Sabtu, 25 Juli 2020
Bagian dari Midnight Poem part 3: mewakili
Kamis, 23 Juli 2020
A Sad Dream
Mimpi terbaru saya yang bikin saya sampai menangis parah (di dalam mimpi) adalah… mimpi random, ketika saya tahu-tahu ikut suatu kegiatan kursus dan malah mendapatkan geng baru. Geng saya beranggotakan 5 orang, 3 orang gadis cantik, baik hati, sukses, dan kaya raya sejak lahir. Sedangkan saya dan 1 teman lainnya tergolong biasa saja dibanding mereka. Malahan teman yang 1 ini masih di bawah saya, akibatnya dia sampai minder bergaul dengan kami ber 4 ._.
Ironisnya, 3 bidadari cantik teman kami kan innocent ya, saking innocentnya, mereka tidak paham "sudut pandang orang di luar mereka". Maksudnya… karena kebetulan mereka ber 3 klop dan datang dari latar belakang yang 11–12, makanya mereka pikir semua orang hidupnya seperti mereka. Mungkin bagi mereka, masyarakat jelata itu hanya ada dalam dongeng, maksudnya mereka tidak akan sampai kenal dengan masyarakat jelata.
Saya pribadi, kalau dari latar belakang keluarga, tidak termasuk datang dari golongan bawah. Namun karena memang posisi saya di tengah ya, dan memang sudah terbiasa melihat perbedaan berbagai kelas sosial ekonomi, saya malah jadi paham sudut pandang semua pihak. Saya paham kepolosan dan kenaifan 3 bidadari cantik yang kaya raya itu, dan saya sayang mereka juga, karena biar bagaimanapun, di mimpi tersebut, mereka adalah teman dekat saya. Tapi di sisi lain, saya sayang juga sekaligus sedih melihat teman saya yang satunya lagi, yang berusaha menyembunyikan kekurangmampuannya. Bukan, dia bukan menyembunyikan statusnya biar bisa bergaul bareng orang kaya, bukan! Teman kurang mampu saya ini juga orang baik kok (dalam mimpi saya, karena aslinya, di dunia nyata, saya nggak tahu apalagi kenal, siapa saja sih perempuan-perempuan ini, kok bisa jadi teman se geng saya, itu gimana ceritanya coba?)
Sebenarnya, si teman yang kurang mampu ini dari awal sudah berusaha menjauhi 3 bidadari kaya yang baik hati tersebut. Namun, saking tulus dan naifnya mereka ber 3, mereka selalu datang ke teman saya ini. Tentu saja si teman saya yang kurang mampu itu jadi nggak enakan, dan luluh juga, soalnya mereka memang baik. Sebenarnya baik semua, tapi memang si kurang mampu ini tidak bisa terbuka ke para gadis naif tersebut, takutnya ia malah dikasihani. Tapi di sisi lain, dia sayang juga dengan teman-teman segengnya, cuma kalau main bareng terus… nggak kuat.
Haduh, intinya saya paham betapa terjepitnya si teman kurang mampu saya itu :" sumpah, pasti nggak enak banget. Tapi saya di mimpi tersebut juga bingung mau melakukan apa ._.
Akhirnya sih, tiap teman kurang mampu saya sudah terlanjur "kabur" dari ajakan hangout, saya yang bakal carikan "alasan" kenapa dia pergi. Nggak bermaksud membohongi, karena saya yakin suatu saat saya akan memberitahu 3 orang tersebut, hanya saja memang belum menemukan momen yang pas. Selain itu… tentunya saya juga harus tanya pendapat teman kurang mampu saya itu dulu lah, apakah dia mengizinkan kalau kenyataan hidupnya itu saya jelaskan ke para bidadari atau tidak?
Pokoknya, selama belum ada momen, saya masih berusaha supaya semua pihak "baik-baik saja".
Hingga suatu hari, terjadilah sesuatu yang membongkar semuanya…
Jadi, entah bagaimana ceritanya, kami ber 5 + omnya salah satu teman saya bekerjasama membuat proyek untuk membantu anak-anak yatim piatu di beberapa daerah di Indonesia. Lalu, kami berkumpul untuk bercengkerama ringan sambil sekalian membahas proyek kami.
Tiba-tiba salah satu bidadari menceritakan pengalamannya berurusan dengan anak yatim piatu. Disusul oleh yang lain, termasuk si Om, dan mau nggak mau saya juga cerita sedikit pengalaman saya. Tapi si teman kurang mampu itu masih diam saja, belum kebagian bercerita.
Lalu, salah seorang bidadari berceletuk: "Wah, nggak nyangka ya kita semua ternyata memang dihubungkan dengan anak yatim piatu. Dari dulu kita sudah berurusan dengan anak yatim piatu!"
Dan… jujur, disitu saya merasa sedikit aneh dan nggak enak, karena walaupun maksudnya baik, tapi saya merasa celetukan sang bidadari agak gimanaaaa gitu. Macam kurang berempati dengan keadaan anak yatim piatu (karena terlalu excited) atau memang saya saja sih yang terlalu baperan, yang begitu saja bikin saya nggak terlalu nyaman.
Tiba-tiba teman kurang mampu saya berkata…
"Iya ya, kita semua memang dihubungkan dengan anak yatim piatu. Kamu, begini begitu blablabla… Kamu, blablabla… Kamu, begini gitu blablabla… Om, begitu blablabla… Frida, blablabla… dan saya… anak yatim piatunya."
Langsung lah kami semua shock, walau khusus saya, saya shock karena sebab yang lain. Akhirnyaaaa… anak ini jujur juga… ._.
Lalu tahu-tahu teman saya itu curhat, panjang, lebar, tak berhenti-berhenti, dan saya yang duduk di sebelahnya cuma bisa memeluk dia sambil menangis saja. Tangisan yang… betulan parah.
Karena saya berusaha membayangkan bagaimana susahnya ia menjebol "pertahanannya" hingga bisa jujur kepada kami semua saat itu, jujur pada sahabatnya. Bagaimana tertekan sekaligus sayang ia pada sahabatnya, bagaimana ia sebetulnya cuma tidak ingin dikasihani walau semenyedihkan apapun kisah hidupnya selama ini, dan sebagainya. Saya sampai tak bisa berkata-kata dan yaa… menangis saja.
Betulan, sambil hanya memeluk dia saja, saya ikut menangis. Kalau mau dibilang tangisan yang tulus, mungkin itu bisa dibilang termasuk tangisan tertulus saya untuk orang lain, setelah sekian lama.
Lama ia bercerita, panjang lebar, sambil menangis, hanya terus saya peluk sambil bercucuran air mata, dan hati saya ikut menangis. Hingga ia selesai bercerita dan bertanya pada saya…
"Kamu ngapain nangis? Nggak usah nangis. Kamu kasihan sama aku?"
Saya: "Bukan, aku saking nggak tahunya mau bilang apa, aku cuma bisa nangis aja buat kamu. Kalau kamu butuh teman nangis bareng, ayo kita nangis bareng. Gapapa, nangis aja, aku juga nangis kok."
Akhirnya ia ikutan menangis bersama saya, dalam pelukan saya.
T_T sumpah… itu mimpi terbaper saya sejauh ini + paling baru pula. Masih saya ingat, bangun tidur, mata saya nggak basah sih, tapi saya tahu benar hati saya habis menangis.
Mengapa saya mimpi itu, sampai sekarang saya juga belum tahu alasannya. :"
Senin, 20 Juli 2020
Bagian dari Midnight Poem part 3: Surat untuk pasangan di masa depan
Sesungguhnya (setidaknya) untuk saat ini saya berharap, bahkan mungkin sangat berharap, bahkan misal dianya tak berharap sedalam harapan saya sekalipun, pasangan saya saat ini yang akan jadi pasangan saya di masa depan, dan seterusnya. Sampai maut memisahkan kami, bahkan sampai di surga. Aamiin yaa rabbal aalamiin.
Jadi, anggap saja surat ini buat dia. Kalau bukan dia… belum terbayang sih.
Hai sayangku,
Sudah pernah kubilang kan, kita akan menjadi. Sudah kubilang, apa yang pernah kuangankan akan jadi milikku. Sudah kubilang kita ini ajaib. Berawal dari keajaiban, tentu harus diakhiri dengan keajaiban pula. Dan bisa bersatu denganmu, pada akhirnya adalah salah satu keajaiban di antara sekian keajaiban yang meliputi kita.
Segala lelah, sedih, risau dan kebingungan kita yang dulu, akhirnya terbayar. Tak sia-sia segala hal tidak menyenangkan yang telah kita lalui, akhirnya berbuah manis.
Berat, memang berat. Jalan kita tak mulus, bahkan seolah tak realistis. Adaaaaa saja rintangannya. Namun, ada pula keajaiban yang selalu menyertai, hingga kita mampu melalui.
Aku termasuk orang yang percaya pada keajaiban, mungkin karena aku sendiri adalah orang yang "ajaib". Dan ajaibnya, aku mencintaimu. Lebih ajaib lagi karena kamu merasakan yang tak jauh beda.
Semoga, ketika bersama denganmu, aku selalu bisa menjadi keajaiban bagimu, sebagaimana artimu untukku. Menjadi salah satu alasanmu tetap bisa tersenyum di dunia ini, kalau perlu jadi alasan utamamu. Sekaligus penghapus lukamu, atau pelipur laramu, jika ada.
Aku sayang kamu, selalu. Dan semoga… keajaiban ini selalu bertahan di antara kita, agar kita tetap terus bersama. :)
With Love,
Sayangmu, walau tak pernah kau panggil demikian.
Berangan-angan saja dulu. Tapi semoga saja betulan kesampaian. Aamiin yaa rabbal aalamiin.
Still praying and waiting seriously for miracle.
20/07/20
I Love you… My Master. ♡
Sabtu, 18 Juli 2020
Bagian dari Midnight Poem another side: Home Sweet Home
Anggap, lukisan ini mirip denganmu dalam "pandanganku" selama ini. :) sebuah rumah yang terlihat sejuk, asri, menenangkan, pokoknya sangat mengundangku untuk merasa "ingin pulang". Sangat sangat ingin "pulang" kepadamu. :)
Midnight Poem part 3 (17)
Rabu, 15 Juli 2020
Bagian dari Midnight Poem: Mimpi (2)
Midnight Poem part 3 (16)
Rabu, 08 Juli 2020
Midnight Poem another side (9)
Senin, 06 Juli 2020
Hati yang Compang-Camping
Kamis, 02 Juli 2020
Bagian dari Midnight Poem another side: why must you?
Bagaimana jika salah satu sosokmu "rusak", apakah semuanya akan "rusak" ?
Jujur, aku melihatmu selama ini dalam dua sosok, sebagai kekasihku dan seorang yang kukagumi, idolaku.
Sejak awal aku takut, takut jika suatu saat sisi fans itu nanti rusak, terlukai, berubah jika kita sekaligus menjalin hubungan personal. Sayangnya, semua terlanjur terjadi.
Seandainya saja aku menyukai seseorang yang hanya bisa kulihat dalam 1 sosok, mungkin takkan serumit ini.
Terkadang aku merasa dipermainkan oleh kehidupan. Bahkan aku punya kesenangan yaitu memiliki seorang idola saja, lagi-lagi kesenangan itu diberikan ujian ya? Apa tak bisa dibiarkan saja itu idolaku tetaplah menjadi idolaku saja? Mengapa takdir malah menyodorkannya padaku?
Dan sekarang, misal ingin kembali seperti mulanya, semua telah terlambat. Keadaan telah terlanjur menjadi begini... jika saat ini aku hanya menginginkan sosok idolaku saja, berarti... bagaimana dengan sosok kekasihku? Bukankah artinya dia harus menghilang? :"
Aku tak mau kehilangan kekasihku, namun tak jua ingin kehilangan idolaku, apalagi suatu saat kehilangan keduanya sekaligus.
T_T
Memang, setelah bersamamu, rasa senangku bertambah berkali lipat. Namun sekaligus rasa sedihku misal ternyata berakhir buruk akan berlipat pula kan? :")
Aku tak ingin kehilangan sampai keduanya. Seburuk-buruknya, jika misal menghilang, semoga yang menghilang hanya satu saja. :")
HAHAHAHAHAHA #menggila