Rabu, 06 Maret 2024

Sajak untuk Kakakku Tercinta


Sajak untuk Kakakku Tercinta
Oleh: adoralic~

Selama ini, diam-diam aku menaruh hati padamu
Mulanya biasa saja, lama-lama aku terhanyut
Terhanyut ke dalam rangkaian katamu, kisahmu
Tulisanmu membuatku merasa nyaman dan hidup

Kurasakan sesuatu tiap kali kubaca rangkaian katamu
Mulanya aku candu tulisanmu, lama-lama aku inginkanmu
Kuingin lebih dekat denganmu, mengenal secara pribadi
Ingin bercengkerama denganmu, bukan hanya memandangimu

Lama-lama aku rindu kala tak melihat tulisanmu
Kutunggu, kunanti, ke mana dirimu dan tulisanmu
Terutama wajah indahmu yang seringkali kau sisipkan
Wajah yang manis dan membuat candu

Kau yang diam-diam kuangankan
Kau yang diam-diam kurindukan
Kau yang dian-diam kuinginkan
Kau yang diam-diam aku sayang

Ingin rasanya coba mendekatimu
Dan menyayangimu, andai engkau tahu
Sayangnya ini adalah perasaan terlarang
Ini adalah perasaan tak wajar

Namun bagaimanalah, aku memang suka padamu
Meski hanya diam saja, hanya diam saja
Rupanya aku menyukaimu, lebih dari yang kukira
Sampai aku merindukanmu, merindukanmu

Hingga suatu hari kau mendadak muncul di hadapanku
Aku tahu kau ramah, dan tiada maksud apapun
Namun jelaslah sudah perasaanku padamu sejak kemunculanmu itu
Aku suka kamu, aku sayang kamu, aku inginkanmu

Andai bisa kulakukan, ingin kulakukan
Andai bisa kukatakan, ingin kukatakan
Andai bisa kuperjuangkan, ingin kuperjuangkan
Entah ini cinta atau bukan, yang jelas aku suka kamu

Meski selama ini kutahan, dan kutolak
Karena ini adalah rasa yang terlarang
Namun aku menyukaimu, memang kamu
Bukan yang lain, aku mau kamu, meski hanya dalam anganku

Tentu hanya dalam anganku, karena kita berbeda
Kau bukan orang sepertiku, kau orang yang lurus
Janganlah seperti aku, takkan kubiarkan itu terjadi
Biarkanlah aku yang mencintaimu seperti ini saja

Biarkanlah aku jadi temanmu, takkan pernah kuganggu
Aku takkan melewati batasku, kecuali kau sama sepertiku
Namun aku ingin berterima kasih padamu
Aku benar-benar berterima kasih padamu

Kakakku, terima kasih sudah muncul di hidupku
Menghidupkan kembali "rasa ini" di dalam dadaku
Meski mungkin kau orang yang salah, kau orang terlarang
Namun aku menyayangimu dari hatiku

Terima kasih telah membuatku jatuh hati padamu
Terima kasih karena telah muncul di saat yang sangat tepat
Kau yang muncul di saat aku ingin melupakan para pria itu
Berkatmu aku benar-benar bisa melupakan mereka

Terima kasih kakakku, terima kasih telah mencuri hatiku
Kau bukan pelampiasan, hatiku memang telah kau bawa pergi
Hanya saja kau orang terlarang, aku lambat menyadarinya
Hingga kau muncul dalam hidupku, saat itulah kutersadar

Aku suka kamu, aku sayang kamu
Ingin kugenggam tanganmu, aku ingin bersama kamu
Aku ingin kamu bahagia, aku ingin melihat itu
Jadilah yang terbaik versimu, tersenyumlah dengan bahagia

Aku mencintaimu, meski aku hanya temanmu
Dan, terima kasih telah mencuri hatiku
Aku senang hatiku dirampas olehmu
Meski ini cinta terlarang yang tak mungkin kumiliki

*7 Maret 2024
Cinta oh, cintaaa... Cinta ini sering datang tiba-tiba tanpa disadari :") wkwkwk

Senin, 04 Maret 2024

Pernahkah Kalian Berpikir untuk Tinggal Sendiri Sampai Ajal Menjemput?

Pernahkah Kalian Berpikir untuk Tinggal Sendiri Sampai Ajal Menjemput?

Pernah dulu, tapi sekarang malah nggak terlalu lagi. Bukannya 100% udah gak mikir gitu lagi, cuma… jadi berkurang aja persentasenya. Apa salahnya kalau ada temannya? Tapi kalau bisa dan sanggup sendirian gaada teman, ya gapapa juga, liat nanti ae lah~ cuma saya udah gak terlalu kayak dulu lagi yang pernah beneran sekepengen itu sendirian banget hahaha.

Setelah beberapa kali "ditinggal meninggal duluan" oleh beberapa orang terdekat saya, termasuk salah 1 sahabat saya, kemudian dengan sebagian besar sahabat dan teman dekat lainnya saya terpisah jarak dan bahkan waktu (kalau beda negara atau beda belahan waktu Indonesia), akhirnya saya sadar… saya butuh… seorang teman dekat/sahabat yang bisa sekalian saya jadikan keluarga saya.

Sedekat-dekatnya dengan sahabat, se-rasa kekeluargaan apapun dengan sahabat, pada akhirnya sahabat tetap hanyalah orang lain. Dan serusak-rusaknya hubungan dengan keluarga, se-toxic apapun keluarga, tetap saja yang lebih "dianggap" kuat ikatannya dan lebih diakui di masyarakat adalah keluarga daripada cuma "sahabat rasa keluarga". Hal seperti ini baru terlihat lebih jelas ketika sudah terpisahkan oleh kematian. Saya jadi sadar kalau… "Hmmm ya, saya sepertinya ingin dan butuh teman dekat kalau perlu sahabat yang bisa sekalian saya jadikan keluarga saya, biar setidaknya ada 1 orang teman dekat/sahabat saya yang gak akan berpisah dengan saya, disaat teman atau sahabat saya yang lainnya fokus kepada kehidupan dan keluarganya masing-masing, si sahabat saya yang 1 ini bisa fokus kepada kehidupannya dan kepada keluarganya—yang tentu saja mengikutsertakan saya di dalamnya. Seperti saya juga bisa fokus kepada kehidupan saya dan keluarga saya—yang tentunya mengikutsertakan sahabat saya tersebut di dalamnya."

Ini konteksnya menikah, melanjutkan persahabatan dalam kedok membangun status "berkeluarga" yang diakui di masyarakat, berarti yang saya harapkan adalah, suatu hari nanti saya bisa menikah dengan salah 1 cowok/laki-laki yang bisa sampai saya anggap teman dekat/sahabat cowok saya, dan dianya juga mau menikah dengan saya wkwkwk. Karena nggak mungkin kan saya menikah dengan sesama cewek? 😅 Bahkan misal semau apapun saya melakukan itu, dan bahkan misal sudah ada "calon" nya, misalnya, misal, tetap saja… terlalu rumit dan susah direalisasikan di dunia ini hahaha. Jadi ya, memang harus dengan lawan jenis sih, tidak ada pilihan lain.

Tetapi kenapa saya malah sampai kepikiran begini? Apa kaitannya dengan "keinginan hidup sendiri sampai ajal menjemput" ?

Kaitannya… agak muter-muter sih penjelasan saya, cuma intinya gini… Saya merasa… apa ya… waktu salah 1 sahabat saya meninggal, padahal saya dan teman dia yang lain lebih dekat dengannya daripada keluarganya sendiri, sahabat kami sudah sering mengakui itu semasa hidupnya. Tapi di hari peringatan kematiannya, saya merasa… saya dan temannya hanya "butiran debu" yang numpang lewat saja, bahkan nama kami saja tidak diketahui kecuali oleh ibunya, itu pun juga ya tetap saja kami hanya diperlakukan seperti "teman biasa". Bukannya saya sakit hati karena diperlakukan begitu, tetapi saya malah memikirkan teman-teman dekat saya…

Misal suatu hari saya yang meninggal duluan, apakah sahabat dan teman-teman dekat saya, yang padahal bahkan bisa jadi saya anggap ikatan kami lebih dekat dan erat daripada saya dengan keluarga (keluarga besar sih) saya, akan diperlakukan seperti itu juga oleh masyarakat? Apa iya? Kalau iya… bukankah itu ironis?

Ya, miris aja gitu, entah kenapa saya malah jadi kasihan dengan teman-teman saya, tapi sialnya saya malah sadar juga saya kan juga udah mulai "ditinggal" oleh mereka karena tuntutan alur kehidupan ini. Makanya, ujung-ujungnya saya jadi berpikir… Setidaknya saya mau, kalau bisa, kalau nggak bisa ya nggak terlalu masalah juga sih, setidaknya ada 1 sahabat atau minimal teman dekat saya, yang bisa saya "ikat" menjadi keluarga sekalian. Jadinya kami tetap bisa terus bersahabat sampai terpisahkan oleh kematian, dalam kedok "keluarga". Hahaha. Dan… ketika saya/dia yang meninggal duluan, dia/saya tetap "dianggap" oleh masyarakat, karena… ya iya, kami kan keluarga. Dia pasti suami saya, atau saya istrinya, dan malah itu kan yang dianggap "paling berhak" untuk menangisi dan mengakui bahwa hubungan kami paling dekat dan paling istimewa di dunia ini (bahkan meski realitanya belum tentu selalu akan seperti itu sih wkwkwk), dan kami, saya atau dia, adalah sosok yang paling bersedih dan paling kehilangan saat ditinggal meninggal. Ya pokoknya… begitu deh.

Saya pengen aja, ada salah 1 sahabat saya yang bisa punya "posisi spesial" begitu, ketika saya meninggal duluan. Saya ingin ada "orang yang memang saya pilih dan saya akui sendiri" yang memang dianggap/diakui oleh masyarakat, bukan cuma orang-orang yang secara teknisnya saja diakui di masyarakat (misal keluarga karena satu ikatan darah/satu garis keturunan, padahal misalnya hubungan keluarga ternyata tidak seharmonis dan serukun itu, misal). Jadi makanya, saya merasa, saya ingin punya dan saya butuh 1 orang sahabat untuk "saya beri/wariskan posisi", anggap saja itu sebagai salah 1 wujud kemerdekaan saya/kebebasan memilih dalam hidup—selama masih hidup. Walaupun balik lagi, saya nggak akan "memaksakan keadaan" juga sih, kalau bisa ada temannya ya syukur, kalau nggak ada yaudah. Tetapi karena ditinggal pergi dan ditinggal meninggal sahabat-sahabat saya, makanya saya mendadak jadi berubah pikiran begitu, jadi terinspirasi. Hahaha. Bukan karena terlalu takut sepinya, lebih ke… pengen aja "punya kemerdekaan/kebebasan memilih seseorang, dan berhasil memilih serta mempertahankan apa yang dipilih, sampai di taraf bisa diakui dan dihargai juga oleh orang lain", sekaligus mau "memberikan penghargaan tertinggi dariku untuk seorang sahabatku dan sekaligus keluargaku yang paling spesial". 🤣🤣🤣

#nb: saya gak akan pernah mau pacaran sama orang yang saya anggap gak cocok temanannya dengan saya, hahaha. Jadi makanya di sini saya gak sebut pacar/kekasih sebagai calon suami, hahaha.


Jumat, 01 Maret 2024

Fi-dom dan Ti-dom

Sebelumnya saya selalu kebingungan, apakah diri saya ini INFP atau INTP, karena menurut saya Fi dan Ti itu memang mirip, tapi entah di mana letak pastinya kemiripan mereka, pokoknya saya sadar kalau ada miripnya tapi entah apanya. Dan… kalau cuma main tes/kuis MBTI sih, saya selalu dapat hasil INFP atau INTP, tidak pernah tipe lain. Kalau cuma baca deskripsi INTP dan INFP, dua-duanya ada sisi mirip saya, tapi ada nggaknya. Atau kadang keduanya malah saya banget. Tapi saya sadar saya ini suka berpikir, terus nggak peka dengan perasaan orang lain, maksudnya tidak bisa keikutan merasakan perasaannya orang lain. Misal orang lain sedih, saya bisa paham mereka sedang sedih, namun hati saya tidak lantas akan ikutan ketularan sedih. Hati saya ya biasa saja gitu, nggak gimana-gimana. Bahkan bisa jadi jika saya sedang bahagia, ketika orang lain sedih ya hati saya tetap bahagia saja gitu, cuma memang tidak diekspresikan demi bersimpati kepada orang lain yang sedang berduka.

Kalau ngomong, apalagi dulu, saya juga bisa sangat blak-blakan sampai banyak orang sebal. Nggak ada lembut-lembutnya samasekali (tidak mirip seperti stereotip seorang feeler di mata umum). Saya juga sering kelihatan dingin, walaupun kalau sekarang sudah sangat jauh lebih baik.

Sekilas memang Fi-function itu mirip Ti-dom dengan Fe-inf nya. Tetapi ya kalau saya pikir-pikir selama ini, bisa jadi saya nggak peka itu ya karena saya Fi-dom sih. Tetapi semua awalnya masih serba ragu.

Mau tau hal apa yang akhirnya bisa bikin saya merasa mirip dengan TiNe (INTP) sampai sebelumnya sempat yakin bahwa saya INTP tapi enneagramnya 4w5 (enneagram yang konon katanya INFP banget) tapi akhirnya sangat yakin saya INFP?

Karena Fi-dom memang mirip dengan Ti-dom! Akhirnya saya menemukan letak kemiripan mereka. Dan karena sesama Ne-aux, jadi semakin mirip lagi.

Bagian mana miripnya?


Because of "WHY". Jadi… Fi-dom dan Ti-dom sama-sama tipe manusia yang suka mempertanyakan "kenapa" dari tiap hal, walaupun apa yang digali dan tujuan bertanyanya berbeda. Dan… mereka melakukan pendekatan pada dunia ini dengan fungsi Ne-auxiliary mereka yang sama itu.

Tipe lain tentu bisa juga ya mempertanyakan kenapa, tetapi… bisa jadi mempertanyakan kenapa itu bukan prioritas, atau tujuannya berbeda, atau malah cara menggali informasi yang dipertanyakan beda dengan Fi-dom dan Ti-dom.


Pada Fi-dom dan Ti-dom, mereka suka mempertanyakan sesuatu dan bahkan mungkin sampai "membongkar" sesuatu dan mencari cara kerja/mekanisme dari sesuatu jika dirasa perlu, kemudian disusun ulang, hanya untuk mencari keakuratan.

Bedanya Ti-dom benar-benar mencari keakuratan logika atau mekanisme akurat dari hal/benda yang dibongkar tersebut, sedangkan Fi-dom mencari keakuratan dari perasaan yang dia rasakan terhadap hal/benda yang sudah dia ubek-ubek tersebut: apakah setelah mengetahui SEMUANYA secara "benar" pasca mengubek-ubek tentang hal/benda ini, aku bisa menyukainya? Atau tidak menyukai hal/benda ini? Bisa diambil jadi prinsip/value atau tidak? Dan jika disukai/tidak disukai, diambil/tidak diambil menjadi prinsip tuh kenapa? Apa alasannya?

Ya, pokoknya Fi-dom memang ada kemiripan dengan Ti-dom, walau harus diakui Fi-dom tidak se "canggih" dan selogis Ti-dom, tetapi sama-sama bisa menjadi lumayan kritis dalam mempertanyakan sesuatu