Yak, hello blog & readers.
Setelah merepost & mempost tugas yg diwajibkan, karena sinyal yg sedang kurang bersahabat, saya yg tadinya online via laptop terpaksa harus berpindah via smartphone. Yaaa tapi gapapalah.
Saya anggap saja sekarang waktunya saya beristirahat sejenak dari pengerjaan tugas softskill (yg udah mepet deadline) jadi saya mau curhat-curhat dikit soal pengalaman saya. Menurut saya pengalaman saya cukup penting untuk saya share disini (menurut saya ya, gatau menurut kalian wkwk).
*****
Ini pengalamanku di suatu siang, di Bulan Ramadhan.
Ketika Ramadhan, bukankah rasanya lebih cepat lelah daripada biasanya? Ditambah jam tidur yang agak berubah, menjadi bangun lebih awal dan tidur lebih malam (saya sih gitu) terkadang membuat lebih cepat mengantuk saat sedang beraktivitas dibanding hari-hari biasa.
Waktu itu, kelasku pulang cepat. Dan aku amat sangat senang sekali dengan hal tersebut (ceritanya senengnya kebangetan sampe kalimatnya nggak efektif gitu). Aku sudah merencanakan akan langsung pulang dan....... tidur siang. Karena aku amat sangat mengantuk di kelas tadi. Aku yang biasanya selalu tahu dan ingat apa-apa saja yang diucapkan pengajar, tadi tidak tahu apa-apa sama sekali. Yang kupikirkan tadi hanya 1 hal saja, kasur kesayanganku :* (i love you my bed)
Ketika sudah waktunya pulang, inginnya sih aku langsung ngeloyor pulang saja. Namun aku agak tidak enak dengan teman-temanku. Dan si*lnya, entah kenapa rasanya teman-temanku itu bersemangat semua -_- aku jadi takut diajak pergi main/jalan2 dsb dengan mata yang sudah 5 watt & tubuh yang sudah seperti dirayapi ini (maksudnya kayak kayu kena rayap gitu, dari luar sih keliatannya masih kokoh tapi dalamnya sudah rapuh, nggak bisa diharapkan).
Untungnyaaa..... oke kuceritakan dulu, temanku itu ada 4, bersamaku jadi ber5. Nah untungnya, temanku yang 3 itu ada urusan ber3, jadi pasti hari itu mereka tidak akan mengajak main :D jadi tinggal aku dan seorang lagi temanku yang tidak ada kegiatan wajib kala itu.
Kami pun berpisah di koridor karena 3 orang temanku itu buru-buru. Aku yang sudah merasa tidak dikejar oleh apa-apa lagi akhirnya malah santai. Kuputuskan untuk mengantar temanku yang seorang itu sampai ke gerbang terlebih dahulu, baru kemudian aku masuk kembali untuk mengambil motorku dan, pulang! Toh aku sudah bebas, tidak akan ada lagi yang menggangguku pulang setelah ini, semua potensi hambatan sudah beres, tinggal 1 ini saja lalu, selesai! Hehehe *mau tidur siang aja lebay banget yak?*
Namun, setelah kepergian ketiga temanku, si temanku yang satu lagi ini, sebut saja namanya Mawar *jiaaahh* entah mengapa terlihat seperti tidak ingin pulang. Nah lho ._. Aku yang melihat gelagatnya ini langsung bertanya sambil pura-pura santai (padahal dalam hati gregetan).
"Mawar, kenapa, bingung ya mau ngapain abis ini? Belum mau pulang ya?"
Mawar menjawab (ini kenapa nama samarannya jadi betulan mawar? Ah bodoamat :v ): "Iya nih, Al, belum mau pulang, nanggung soalnya baru jam segini."
**Gue dalem hati: "Wahiya bener perkiraan gue, haduuuuu...."**
Tetapi entah mengapa, perasaan kantukku berangsur lenyap sedikit demi sedikit. Dan entah mengapa pula, tiba-tiba aku juga jadi merasa sedikit sayang jika langsung pulang saat itu juga. Belum juga dzuhur.
Kemudian aku berkata padanya, "Hmm... iya nih nanggung juga ya baru jam segini, kepagian juga kalo pulang. Tapi enaknya ngapain ya? Kemana ya? Hmm...."
Mawar: "Emang Al nggak mau pulang sekarang?"
**Gue (dalem hati lagi): "Hmm... pengen pulang sekarang nggak ya? Pulang nggak ya? Masih ngantuk sih tapi males pulang juga, gimana dong? Apa harusnya tadi nggotong kasur dari rumah ya buat dibawa kesini?"
Aku pun menjawab: "Sebenernya sih rada ngantuk (padahal mah ngantuk beuuddd tadinya, ya, tadinya) tapi nanggung juga kalo pulang jam segini, entar aja deh pulangnya." (Naaaahhh itu rada aneh deh, kenapa tau-tau gue ngomong gitu)
Dan akhirnya aku pun tidak jadi pulang. Kuputuskan untuk mengobrol dengan temanku yang satu ini saja, Si Mawar (bukan nama sebenarnya :v ). Kuakui, diantara seluruh temanku yang kusebut ada 4 tadi, aku paling suka si Mawar ini sih. Makanya aku senang jika ada saat-saat berdua semacam ini, aku jadi bisa fokus mengobrol dengannya (biasanya rebutan sama yg lain :'v ).
Kemudian, kami pun mencari tempat duduk, lalu mulai mengobrol. Tiba-tiba di tengah obrolan:
Mawar: "Eh, tunggu deh, Al."
Gue: "Kenapa, war?"
**gue dalem hati: "lah kita kan lagi duduk, ngapain minta ditungguin? Emang lagi lomba gerak jalan? Wkwk"
Mawar: "Kayaknya aku de javu."
Gue: "Haa? De javu? Serius?"
Mawar: "Iya, bener. Ini tempatnya sama persis, omongan kita tadi juga sama persis!"
Gue: "Hoooouuu....."
Itu sebenarnya aku.... (aku atau gue sih? Whatever lah~ saya aja dah ). Itu sebenarnya saya sedang terkesima.
What?? Terkesima??
Iya, terkesima. Mengapa saya terkesima?
De javu itu setahu saya (dan yang pernah saya alami juga sih) adalah keadaan dimana kita merasa sudah pernah mengalami suatu peristiwa, jadi seperti ada peristiwa yang terulang kembali. Kadang ada orang yang merasa (misalnya saya) bahwa dia sudah memimpikan suatu peristiwa, dan peristiwa tersebut betul-betul terjadi dalam kenyataan beberapa waktu setelah dia bermimpi itu. Ada juga sih yang merasanya bukan mimpi, tetapi memang dia mendapat pengalaman langsung. Yang jelas de javu itu rasanya seperti merasakan suatu peristiwa yang sama persis yang sudah terjadi sebelumnya.
Ada yang percaya bahwa de javu itu adalah pertanda tentang masa depan. Saya cukup percaya ini sih, saya anggap de javu itu bagian dari takdir.
De javu yang saya alami nggak penting-penting amat sih, seperti yang dialami teman saya, menurut saya itu nggak terlalu penting, untuk sejarah dunia misalnya, itu hal yang amat sangat remeh sekali. Dua orang mengobrol setelah selesai kelas, hampir semua orang di dunia bisa dan pernah melakukannya.
Namun, yang membuat saya terkesima adalah, bagaimana skenario Tuhan terjadi sedemikian rupa.
De javu yang terjadi tadi adalah antara Mawar dan saya. Peristiwanya adalah mengobrol sepulang kelas di teras gedung.
Dalam de javu tersebut, ada saya. Saya, orang yang pada awalnya sangat ingin sekali pulang ke rumah secepat mungkin untuk tidur siang, mengapa malah tidak jadi pulang dan malah mengobrol dengan teman saya? Mengapa de javu teman saya menjadi kenyataan? Atau mengapa ada saya di dalam de javu tersebut?
Karena hal di atas, makanya saya percaya de javu itu bagian dari takdir dan saya merasa terkesima. Saya terkesima dengan takdir Tuhan yang akan tetap terjadi jika telah ditetapkan oleh-Nya. Mau bagaimana pun keadaan pelakonnya, takdir itu akan tetap terjadi (kalo dalam Islam yang saya maksud adalah takdir yang tidak bisa diubah ya). Dalam sekejap saja, Tuhan bisa mengubah keadaan dan hati seseorang. (misalnya seperti saya yang awalnya sangat mengantuk dan ngebet pulang, tiba-tiba malah jadi mengobrol dengan teman saya, entah kemana ngantuk itu pergi).
Subhanallah. Luar Biasa. Maha Hebat Allah. Allah Maha Segalanya. (Saya pemeluk Islam)
****
Yak, jadi begitulah curcolan saya kali ini. Sungguh saya merasa sangat kagum dengan kehebatan Tuhan. Percayalah, Tuhan itu ada, dan ada takdir yang tak bisa diubah. Takdir itu pasti akan terjadi. Pasti dia akan tiba, suatu saat nanti, pada waktu yang telah ditentukan, waktu yang telah ditakdirkan.
Sekian dari saya, sampai jumpa di post selanjutnya, dadah~
*btw itu akhirnya saya sama teman saya sampai jam setengah 3 sore wkwkwk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Makasih buat semua yang udah sempat baca sampai akhir :D
Hmm... isi blog ini sebagian copas dan saya sertakan url, sebagian ada yang saya tulis sendiri. Pengennya sih, kalo misalnya ada yang copas dari sini, url saya disertakan juga :v wkwk
Silakan berkomentar. Oiya, jangan lupa ya, sopan-santun dan saling menghargai itu penting bagi manusia :)