersama.

Ada lagi contoh lain tentang sefrekuensi/tidak, semisal… saya pakai contoh agama saya ya. Jadi semisal saya muslimah, terus saya punya calon pasangan muslim. Yaa… di KTP sama sih, sama-sama Islam. Tapi ternyata dia tipe pria yang mentingin syari'at banget dan kaku, sampai meminta saya pakai cadar nanti sehabis menikah. Sedangkan misal saya yakin kok pakai kerudung itu wajib tapi bercadar nggak dan saya nggak ada niatan pakai cadar. Terus makin ditelisik makin kelihatan lah kalau kami "beda aliran". Nah, itu juga termasuk contoh tidak sefrekuensi dalam hal besar/penting sih, karena kaitannya dengan keyakinan masing-masing yang akan terus dilanjutkan dan dilestarikan di dalam keluarga.

Kalau menurut saya pribadi, ketika belum menikah dan tidak sefrekuensi dalam hal besar/penting, mendingan bubaran/akhiri aja sih hubungannya jangan dilanjutkan ke jenjang lebih serius. Karena amat sangat rawan cekcok, tujuannya aja udah beda banget, gimana nantinya mau bisa tinggal bareng dengan akur pasca pernikahan? Mending cari yang lain deh yang lebih sefrekuensi, terutama di hal-hal besar. Kalau bertoleransi soal sefrekuensi di hal remeh agak masih lebih bisa sih, walau jelas akan tetap jauh lebih enak berhubungan dengan orang yang benar-benar sefrekuensi di hal-hal besar maupun remeh ya.

Kecuali, ketika sudah terikat pernikahan, tiba-tiba kita/pasangan kita ada yang berubah menjadi beda frekuensi. Contoh nih, misal… awalnya misal saya dengan pasangan sesama orang yang "biasa saja". Nggak nakal tapi nggak alim banget juga, nggak jahat tapi nggak super baik juga, pokoknya selama ini kami biasa aja gitu. Lalu suatu hari, tiba-tiba pasangan saya tobat dan hijrah jadi orang yang lebih baik, lalu dia coba mengajak saya, tapi saya masih shock dengan perubahan dia dan merasa nggak/enggan ikut berubah apalagi secara amat mendadak begitu. Saya merasa selama ini walau nggak baik dan alim banget tapi kami—terutama saya—juga kan nggak seburuk itu. Nah kalau begini, sudah terlanjur terikat pernikahan, pasti nggak bisa main cepat-cepat bubaran/mengakhiri hubungan begitu saja kan cuma dengan alasan tidak sefrekuensi? Kalau kasusnya begini harus didiskusikan bersama dengan sekepala dingin mungkin, benar-benar cari plus minus dan jalan tengah terbaik/win-win solutionnya seperti apa.

Yaaa, intinya kira-kira sefrekuensi kalau menurut saya seperti itu, ketika saya tertarik dan asyik memikirkan topik A, dia juga merasa tertarik dan asyik dengan A. Ketika dia tertarik dan asyik dengan topik B, saya juga tertarik dan merasa asyik dengan topik B. Pokoknya merasa tertarik dengan hal yang sama/mirip di waktu yang sama.



Soal "pasangan itu sejatinya melengkapi antara kekurangan dan kelebihan masing-masing" , itu saya setuju banget lho. Memang sebaiknya begitu. TETAPI… carilah pasangan yang sefrekuensi, dan yang kelebihannya kamu sukai dan kelemahannya bisa kamu terima.

Bisa lho, sefrekuensi dengan saling melengkapi kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Atau kalau misal dibalik jadinya… di antara beberapa orang yang punya kelebihan dan kekurangan yang sama persis, kita bisa dan lebih baik memilih seseorang yang sefrekuensi dengan kita lho.

Contoh nih, misal… ceritanya saya jomblo terus saya punya kenalan lawan jenis, kita sebut saja si F dan si G. Misal si F dan si G orangnya sama-sama supel dan jenaka (ceritanya), tetapi sama-sama kurang bisa memanajemen keuangan. Sedangkan (ceritanya) saya jago nih memanajemen keuangan, tetapi saya orangnya kurang luwes dalam bersosialisasi. Tapi saya lebih merasa sefrekuensi sama si G karena dia juga penyuka horror dan orangnya kalem/nggak terlalu mengejar duniawi daripada si F yang udah mah penakut, nggak bisa memanajemen keuangan dengan baik, eh ternyata keuangan dia itu boncosss (habis terus) salah satunya gegara dia amat sangat mementingkan membeli barang-barang keluaran terbaru biar ngikutin tren dan demi gengsi.

Yaaa… misalnya kalau saya disuruh memilih di antara mereka, dengan kelebihannya sama-sama luwes dan jenaka serta kelemahannya mereka yang sama-sama nggak jago memanajemen keuangan, tetapi saya merasa lebih sefrekuensi dengan si G karena genre kesukaannya sama dan gaya hidupnya mirip, ya saya mendingan memilih berpasangan sama si G lah daripada si F. Kelebihan dan kelemahan saya dan G kan sudah saling melengkapi + kami sefrekuensi = kemungkinan hubungan kami bakalan lebih mudah akur karena pemikiran yang cocok, dan lebih seru/menarik untuk dijalani, jadinya kemungkinan langgengnya lebih besar, daripada jikalau saya berpasangan dengan si F. Entar kalau sama F saya bisa protes mulu dia terlalu menghambur-hamburkan uang untuk penampilan, atau malah dia yang protes saya nggak gaul cupu banget, belum lagi penyebab berantem-berantem yang lain.

Gitu deh kira-kira. Intinya menurut saya pribadi, sefrekuensi itu PENTING BANGEEEETTT! Dan bisa, bisa banget kok sefrekuensi dengan saling melengkapi kelebihan dan kekurangan masing-masing.


Monmaap sebelumnya kalau kata-kata ini bakalan menyinggung, tapi… nggak usah mencari "pembenaran" kalau kalian orangnya males mikir dan gamau ribet. Males mikir ya males mikir aja, gamau ribet ya gamau ribet aja, akuin aja sih itu semua, gausah berlindung dibalik kata-kata "pasangan sejati itu harus saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing" kalau lu aja gak paham-paham amat sama apa kelebihan lu, kekurangan lu, dan hal-hal yang lu sukai dan lu anggap penting dari dan untuk diri lu sendiri, dan apa kelebihan dan kekurangan pasangan lu serta hal-hal yang dianggap berharga dan yang disukai oleh pasangan lu sendiri.

Sekian, monmaap kalo closingnya agak jelek ya. ✌️🙏

04/04/2023

*disalin dari suatu akun pribadi saya

Sabtu, 11 Maret 2023

Midnight Poem part 6 (2): Harapan yang Terakhir

Harapan yang Terakhir
~adoralic~

Mungkin kau adalah harapan yang terakhir
Bagiku, yang sudah terlalu "lelah"
Padahal mungkin hidupku masih panjang
Hanya saja rasa "lelah" ini mengintaiku sedari muda

Aku "lelah" dengan diriku sendiri
Dan "lelah" pula karena keadaan
Aku benci semuanya, terutama orang lain yang bersikap buruk
Aku benci, bahkan dengan rasa "lelah" ini

Aku tak tahu kapan terakhir kali tersenyum
Bukan, bukan senyum palsu, namun senyum betulan
Senyuman dari dalam hati
Hingga mataku turut tersenyum dan berbinar

Mungkin saking benci dengan semuanya
Aku sampai tak bisa tersenyum lagi
Meski sebelumnya jarang, namun masih bisa
Tiada lagi senyum, begitupula air mata kecuali ketika hatiku sakit

Aku benci dengan "kelelahan" ini
Hingga saking "lelah" nya, kurasa takkan pernah mencintai lagi
Terlalu "lelah" untuk menginginkan cinta
Jangankan itu, bertahan hidup setiap hari saja sudah "melelahkan"

Semua butuh energi yang besar
Semangat dan antusiasme yang membara
Aku terlalu "lelah" untuk itu
Sejak kurasakan semuanya benar-benar porak-poranda

Berbagai peristiwa menghantamku
Hingga aku mulai "kelelahan"
Semakin lama semakin "lelah"
Hingga tiba di titik mati rasa

Aku mati rasa, dan kupikir takkan ada cinta lagi
Semua berakhir di sini, tinggal menunggu mati
Hingga pada suatu hari, aku tersadar
Sejak mengenalmu, kamu selalu ada

Kamu selalu ada, dalam tiap "lelah" ku
Bukan hanya "lelah", senang pun kau ada
Gembiraku pun kau hadir, tapi terutama dalam "lelah" kau ada
Karena kau sendiri "kelelahan", bahkan jauh lebih daripadaku

Kita sama-sama "lelah", aku dan kamu
Entah kamu berpikir apa tentangku
Apakah sepertiku yang anggap dirimu selalu ada?
Bahkan kau memang hanyalah teman, namun kau selalu ada

Mungkin karena hanya teman kau selalu ada
Mungkin justru karena itu kau bisa selalu ada
Tetapi bersamamu aku merasa cukup tenang
Tenang, karena bisa muncul dalam keadaan "lelah"

Kupikir ketika menyukai seseorang kembali akan menambah "lelah"
Nyatanya denganmu tidak demikian
Aku tidak bertambah "lelah", meski tak bertambah gembira pula
Karena denganmu aku cukup bebas menampilkan banyak hal

Aku bisa "lelah", aku bisa senang, sedih, marah, curiga, kecewa
Dan tak perlu semangat membara, tak perlu antusiasme tinggi
Aku hanya perlu diriku, menjadi diriku
Entah diri yang "lelah" atau yang manapun

Aku "lelah", aku "lelah" untuk mencintai dan dicintai lagi
Lengkap dengan segala dramanya, itu sangat "melelahkan"
Namun jikalau kamu orangnya
Kamulah harapan yang terakhir

Karena bersamamu...
Mungkin tiada kegembiraan lagi
Mungkin tiada antusiasme lagi
Namun selalu ada kenyamanan untukku jujur padamu

Aku "lelah", jadi aku berharap
Semoga kamu bisa jadi yang terakhir
Dan semoga kamu memang bisa kuharapkan
Dan semoga pada akhirnya suatu saat kamu juga mengharapkanku

Kurasa aku ingin berhenti, bersama denganmu
Di waktu yang tepat
Yang terbaik, dari segala waktu terbaik
Aku suka kamu, dalam sukaku dan dukaku

*12-03-2023
Aku "lelah", tetapi ajaibnya aku masih bisa menyukaimu meski aku sudah "lelah" seperti ini. Bisakah aku berharap bahwa kau akan menjadi yang terakhir bagiku? Bisakah aku berharap suatu saat kau juga akan melihat ke arahku? Bisakah aku... bersama denganmu, suatu saat nanti, di waktu yang terbaik? Aku... tidak menggebu, hanya saja aku akan menunggu dan berharap, mungkin untuk terakhir kalinya, sebelum aku mati rasa seutuhnya. Tidak harus cinta, setidaknya kau ingin bersamaku dan memilih bersamaku atas kemauan hatimu sendiri, itu sudah cukup.