Pernahkah Kalian Berpikir untuk Tinggal Sendiri Sampai Ajal Menjemput?
Pernah dulu, tapi sekarang malah nggak terlalu lagi. Bukannya 100% udah gak mikir gitu lagi, cuma… jadi berkurang aja persentasenya. Apa salahnya kalau ada temannya? Tapi kalau bisa dan sanggup sendirian gaada teman, ya gapapa juga, liat nanti ae lah~ cuma saya udah gak terlalu kayak dulu lagi yang pernah beneran sekepengen itu sendirian banget hahaha.
Setelah beberapa kali "ditinggal meninggal duluan" oleh beberapa orang terdekat saya, termasuk salah 1 sahabat saya, kemudian dengan sebagian besar sahabat dan teman dekat lainnya saya terpisah jarak dan bahkan waktu (kalau beda negara atau beda belahan waktu Indonesia), akhirnya saya sadar… saya butuh… seorang teman dekat/sahabat yang bisa sekalian saya jadikan keluarga saya.
Sedekat-dekatnya dengan sahabat, se-rasa kekeluargaan apapun dengan sahabat, pada akhirnya sahabat tetap hanyalah orang lain. Dan serusak-rusaknya hubungan dengan keluarga, se-toxic apapun keluarga, tetap saja yang lebih "dianggap" kuat ikatannya dan lebih diakui di masyarakat adalah keluarga daripada cuma "sahabat rasa keluarga". Hal seperti ini baru terlihat lebih jelas ketika sudah terpisahkan oleh kematian. Saya jadi sadar kalau… "Hmmm ya, saya sepertinya ingin dan butuh teman dekat kalau perlu sahabat yang bisa sekalian saya jadikan keluarga saya, biar setidaknya ada 1 orang teman dekat/sahabat saya yang gak akan berpisah dengan saya, disaat teman atau sahabat saya yang lainnya fokus kepada kehidupan dan keluarganya masing-masing, si sahabat saya yang 1 ini bisa fokus kepada kehidupannya dan kepada keluarganya—yang tentu saja mengikutsertakan saya di dalamnya. Seperti saya juga bisa fokus kepada kehidupan saya dan keluarga saya—yang tentunya mengikutsertakan sahabat saya tersebut di dalamnya."
Ini konteksnya menikah, melanjutkan persahabatan dalam kedok membangun status "berkeluarga" yang diakui di masyarakat, berarti yang saya harapkan adalah, suatu hari nanti saya bisa menikah dengan salah 1 cowok/laki-laki yang bisa sampai saya anggap teman dekat/sahabat cowok saya, dan dianya juga mau menikah dengan saya wkwkwk. Karena nggak mungkin kan saya menikah dengan sesama cewek? 😅 Bahkan misal semau apapun saya melakukan itu, dan bahkan misal sudah ada "calon" nya, misalnya, misal, tetap saja… terlalu rumit dan susah direalisasikan di dunia ini hahaha. Jadi ya, memang harus dengan lawan jenis sih, tidak ada pilihan lain.
Tetapi kenapa saya malah sampai kepikiran begini? Apa kaitannya dengan "keinginan hidup sendiri sampai ajal menjemput" ?
Kaitannya… agak muter-muter sih penjelasan saya, cuma intinya gini… Saya merasa… apa ya… waktu salah 1 sahabat saya meninggal, padahal saya dan teman dia yang lain lebih dekat dengannya daripada keluarganya sendiri, sahabat kami sudah sering mengakui itu semasa hidupnya. Tapi di hari peringatan kematiannya, saya merasa… saya dan temannya hanya "butiran debu" yang numpang lewat saja, bahkan nama kami saja tidak diketahui kecuali oleh ibunya, itu pun juga ya tetap saja kami hanya diperlakukan seperti "teman biasa". Bukannya saya sakit hati karena diperlakukan begitu, tetapi saya malah memikirkan teman-teman dekat saya…
Misal suatu hari saya yang meninggal duluan, apakah sahabat dan teman-teman dekat saya, yang padahal bahkan bisa jadi saya anggap ikatan kami lebih dekat dan erat daripada saya dengan keluarga (keluarga besar sih) saya, akan diperlakukan seperti itu juga oleh masyarakat? Apa iya? Kalau iya… bukankah itu ironis?
Ya, miris aja gitu, entah kenapa saya malah jadi kasihan dengan teman-teman saya, tapi sialnya saya malah sadar juga saya kan juga udah mulai "ditinggal" oleh mereka karena tuntutan alur kehidupan ini. Makanya, ujung-ujungnya saya jadi berpikir… Setidaknya saya mau, kalau bisa, kalau nggak bisa ya nggak terlalu masalah juga sih, setidaknya ada 1 sahabat atau minimal teman dekat saya, yang bisa saya "ikat" menjadi keluarga sekalian. Jadinya kami tetap bisa terus bersahabat sampai terpisahkan oleh kematian, dalam kedok "keluarga". Hahaha. Dan… ketika saya/dia yang meninggal duluan, dia/saya tetap "dianggap" oleh masyarakat, karena… ya iya, kami kan keluarga. Dia pasti suami saya, atau saya istrinya, dan malah itu kan yang dianggap "paling berhak" untuk menangisi dan mengakui bahwa hubungan kami paling dekat dan paling istimewa di dunia ini (bahkan meski realitanya belum tentu selalu akan seperti itu sih wkwkwk), dan kami, saya atau dia, adalah sosok yang paling bersedih dan paling kehilangan saat ditinggal meninggal. Ya pokoknya… begitu deh.
Saya pengen aja, ada salah 1 sahabat saya yang bisa punya "posisi spesial" begitu, ketika saya meninggal duluan. Saya ingin ada "orang yang memang saya pilih dan saya akui sendiri" yang memang dianggap/diakui oleh masyarakat, bukan cuma orang-orang yang secara teknisnya saja diakui di masyarakat (misal keluarga karena satu ikatan darah/satu garis keturunan, padahal misalnya hubungan keluarga ternyata tidak seharmonis dan serukun itu, misal). Jadi makanya, saya merasa, saya ingin punya dan saya butuh 1 orang sahabat untuk "saya beri/wariskan posisi", anggap saja itu sebagai salah 1 wujud kemerdekaan saya/kebebasan memilih dalam hidup—selama masih hidup. Walaupun balik lagi, saya nggak akan "memaksakan keadaan" juga sih, kalau bisa ada temannya ya syukur, kalau nggak ada yaudah. Tetapi karena ditinggal pergi dan ditinggal meninggal sahabat-sahabat saya, makanya saya mendadak jadi berubah pikiran begitu, jadi terinspirasi. Hahaha. Bukan karena terlalu takut sepinya, lebih ke… pengen aja "punya kemerdekaan/kebebasan memilih seseorang, dan berhasil memilih serta mempertahankan apa yang dipilih, sampai di taraf bisa diakui dan dihargai juga oleh orang lain", sekaligus mau "memberikan penghargaan tertinggi dariku untuk seorang sahabatku dan sekaligus keluargaku yang paling spesial". 🤣🤣🤣

#nb: saya gak akan pernah mau pacaran sama orang yang saya anggap gak cocok temanannya dengan saya, hahaha. Jadi makanya di sini saya gak sebut pacar/kekasih sebagai calon suami, hahaha.