Selasa, 04 Agustus 2020

Midnight Poem part 3 (18)

Kala Kumenangisimu
-adoralic-

Makin kumati, aku makin tak mengerti
Ketika pikiranku tenang, hatiku yang berkecamuk
Giliran hatiku tenang, pikiranku yang berkecamuk
Pada akhirnya aku hanya bisa menangis jika sudah tak tahan

Katakan saja ini lemah
Atau apapun semacam itu
Aku yang menangisimu
Masih sering terisak-isak kala mengingatmu

Apa yaa... apa yaa...
Bahkan aku tak tahu apa yang kusayangkan dari semua ini
Tak paham
Bukankah hal seperti ini sangat wajar terjadi ya?

Bukankah ini klise?
Bukankah ini kisah mainstream?
Bukankah ini realistis?
Bukankah ini jika dipikirkan serius malah menguntungkan aku?

Aku tak paham, sungguh tak paham
Mengapa air mata ini masih mengalir dengan derasnya
Bahkan walau pikiranku telah berdamai dengan realita
Dan mulai membuat rencana baru

Yang tanpa kamu
Tiada kamunya
Apa karena ini ya aku merasa sakit?
Padahal bukankah bersama denganmu memang tak realistis ya?

Bahkan bukan aku yang bilang begitu, kamu yang bilang
Kamu jua yang memilih untuk tak bersamaku kan?
Mengapa aku yang sedih?
Mengapa aku yang sedih sampai sebegininya?

Sakit, sedih, bukan salah siapa-siapa namun menyakitkan
Padahal aku jarang betulan ingin bersama orang
Tapi aku ingin bersamamu, apalagi ini kamu
Orang yang dulu tak berani kuharapkan muncul, dan suatu hari malah muncul

Pada akhirnya aku tersadar
Memang aku mencintaimu sungguhan
Dan gara-gara perasaan inilah aku jadi sebegininya
Padamu, bahkan meski tak realistis sekalipun

Otakku berkata tidak bisa, ia mengakui kata-katamu
Kita memang tak realistis, aku makin paham
Namun hatiku berkata "masih ada asa walau hanya setitik"
Masih ada, selama kamu belum sah termiliki yang lain

Otakku bilang, mulai lah lembar yang baru
Dia yang melepasmu duluan
Sedangkan hatiku berkata, ingatlah, sesungguhnya dia tak ikhlas kehilanganmu
Sesungguhnya dia sama sepertimu

Lalu aku harus bagaimana?
Otakku tahu, namun hatiku tak tahu
Mungkin hanya bisa mengadu pada Tuhan ya?
Tuhan, aku harus bagaimana bila terlanjur mencintainya sebegini?

Tuhan, apakah ini cinta?
Atau hanya sekadar obsesiku semata?
Tuhan... berikan yang terbaik buat kami berdua, dan bantulah bagi kami untuk ikhlas pada apapun hasilnya
Terutama bila memang kami sesungguhnya merasakan rasa yang betulan sama

*4 Agustus 2020
Bercucuran air mata, aku kebingungan. Serius, aku bingung. Bertanya-tanya: "Kenapa aku masih memikirkan, bahkan mengharapkan orang yang sudah melepaskanku?"

Kalau dipikir-pikir, mungkin bahkan harusnya aku bersyukur dilepas olehmu, artinya kesempatanku, duniaku, masih luas, bebas, seperti mauku dulu.

Tapi... kalau harus kehilangan kamu... apalah arti kebebasan itu? Dan... kalau aku dapat kebebasan namun kehilanganmu padahal tak ingin, apakah itu adalah sebuah kebebasan?

Memang cinta tuh selalu begini ya :") aku cinta kamu, Master. :" masih, sayangku yang kuharap selamanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makasih buat semua yang udah sempat baca sampai akhir :D

Hmm... isi blog ini sebagian copas dan saya sertakan url, sebagian ada yang saya tulis sendiri. Pengennya sih, kalo misalnya ada yang copas dari sini, url saya disertakan juga :v wkwk

Silakan berkomentar. Oiya, jangan lupa ya, sopan-santun dan saling menghargai itu penting bagi manusia :)