Jumat, 27 September 2019

Midnight Poem (15)

Masih Sama
Oleh: adoralic

Masih sama
Linu
Atau ngilu
Apapun namanya

Linu rasanya
Nyeri, menyakitkan
Tiap berhubungan denganmu
Membuatku takut

Masih sama
Aku memilih menghindar
Agar tidak sakit lagi
Agar tidak takut lagi

Aku harus apa sebenarnya?
Hanya itu yang bisa kulakukan?
Habis mau apa lagi?
Menghadapi realita?

Kalau menghadapi realita itu artinya membuangmu seutuhnya, pikirku tidak mau
Kalau menghadapi realita itu artinya menerima kenyataan seutuhnya, hatiku yang tak mau
Belum ada jalan tengah
Belum tertemukan

Padahal aku lelah
Mungkin hilang ditelan bumi yang terbaik
Padahal aku sudah dewasa
Dan (harusnya) pantang menyerah mencari solusi

*27 September 2019
Main, mencoba mencari pengalihan, tapi masih nggak fokus. (:
Kenapa ya? Dan sampai kapan rasanya bakal begini? Sumpah, sakit. (:

Kamis, 26 September 2019

Sesuatu yang Tak Kasat Mata

Di dunia ini, apa-apa serba nyata. Apa-apa serba harus terlihat dan dibuktikan. Apa-apa juga serba harus ditaklukkan.

Tapi, wahai sayangku, tidak berarti yang tidak kelihatan itu tidak ada. Dan tidak semua hal harus dibuktikan padamu, pada kalian. :)

Masalah adalah salah satunya, dan soal ini aku lemah. Masalahku payah, dan aku lebih payah karena gara-gara ini aku melemah.

Tapi tahukah kalian, sayang, apa tepatnya yang kurasakan? Tidak kan?

Mungkin masalah yang sama bagimu hanya membuatmu serasa digigit nyamuk. Namun buatku, rasanya seperti disayat paksa dengan pisau. Sakiiiitt dan membuatku terluka parah, berdarah.

Jadi... jika aku disayat namun tetap bertahan, aku kuat kan? Atau lemah, karena masa dengan masalah seperti itu saja merasa seperti disayat, bagaimana jika menghadapi masalah lain?

Ah, terserah deh. Tak peduli juga aku kuat atau lemah di hadapan kalian. Pokoknya, aku punya masalah, dan kalian juga pasti punya masalah. Dan mungkin yang aku harapkan adalah... jangan saling merendahkan masalah orang lain. :)

Oiya, satu lagi. Percayalah, punya masalah yang tidak kelihatan orang lain itu lebih berat rasanya. Atau punya masalah, tapi hidupmu dilapisi oleh kesempurnaan material duniawi. Pilihannya mungkin dua: mau cerita masalahmu dan di cap tak bersyukur, atau menelan semua sendiri dan selalu pura-pura baik-baik saja. :)

Mengapa begitu? Karena semua orang menganggap apa-apa itu harus terlihat, termasuk masalah. Yang tidak terlihat itu kurang penting. Itulah salah satu penyebab mengapa orang lebih menjaga kesehatan fisik daripada kesehatan mental. :)

Begitulah, makanya, jangan saling merendahkan masalah dengan orang lain, bahkan meski memang remeh sekalipun. :)

Apa kalian bangga punya banyak masalah, hingga memamerkannya di depan orang lain kala ia sedang bercerita soal masalahnya dan ingin didengar? Bangga ya hingga membandingkan masalah kalian dengan masalah orang itu?

Stupid sih, punya masalah kok bangga wkwkwk. Saya tertawa dalam hati jika ada orang yang begitu hahaha.

Orang lain ingin tidak punya masalah, atau menyembunyikan masalah, dia malah pamer hahaha.

Ah iya, jadi ingat juga. Kadang dalam permasalahan ada juga tipe manusia "air beriak tanda tak dalam" atau "tong kosong nyaring bunyinya". Walaupun tidak selalu sih. Masalah agak berbeda dengan persoalan biasa.

Dan kadang agak sedih jika orang yang masalahnya tidak kasat mata diperlakukan seperti orang yang tidak tahu apa-apa. Ketika ia mencoba membantu orang lain, ia akan dibilang: "Ah, lu tau apa sih? Emang lu tau apa yang gue rasain? Sok tau."

Padahal dia tahu heyyyyy... dia tahu! Walaupun tidak persis sama tapi dia tahu. Tidak akan dia sembarang komentar jika tidak tahu.

Hanya memang... masalahnya tidak kasat mata. Tapi lukanya nyata, menganga dibalik tutupannya :")

Dan dia diremehkan, dikira sok tau, mungkin diapun sudah terbiasa dibegitukan. :)

Ah sudahlah, cukup. Saya makin melantur tidak jelas. Hahaha. :)

Midnight Poem (14)

Ujian
Oleh: adoralic

Kau sebut ini ujian
Buatku
Agar aku melangkah maju
Dan semakin tinggi

Namun hingga kini
Meski banyak yang kudulang
Hikmah dan pemahaman
Misteri utama tetap tak terpecahkan

Mau sampai kapan?
Dan bagaimana cara melalui ujian ini dengan baik?
Atau mengakhirinya dengan baik
Hingga kini belum kutemukan jawabnya

Banyak hal telah kucoba untuk mengatasi
Namun gagal
Ujung-ujungnya aku tersungkur lagi
Dan berharap hilang di tengah debur ombak

*26 September 2019
Still crying in silent, maybe until I die. :")

Senin, 23 September 2019

Midnight Poem (13)

Debaran
Oleh: adoralic

Setelahmu sekelebat lalu
Ganti aku kini
Berpikir
Tinggal sedikit lagi

Apakah yang akan berlalu kelak
Ataukah yang tak berlalu
Akankah bersua pula
Atau cukup berbalas kabar

Berdebar
Segenggam jantungku
Pertanda kehidupanku
Namun kini lebih kencang

Debaran ini
Penuh ketidakpastian
Seperti masa depan
Yang menantang namun ambigu

*24 September 2019
Kamar krem. Di pojok ruangan, menanti datangnya pagi dengan pikiran melintas ruang dan waktu. Penasaran, sumpah. Mari lihat apa yang akan terjadi. :)

Minggu, 22 September 2019

Midnight Poem (12)

Mengapa Dirimu
Oleh: adoralic

Pikiran itu selalu ada
Pasti
Cogito ergo sum
Jika merujuk Descartes

Begitu pula aku
Berpikir, berencana
Mencoba
Sendiri

Untuk kemudian menebar pengaruh
Dan mengajak orang lain
Termasuk dirimu
Untuk menyetujui ideku

Namun
Mengapa dirimu
Tiba-tiba berpikir
Tidak seperti biasanya

Oh biasanya iya
Kamu berpikir
Tapi bukan berpikir begitu
Bukan yang seperti itu

Mengapa dirimu
Ingin membatalkannya kah?
Atau hanya menimbang-nimbang
Seperti biasa

Apapun, aku hanya mencoba aji mumpung

*23 September 2019
Hmm... kutunggu balasanmu.

Senin, 16 September 2019

Midnight Poem (11)

Tanpa Judul
Oleh: seseorang yang identitasnya dirahasiakan

Kelemahanku takkan pernah kuperlihatkan
Tanpa disadari hari itu aku berkembang
Pada setiap harinya
Kau menangis terlalu berlebihan
Seperti dugaanku, kelopak matamu sudah menurun
Pastikan kau tidak menjatuhkan harga diri dan lainnya
Buanglah keraguan dalam dirimu

***

Kenang-Kenangan Darimu
Oleh: adoralic

Tiap baitnya, masih kusimpan
Kuabadikan dalam tangkapan layar
Agar selalu bisa kukenang
Kala aku mau, kala aku butuh
Hingga kutak butuhkan lagi
Entah hingga kapan, itu tersimpan
Telah setahun berlalu
Tiap bait yang menyakitkan itu
Masih tersimpan utuh
Meski hatiku tak pernah utuh lagi
Terbawa sebagian olehmu

17 September 2019
Oh, dan ok, besok tanggal 18 September ya, sungguh sial wkwkwk. Besok adalah hari kala kau menuliskan bait-bait menyakitkan itu kan? :)

Minggu, 08 September 2019

Midnight Poem (10)

Hari Ini
Oleh: adoralic

Hari ini aku rapuh
Lelah
Namun
Harus jadi sandaran

Hari ini aku bohong
Lagi
Pura-pura kuat
Eh, bukan rupanya

Aku memang kuat
Namun sekuat-kuatnya
Sesekali butuh sandaran
Mungkin kamarku lah sang pahlawan tanpa tanda jasa itu

Hari ini aku menjadi sandaran
Sandaran sementara
Dari seseorang yang tak sepenuhnya bersandar padaku
Karena memiliki sandaran yang lain

Namun sama
Kami punya kesamaan nasib
Maka ia bisa bersandar padaku, sedikit
Setidaknya aku mengerti

Aku iri
Bukan karena ia mendua
Namun karena ia punya sandaran
Meski bukan aku

Aku, kemana?
Kemana aku selama ini?
Hanya menangis, sendirian
Bahkan dulu tak pernah menangis

Gersang hatiku
Hingga tak ada air mata
Semua tertahan
Tak pantas dikeluarkan

Dulu aku tak tahu
Bahwa air mata adalah kekuatan
Seseorang mengajariku itu, ironis
Padahal idealnya ia yang harusnya jadi sandaranku

Konyol
Ya, konyol
Memang konyol hidupku selama ini
Tapi aku sudah terbiasa

Hanya memang, gersang itu ada
Selalu ada, tersembunyi
Diciptakan dari kesepian yang mendalam
Yang berusaha dienyahkan

Tiba-tiba aku teringat dirimu
Rumahku
Aku tak menghubungimu
Namun mengingatmu saja, aku bisa tersenyum

Tiba-tiba semua kegelapan menghilang
Rasanya aku lebih baik
Hanya dengan mengingatmu
Cukup dengan mengingatmu

Ingin rasanya kapan-kapan kuceritakan ini
Ketika semua sudah berlalu
Sebab aku tak ingin berbagi kesedihan
Hanya ingin kamu bahagia

*Langit Kelam, 8 September 2019
Kekuatan "rumah". Terimakasih sudah hadir di hidupku. Bahkan meski tidak saling menyapa, mengingatmu saja sangat berguna. :)

Sabtu, 07 September 2019

Midnight Poem (9)

Kebetulan yang Memudahkan
Oleh: adoralic

Dan lagi-lagi kali ini
Yang dulu terulang kembali
Semua terjadi begitu saja
Bisa disebut kebetulan

Begitu mudahnya
Selalu ada kesempatan untuk menyatakan
Atau untuk mengetahui
Selalu

Bagai kebetulan
Yang memang betulan
Ketika aku butuh
Kesempatan itu sering muncul

Mudah
Memudahkan

Hingga daku berpikir
Memang suatu saat harus bersua
Dan takkan terlepas
Sejak dulu hingga nanti, ditakdirkan

Meski mungkin terubah wujudnya
Esensinya tetaplah sama
Takdirku denganmu
Diiringi yang memudahkan

Entah bagaimana dengan pikirmu

7 September 2019.
Kebetulan yang memudahkanku. Semoga yang nanti betulan terjadi. Kita berdua! Eh, kita bersua! Aamiin.

Jumat, 06 September 2019

Asal Usul Kelahiran Midnight Poem

Izinkan aku menceritakan, bagaimana awal mula Midnight Poem yang kutulis selama ini. XD

Awalnya, aku jatuh cinta betulan. Jatuh cinta betulan. Ingat, betulan. Wkwkwk *penegasan

Kenapa harus diberi penegasan?

Karena selama ini aku baperan parah. XD

Maksudnya, gampang suka gampang lupa pada lawan jenis wkwkwk.

Dan itoe boekan tjinta! Tjamkan itoe!

Menurutku, yang namanya cinta itu harus berawal dari hubungan dua arah yang mendalam. Setelah tahu banyak hal tentang si dia dan tetap suka, itu baru namanya jatuh cinta wkwkwk.

Dan aku... baru sekali jatuh cinta. Padamu, eh atau padanya? Sungguh terlalu. :)

Tapi ya gitu, kami sad ending sih. Menurutku ya, gatau kalau menurut dia/si kamu. XD

Dulu kami sangat dekat secara ajaib--padahal online doang, hingga sempat saling baper. Namun si kamu bilang: "Tydaaaackkkk aku tidak mau baper. Enyah, pergi jauh-jauh perasaan ini. Dan kamu, jadilah jahat, supaya aku tak menyukaimu lagi."

Aku: "O.. oke. Aku bisa mengerti. Tapi... aku tak mau jadi jahat. Dan... tenang saja, nanti juga perasaan itu akan hilang. Kan cuma baper."

Aku: "Lagipula, kenapa sih memangnya kalau kamu baper? Toh aku pun. Jadi kita sama saja, kenapa tak diteruskan saja jika memang perasaan itu tak kunjung hilang?"

Kamu: "Kamu... jauh. Aku benci jarak."

Aku: "O... oke. Aku paham. Tapi bisakah kita tetap berteman?"

Kamu: "Baiklah, tapi aku perlu menghilang biar rasa ini sirna."

Aku: "Baik, menghilanglah. Dan kembali lah ketika kamu sudah tidak kenapa-napa lagi." *padahal sedih karena akan ditinggalkan

Tapi, aku pun berniat menghilangkan kebaperanku padamu, menggunakan waktu jeda di antara kita.

Namun konyolnya, esoknya kamu sudah kembali.

Kamu: "Eh, aku sudah tidak ada rasa apa-apa. Rasaku sudah sirna."

Aku: "WHAAAAAT???"

Yaaaa.... bagus sih, kamu tak jadi menghilang. Tapi... kamu udah ga baper? Terus... aku gimana? Aku masih baper ini woooyyyy wkwkwk

Konyol. Banget. Sumpah.

Tahukah, semua drama itu terjadi hanya dalam waktu seminggu. Seminggu coyyyy! Wkwkwk.

Seminggu dia baper, dan... sudah.

Yaiyalah, namanya juga cuma baper.

Konyol kan? Padahal drama kami sebelumnya (aslinya) LEBAY BANGET.

Tapi, masih ada yang lebih konyol.

Aku jatuh cinta padanya, si kamu.

Sialnya lagi, he is my first love. T_T #ngenes

Omegat. Dia hanya baper seminggu, dan aku jatuh cinta padanya hingga setahun ke depannya? Eh, apa malah sampai sekarang ya? Entahlah. Aku gatau, gamau tau juga.

Because I feel "home" with him.

Jadi mau gimana kek hubungannya, selama masih bisa berhubungan, aku rapopo deh. Di rapopo-rapopoin wkwkwk. Yaaa minimal teman lah gitu wkwkwk. :v

Kasian banget sih diriku, hiks :") aku memang kurang beruntung soal cinta wkwkwk. Masa cinta pertama online? :")

Yaahh gitu intinya. Aku, menyedihkan.

Atau kocak? Karena daripada kisah cinta malah lebih mirip drama komedi woyyyyy wkwkwk.

Ah, sial!

Eh tapi kan:

Kau tidak akan pernah tahu akan jatuh cinta dengan siapa, kepada siapa perasaanmu akan jatuh. Yang bisa kau lakukan hanyalah menyikapinya.

Yaiya bener banget sih! Wkwkwk

Dan... aku menyikapinya sebagai teman.

Hingga sekarang, aku masih berteman dengannya, Alhamdulillah. Walau tidak seintens dulu sih. Dan diam-diam aku masih mencintainya, meski kepadanya mengaku sudah tidak wkwkwk.

Makanya Midnight Poem ini terlahir.

Lah, apa hubungannya??

Hubungannya adalah, kalau aku lagi galau-galaunya karena rasa cintaku yang membuncah, aku akan berpuisi.

Udah, gitu aja sih hubungannya, dan asal-usulku melahirkan Midnight Poem ini wkwkwk.

Dan entah kapan Midnight Poem ini akan berakhir wkwkwk. Sepertinya seru juga kalau masih lama. Sepertinya ini bisa menjadi catatan perjalanan cintaku wkwkwk.

Misalnya pun orangnya sudah berganti, misalnya, mungkin aku akan menambahkan part. Khusus untuk yang tidak ada tulisan partnya, anggap saja itu part 1. Dan itu adalah tentang My Lovely Twinflame, sayangku (saat ini). Namun misalkan nanti dia tergantikan oleh orang lain, aku akan membuat part 2, entah julukanku pada orang baru itu siapa. Misalkan si part 2 itu tergantikan lagi, berarti part 3, dan seterusnya.

Baiklah, sekian dariku. Terimakasih sudah meluangkan waktu membaca sampai sini. :)

Midnight Poem (8)

Kukira T'lah Berhenti
Oleh: adoralic

Kukira t'lah berhenti
Takkan sama lagi
Semua yang kita lalui
Kini tiada berarti

Kukira t'lah berhenti
Kisah ini
Dan puisi ini
Hingga di angka tujuh, kemarin

Rupanya masih ada
Pertemanan ini
Dan rasa sayang ini
Dalam wujud yang lain

Aku ingin menuliskan
Puisi selanjutnya
Dan kisahku dengan kamu
Dalam wujud yang berbeda

Kamu, terimakasih
Hadirmu hari ini, sungguh berarti
Saat kau ingin terpejam, namun menyempatkan
Membuka mata, dan tangan bagiku

Hari ini, aku kesepian
Mencari teman, namun tak dapat
Mencari hiburan, dapatnya sesak
Untung kamu muncul, memang kamu

Bersamamu, aku selalu merasa
Pulang ke rumah, tempat yang aman
Bahkan meski hanya begitu saja
Namun hadirmu, selalu bermakna bagiku

Terimakasih t'lah berusaha ada
Kuharap 'kan selalu ada
Aku pun jua bagimu
Ingin berusaha jadi teman setia

Meski bukan cinta yang itu
Namun cinta yang ini
Kasih sayang persahabatan
Kuharap betulan mewujud

*6 September 2019
Sumpah, makasih banyak Ferguso! I love you, walau mungkin kini dalam bentuk yang lain. Cinta itu banyak, termasuk cinta pada sahabat. Love you pokoknya <3