Sabtu, 25 Juli 2020

Bagian dari Midnight Poem part 3: mewakili

Dear My Master,

Yang masih kucintai
Yang tiap baru bangun tidur masih menjadi orang pertama yang terlintas dalam benakku
Yang dengan anehnya bisa membuatku kangen
Yang masih kuharapkan bisa menjadi "sayangku" untuk selamanya
Bahkan meski kau tak mau, ku masih berharap, dan berdoa
Semoga akhirnya kita bersama, kau takkan pergi dariku
Sebagaimana aku tak ingin pergi darimu
Kita bersama, bersatu, menjalani kehidupan ke depan berdampingan, hingga menua bersama

Ah, iya... kutemukan ini, kata-kata yang sangat mewakili harapku...


Semoga, ketika pikiran telah berkelana dan berangan-angan
Ketika kata-kata telah banyak terukir 'tuk menjabarkan angan
Dan doa pun telah dilangitkan
Semua kata, doa, dan harap yang telah keluar itu akan mewujud menjadi nyata
Aamiin yaa rabbal aalamiin
Tuhan, tolong kabulkan pintaku ini, jika memang itu yang terbaik bagi semua pihak

*26 Juli 2020
Aku, yang mencintaimu lewat jalur keajaiban.

Kamis, 23 Juli 2020

A Sad Dream

Mimpi terbaru saya yang bikin saya sampai menangis parah (di dalam mimpi) adalah… mimpi random, ketika saya tahu-tahu ikut suatu kegiatan kursus dan malah mendapatkan geng baru. Geng saya beranggotakan 5 orang, 3 orang gadis cantik, baik hati, sukses, dan kaya raya sejak lahir. Sedangkan saya dan 1 teman lainnya tergolong biasa saja dibanding mereka. Malahan teman yang 1 ini masih di bawah saya, akibatnya dia sampai minder bergaul dengan kami ber 4 ._.

Ironisnya, 3 bidadari cantik teman kami kan innocent ya, saking innocentnya, mereka tidak paham "sudut pandang orang di luar mereka". Maksudnya… karena kebetulan mereka ber 3 klop dan datang dari latar belakang yang 11–12, makanya mereka pikir semua orang hidupnya seperti mereka. Mungkin bagi mereka, masyarakat jelata itu hanya ada dalam dongeng, maksudnya mereka tidak akan sampai kenal dengan masyarakat jelata.

Saya pribadi, kalau dari latar belakang keluarga, tidak termasuk datang dari golongan bawah. Namun karena memang posisi saya di tengah ya, dan memang sudah terbiasa melihat perbedaan berbagai kelas sosial ekonomi, saya malah jadi paham sudut pandang semua pihak. Saya paham kepolosan dan kenaifan 3 bidadari cantik yang kaya raya itu, dan saya sayang mereka juga, karena biar bagaimanapun, di mimpi tersebut, mereka adalah teman dekat saya. Tapi di sisi lain, saya sayang juga sekaligus sedih melihat teman saya yang satunya lagi, yang berusaha menyembunyikan kekurangmampuannya. Bukan, dia bukan menyembunyikan statusnya biar bisa bergaul bareng orang kaya, bukan! Teman kurang mampu saya ini juga orang baik kok (dalam mimpi saya, karena aslinya, di dunia nyata, saya nggak tahu apalagi kenal, siapa saja sih perempuan-perempuan ini, kok bisa jadi teman se geng saya, itu gimana ceritanya coba?)

Sebenarnya, si teman yang kurang mampu ini dari awal sudah berusaha menjauhi 3 bidadari kaya yang baik hati tersebut. Namun, saking tulus dan naifnya mereka ber 3, mereka selalu datang ke teman saya ini. Tentu saja si teman saya yang kurang mampu itu jadi nggak enakan, dan luluh juga, soalnya mereka memang baik. Sebenarnya baik semua, tapi memang si kurang mampu ini tidak bisa terbuka ke para gadis naif tersebut, takutnya ia malah dikasihani. Tapi di sisi lain, dia sayang juga dengan teman-teman segengnya, cuma kalau main bareng terus… nggak kuat.

Haduh, intinya saya paham betapa terjepitnya si teman kurang mampu saya itu :" sumpah, pasti nggak enak banget. Tapi saya di mimpi tersebut juga bingung mau melakukan apa ._.

Akhirnya sih, tiap teman kurang mampu saya sudah terlanjur "kabur" dari ajakan hangout, saya yang bakal carikan "alasan" kenapa dia pergi. Nggak bermaksud membohongi, karena saya yakin suatu saat saya akan memberitahu 3 orang tersebut, hanya saja memang belum menemukan momen yang pas. Selain itu… tentunya saya juga harus tanya pendapat teman kurang mampu saya itu dulu lah, apakah dia mengizinkan kalau kenyataan hidupnya itu saya jelaskan ke para bidadari atau tidak?

Pokoknya, selama belum ada momen, saya masih berusaha supaya semua pihak "baik-baik saja".

Hingga suatu hari, terjadilah sesuatu yang membongkar semuanya…

Jadi, entah bagaimana ceritanya, kami ber 5 + omnya salah satu teman saya bekerjasama membuat proyek untuk membantu anak-anak yatim piatu di beberapa daerah di Indonesia. Lalu, kami berkumpul untuk bercengkerama ringan sambil sekalian membahas proyek kami.

Tiba-tiba salah satu bidadari menceritakan pengalamannya berurusan dengan anak yatim piatu. Disusul oleh yang lain, termasuk si Om, dan mau nggak mau saya juga cerita sedikit pengalaman saya. Tapi si teman kurang mampu itu masih diam saja, belum kebagian bercerita.

Lalu, salah seorang bidadari berceletuk: "Wah, nggak nyangka ya kita semua ternyata memang dihubungkan dengan anak yatim piatu. Dari dulu kita sudah berurusan dengan anak yatim piatu!"

Dan… jujur, disitu saya merasa sedikit aneh dan nggak enak, karena walaupun maksudnya baik, tapi saya merasa celetukan sang bidadari agak gimanaaaa gitu. Macam kurang berempati dengan keadaan anak yatim piatu (karena terlalu excited) atau memang saya saja sih yang terlalu baperan, yang begitu saja bikin saya nggak terlalu nyaman.

Tiba-tiba teman kurang mampu saya berkata…

"Iya ya, kita semua memang dihubungkan dengan anak yatim piatu. Kamu, begini begitu blablabla… Kamu, blablabla… Kamu, begini gitu blablabla… Om, begitu blablabla… Frida, blablabla… dan saya… anak yatim piatunya."

Langsung lah kami semua shock, walau khusus saya, saya shock karena sebab yang lain. Akhirnyaaaa… anak ini jujur juga… ._.

Lalu tahu-tahu teman saya itu curhat, panjang, lebar, tak berhenti-berhenti, dan saya yang duduk di sebelahnya cuma bisa memeluk dia sambil menangis saja. Tangisan yang… betulan parah.

Karena saya berusaha membayangkan bagaimana susahnya ia menjebol "pertahanannya" hingga bisa jujur kepada kami semua saat itu, jujur pada sahabatnya. Bagaimana tertekan sekaligus sayang ia pada sahabatnya, bagaimana ia sebetulnya cuma tidak ingin dikasihani walau semenyedihkan apapun kisah hidupnya selama ini, dan sebagainya. Saya sampai tak bisa berkata-kata dan yaa… menangis saja.

Betulan, sambil hanya memeluk dia saja, saya ikut menangis. Kalau mau dibilang tangisan yang tulus, mungkin itu bisa dibilang termasuk tangisan tertulus saya untuk orang lain, setelah sekian lama.

Lama ia bercerita, panjang lebar, sambil menangis, hanya terus saya peluk sambil bercucuran air mata, dan hati saya ikut menangis. Hingga ia selesai bercerita dan bertanya pada saya…

"Kamu ngapain nangis? Nggak usah nangis. Kamu kasihan sama aku?"

Saya: "Bukan, aku saking nggak tahunya mau bilang apa, aku cuma bisa nangis aja buat kamu. Kalau kamu butuh teman nangis bareng, ayo kita nangis bareng. Gapapa, nangis aja, aku juga nangis kok."

Akhirnya ia ikutan menangis bersama saya, dalam pelukan saya.

T_T sumpah… itu mimpi terbaper saya sejauh ini + paling baru pula. Masih saya ingat, bangun tidur, mata saya nggak basah sih, tapi saya tahu benar hati saya habis menangis.

Mengapa saya mimpi itu, sampai sekarang saya juga belum tahu alasannya. :"

Senin, 20 Juli 2020

Bagian dari Midnight Poem part 3: Surat untuk pasangan di masa depan

Sesungguhnya (setidaknya) untuk saat ini saya berharap, bahkan mungkin sangat berharap, bahkan misal dianya tak berharap sedalam harapan saya sekalipun, pasangan saya saat ini yang akan jadi pasangan saya di masa depan, dan seterusnya. Sampai maut memisahkan kami, bahkan sampai di surga. Aamiin yaa rabbal aalamiin.

Jadi, anggap saja surat ini buat dia. Kalau bukan dia… belum terbayang sih.


Hai sayangku,

Sudah pernah kubilang kan, kita akan menjadi. Sudah kubilang, apa yang pernah kuangankan akan jadi milikku. Sudah kubilang kita ini ajaib. Berawal dari keajaiban, tentu harus diakhiri dengan keajaiban pula. Dan bisa bersatu denganmu, pada akhirnya adalah salah satu keajaiban di antara sekian keajaiban yang meliputi kita.

Segala lelah, sedih, risau dan kebingungan kita yang dulu, akhirnya terbayar. Tak sia-sia segala hal tidak menyenangkan yang telah kita lalui, akhirnya berbuah manis.

Berat, memang berat. Jalan kita tak mulus, bahkan seolah tak realistis. Adaaaaa saja rintangannya. Namun, ada pula keajaiban yang selalu menyertai, hingga kita mampu melalui.

Aku termasuk orang yang percaya pada keajaiban, mungkin karena aku sendiri adalah orang yang "ajaib". Dan ajaibnya, aku mencintaimu. Lebih ajaib lagi karena kamu merasakan yang tak jauh beda.

Semoga, ketika bersama denganmu, aku selalu bisa menjadi keajaiban bagimu, sebagaimana artimu untukku. Menjadi salah satu alasanmu tetap bisa tersenyum di dunia ini, kalau perlu jadi alasan utamamu. Sekaligus penghapus lukamu, atau pelipur laramu, jika ada.

Aku sayang kamu, selalu. Dan semoga… keajaiban ini selalu bertahan di antara kita, agar kita tetap terus bersama. :)

With Love,

Sayangmu, walau tak pernah kau panggil demikian.


Berangan-angan saja dulu. Tapi semoga saja betulan kesampaian. Aamiin yaa rabbal aalamiin.

Still praying and waiting seriously for miracle.

20/07/20

I Love you… My Master. ♡

Sabtu, 18 Juli 2020

Bagian dari Midnight Poem another side: Home Sweet Home

Pada suatu hari yang damai dan tenang, salah satu hari yang paling berbahagia bagiku, tepatnya tanggal 18-8-18, pukul 10.00 WIB, tak sengaja aku berkenalan dengan sesosok manusia via online. Dan siapa yang menyangka... bahwa manusia ini adalah sebuah kunci yang amat penting bagi hidupku. Kunci pembuka pintu gerbang masa depanku. Dia adalah awalan dari semua hal menakjubkan, sekaligus melelahkan, dalam hidupku.

Bahkan dialah yang membuatku melahirkan "Midnight Poem" yang sekarang sudah terdiri dari beberapa part ini, dan pada tiap partnya mengandung kisah masing-masing. Tuan sumber inspirasi Midnight Poem pertama, engkaulah cinta pertamaku.

Orang yang pertama kali membuatku sadar apa itu "cinta", dan apa bedanya "cinta" dengan sekadar "suka" saja. Sesuka apapun aku, walau amat sangat suka sekali, ternyata itu tetap bukan cinta.

Jika mengikut kata Kahlil Gibran, maka cinta adalah...

Cinta adalah putra dari kecocokan jiwa, dan jikalau itu tiada, cinta takkan pernah tercipta, dalam hitungan tahun, bahkan millenia.

Dan hal tersebut lah yang kutemukan padamu. :)

Kau dan aku, jelas, amat sangat jelas, jiwa kita saling cocok dan terkait. Kau dan aku sama-sama mengakui bahwa kita adalah soulmate, bahkan twinflame bagi masing-masing. Itulah yang membuat kita, mau sampai kapanpun, akan tetap "lekat" dan bersama. Kau bahkan ingin tetap terus berteman denganku sampai tua bukan? :") jatuh bangun yang kita lalui selama ini adalah... agar hubungan kita jauh lebih awet dan bertahan lama bukan? :")

Kau adalah sosok pertama yang memiliki perlambang kecocokan jiwa denganku. Kau memiliki gambaran sebuah "rumah" dan "air sungai yang mengalir tenang".


(Sumber: instagram @jogrundyart)

Anggap, lukisan ini mirip denganmu dalam "pandanganku" selama ini. :) sebuah rumah yang terlihat sejuk, asri, menenangkan, pokoknya sangat mengundangku untuk merasa "ingin pulang". Sangat sangat ingin "pulang" kepadamu. :)

Dan ini adalah gambaran aliran air sungai yang tenang, perlambang jiwamu yang tenang dan menenangkanku, sekaligus bisa membawa jiwaku terlarut untuk turut mengalir bersama jiwamu. :)

Kita memang cocok, dan kau adalah orang yang pertama kali membuatku merasakan jatuh cinta. Sayangnya... kisah kita tidak mulus, amat tidak mulus. Banyak kenangan yang kita lalui bersama, bahagia sekaligus menyakitkan, namun ajaibnya... yang menyakitkan itu tetap tak menyurutkan cintaku padamu samasekali. Malahan lebih mudah, jauh lebih mudah untuk mencintaimu, bahkan meski tak terbalas dan sebagainya, daripada disuruh untuk tak mencintaimu lagi, berusaha untuk tak mencintaimu lagi, apalagi dilarang untuk mencintaimu. T_T

Karena dengan mencintaimu, aku merasa selalu ada harapan untuk bisa "pulang", bahkan meski pintu "rumahmu" tak kau bukakan untukku. :")

Aku ingin "pulang", lelah merasa hidup sendirian dan terasing, luntang-lantung di dunia ini. Sesederhana itu saja sebenarnya. Sayangnya, orang yang saat itu kuketahui memiliki "rumah" hanyalah kamu.

Sampai sempat kutak ingin menikah, salah satu alasannya karena ingin mencintaimu saja seumur hidupku, meski kau tak bisa kumiliki. :") hahaha...

Rasanya aku seperti terkena "Kutukan Cinta Abadi" darimu. Dan kupikir, selamanya aku takkan bisa mencintai orang lain lagi. Jangankan mencintai, menyukai saja sepertinya tidak.

Namun... untungnya muncul seseorang yang menjadi penyelamatku dari kutukan cinta abadi tersebut. Dia adalah... seseorang yang kujuluki Sang Penyelamat.

Aku tak sampai jatuh cinta padanya sih. Kami cocok, hanya saja sebatas kecocokan yang bisa menimbulkan keakraban dan akan makin kuat jika dilakukan pendekatan yang tekun. Sebatas itu saja. Hanya suka, sangat suka, tapi bukan cinta.

Namun kuakui, memang nyaman, sangat nyaman ketika bersama dengan Sang Penyelamat. The sweetest relationship I ever had! Sayangnya, memang dirinya tidak punya "rumah" dan "air mengalir" itu. Tapi aku lega, karena setidaknya... masa depanku masih ada. Meski bukan cinta, setidaknya aku masih bisa jatuh suka pada orang lain selain Tuan Midnight Poem pertama. Kutukan Cintanya tak menjadi abadi hahaha... XD

Lalu suatu hari, aku kandas dengan Sang Penyelamat. Bagaimana perasaanku kala itu? Tentu hancur, sedih, namun tak separah dengan Tuan Midnight Poem pertama, TENTU SAJA. Cuma yaa... nggak seremeh itu juga. Toh perasaanku, meski cuma suka bukannya cinta, tetap saja serius. Aku suka betulan kok, serius.

Meski yaa... tentu sebagai seorang yang hatinya bisa bercabang akibat memang poliamori sejak lahir, aku juga masih mencintai Tuan Midnight Poem pertama kok. Tapi itu samasekali tak berarti Tuan Midnight Poem kedua hanyalah pelampiasanku. Bukan!

Bagiku yang poliamori ini, mencintai, apalagi bila memang tak ada komitmennya, tak terikat pada jumlah, namun lebih kepada perasaannya. Mencintai ya mencintai saja, mau satu, dua, tiga, empat, dst. Aku bisa mencintai dua atau tiga sekaligus, tanpa ada satu pun yang menjadi pelampiasan. Aku suka semuanya, sebagai diri mereka sendiri apa adanya, bukan hanya sebagai pelampiasan alias bayang-bayangnya orang lain yang tak bisa dimiliki.

Ibaratkan saja misalnya dengan kau menyukai 3 orang sahabatmu yang berlainan kepribadian, atau kau memiliki 3 hewan peliharaan yang berbeda, atau kau memiliki 3 barang kesayangan, atau kau memiliki 3 hobi yang berbeda. Bukankah kau bisa serius menyukai ketiganya sekaligus jika memang tak diharuskan memilih? :)

Yahhhh... kira-kira begitulah cara orang yang hatinya bercabang kala memandang cara mencintai. Bisa mencintai beberapa sekaligus (walau kadang bisa pula hanya satu), namun... untuk urusan komitmen, itu lain soal, tergantung orangnya. Khusus untukku, aku adalah orang yang setia pada komitmen, apalagi aku sangat menyukai "The Only Special One" concept. :)

Hahaha... jadi melantur kemana-mana :v balik ke cerita.

Jadi, aku dengannya kandas, dan setelah kehilangan Sang Penyelamat (Tuan Midnight Poem kedua) lalu sudah move on (?), aku jatuh cinta dengan idolaku yang kehadirannya bagaikan bintang jatuh. Ya, bintang jatuhku ini (Tuan Midnight Poem ketiga) mampu membuatku jatuh cinta untuk yang kedua kalinya :D

Dia mulai hadir dalam hidupku tanggal 5 Mei 2020, dan kami jadian tanggal 9 Mei 2020. Hanya 4 hari sudah jadian. Sangat singkat bukan masa pendekatan kami? Memang keajaiban dari kecocokan jiwa yaaa... seperti itu. Tak perlu makan waktu lama, kalau sudah cocok ya cocok saja.

Ingat kan, pertanda diriku jatuh cinta adalah: adanya kecocokan jiwa yang dilambangkan dengan "rumah" dan "air yang mengalir" ?

NAH, Tuan Midnight Poem ketiga ini juga memiliki komponen tersebut!

(Sumber: instagram @jogrundyart)

Ini adalah "rumah" milik Tuan Midnight Poem ketiga. Meski letaknya jauh, udaranya seolah dingin menggigit, terintai burung gagak, cuacanya terlihat agak muram dan pucat walau sekaligus indah, intinya... jalan mencapainya memang tak terlihat mudah, namun dia memiliki sebuah "rumah" yang hangat, yang bisa kujadikan tempat hatiku untuk "pulang".

Dan... selain itu, dirinya memiliki air terjun yang deras.

Walau airnya terlihat deras dan tidak terlalu menenangkan, namun setidaknya ia memiliki air mengalir. Berarti jiwanya terkoneksi denganku, bahkan mungkin yang ini koneksinya lebih ekstrem dan tidak stabil, tapi sekaligus seru dan menantang.

Jika seorang lelaki "kulihat" memiliki dua komponen tersebut, maka kupastikan ia akan bisa membuatku jatuh cinta, cepat atau lambat. Karena yaaa... itu... kecocokan jiwa memang bisa melahirkan cinta, aku percaya dan memang mengalaminya sendiri. :)

Meski awalnya aku belum merasa jatuh cinta pada Tuan Midnight Poem ketiga walau sudah dapat perlambang dan kami pun sudah pacaran, tapi ketika suatu hari masalah melanda, akhirnya terjadilah hal yang semestinya terjadi... aku jatuh cinta padanya :) finally...

Namun... T_T

Kisah cinta kami sebagai pasangan kekasih harus kandas T_T

Dan... malah terjadi hal tak terduga... :"

Aku sedih karena kami tak ada masa depannya, padahal kuingin bersama Tuan Midnight Poem ketiga, dan kuberdoa, shalat istikharah, berharap agar bisa bersatu dengannya, namun yang muncul malah bayangan Tuan Midnight Poem pertama. Sungguh... ._.

Sungguh... membuat dilema. Membuat paradoks pula. Membuat senang sekaligus sedih di saat yang bersamaan.

Ini adalah kenyataan yang sesungguhnya dari... mencintai dua orang sekaligus. Serius, ini betulan mencintai keduanya.

Masihkah diriku mencintai Tuan Midnight Poem pertama?

Jujur saja ya, sebagai poliamori yang hatinya bercabang, tak ada alasan untuk tak mencintai sosok yang memiliki gambaran "rumah" dan "air mengalir", tak ada alasan untuk tak mencintai orang yang memiliki kecocokan jiwa denganku, kecuali... aku sudah ada komitmen dengan seseorang.

Hmm... urusan hatiku pada akhirnya adalah milikku, namun... jika sudah berkomitmen, setidaknya aku hanya menunjukkan perasaan yang layak kutunjukkan saja, kepada orang yang memang seharusnya menerima hal tersebut.

Daaaannn... tentu saja aku hanya mau berkomitmen dengan orang yang minimal sekali bisa membuatku suka betulan padanya.

Dan awalnya Tuan Midnight Poem ketiga lah yang berkomitmen denganku, apalagi aku jatuh cinta padanya kan? Sayangnya... kami sudah kandas.

Jadi... aku... kini... hmm... :")

Hatiku memang masih fokus pada Tuan Midnight Poem ketiga, masih cinta dan tentu masih berharap pula bisa bersamanya selamanya.

Namun jika suatu saat Tuan Midnight Poem pertama, entah bagaimana ceritanya, sendiri lagi (saat ini ia sudah punya pasangan), dan aku pun masih sendiri pula... jika keadaannya memungkinkan buat kami... maka... jika memang kami bisa bersama lagi, tentu saja aku mau sekali bisa bersama dia lagi.

Namun jika bersama dengan Tuan Midnight Poem pertama artinya tak bisa bersama Tuan Midnight Poem ketiga... :"

Aku sangat sedih, jujur... aku tetap akan sangat sedih jika harus kehilangan Tuan Midnight Poem ketiga, meski terganti dengan Tuan Midnight Poem pertama sekalipun, tetap saja akan ada fase sedihnya, akan melalui fase sedihku, pasti. :"

Karena memang rasa cintaku tak main-main kok, meski bercabang sekalipun. Mencintai satu saja sulit ya, apalagi dua sekaligus? :"

Beraaaattt memang. Di satu sisi aku bahagia misal sampai bisa betulan berjodoh dengan Tuan Midnight Poem pertama (meski misal tidak juga tak masalah karena aku mendukungnya dengan pasangannya saat ini). Di sisi lain sangat sedih karena harus berpisah dengan Tuan Midnight Poem ketiga. :"

Aku cinta kalian :" dua orang yang adalah pemilik "rumah" tempatku bisa merasa "pulang".

Semoga, apapun yang terjadi ke depannya adalah yang terbaik bagi kita semua. Aamiin yaa rabbal aalamiin.

Aku cinta "rumahku". Home Sweet Home ♡♡♡♡♡ dan aku mau "pulang", aku rindu "rumah". Hehehehehe :")

*18 Juli 2020
Aku cinta kalian berdua saat ini, semoga setidaknya salah satu dari kalian bisa bersamaku, siapapun yang bisa, siapapun yang mau. Aamiin yaa rabbal aalamiin.

Midnight Poem part 3 (17)

Wujud yang Lain
-aeliceyu-

Kian hari, kian kupikirkan
Kutak rela jika kita berakhir begitu saja
Bahkan meski aku dapat "jawaban" yang lain
Tetaplah kamu kini, dan masih, di hatiku

Aku mencintaimu, sayangku
Walau jika boleh jujur, hatiku mungkin masih bercabang
Aku mencintaimu, jatuh cinta sesungguhnya padamu
Namun sungguh memang ku seorang yang poliamori

Mencintai bagiku seperti bersahabat
Ku tak pedulikan jumlah orangnya
Yang kupedulikan hanya perasaanku
Setulus, seniat, dan sesetia apa diriku pada semua yang kucintai

Namun, jikalau mencintai dengan komitmen
Aku akan setia hanya pada kawan berikrarku seorang
Maka jika berikrar denganmu
Tentu cintaku hanya kuwujudkan padamu

Dan kau bukan pelampiasan, sungguh
Hatiku hanya bercabang, cintaku tak cuma untukmu
Namun tak berarti perasaanku padamu main-main
Sebagaimana pula perasaanku padanya

Dan kini, tentu kurasakan sakit di hati
Karena harus kehilanganmu, kekasihku yang amat kucintai
Kehilangan harapan merajut masa depan denganmu
Wahai bintangku yang sempat jatuh untukku

Tetapi tetap kupikirkan cara
Bagaimana agar kita dapat tetap merajut kasih yang tak terputus
Meski apapun yang terjadi nanti
Karena... sungguh... ku tak ingin kehilanganmu :"

Kurasa mungkin...
Kita bisa mengubah rasa cinta kita
Dalam wujud yang lain
Biar rasa suka dan sayang ini dapat terpatri abadi

Mungkin, kamu... kakakku?
Dan aku, mungkin, kini... adikmu?
Sudikah engkau...
Menjadi kakak tercinta bagi adikmu tersayang ini?

*18 Juli 2020
Dear My Master, bagaimana jika kita menjadi "kakak-adik" saja? Kakak-adek zone? :") hehehe... karena sumpah... aku tak rela menjadi mantanmu :")

Mungkin kita bisa seperti... ini, Master? :") ha ha ha... *sad

Rabu, 15 Juli 2020

Bagian dari Midnight Poem: Mimpi (2)

Mimpi yang Kedua

Lagi-lagi aku bermimpi berkaitan denganmu, abangku, sahabatku, sayangku yang tak bisa kupanggil demikian.

Kali ini... aku mimpi sedang chat dengan dirimu. Aku lupa detail chatnya. Tapi ada beberapa yang kuingat, salah satunya... kita membahas My Master.

Lalu tiba-tiba kamu chat aku begini... terkait My Master:

"Jangan terlalu percaya sama Masmu. Jangan terlalu bucin, jangan terlalu baik sama dia. Dia tuh nggak sebaik itu, nggak mungkin dia begitu kalau dia baik."

Aku... dibegitukan, dalam kepalaku tentu sambil mencerna, berusaha menyikapi dengan cukup netral, sambil mencoba membela Masku juga, karena ya... tidak adil saja dia dituduh demikian oleh orang yang selama ini kuceritakan kalau aku dan Masterku "baik-baik" saja. Kesimpulan darimana dia bisa menuduh Masterku tidak baik?

Walau ya aku juga tak menolak mentah-mentah dugaannya, karena bisa jadi ada benarnya kan? Kan dia lebih detail, peka daripadaku terhadap hal-hal macam itu.

Cuma ya gitu... aku agak risih dirimu chat seperti itu, karena selain kau seolah menuduh Masku begitu saja tanpa tahu detailnya sepertiku di keseharian kami, kau juga... ada chat lain yang seperti ini. Sebelumnya kita membahas kisah orang lain yang berusaha melupakan orang yang dicintai. Lalu kau menanggapi seperti ini:

"Gue juga nih, lagi mulai berusaha melupakan seseorang yang gue cintai."

Sedangkan keadaanmu saat itu, kau tidak "putus" dengan gadismu saat ini, berarti... pasti yang berusaha kau lupakan (lagi-lagi) adalah aku.

Lagi-lagi yaa... masih cintakah kau padaku?

Mengetahui itu, makanya aku sedikit curiga bahwa informasi darimu mengandung sedikit bias. Mungkin kamu berkomentar begitu karena agak cemburu padaku dengan My Master?

Makanya aku tak mau 100% percaya padamu juga, dan tetap memberi argumen pembelaan untuk My Master, sekaligus diam-diam dalam hatiku sendiri bertanya-tanya... Mana yang saat ini lebih kupilih dan kucintai, My Master atau dirimu?

Jawabannya... My Master sih. Dan aku jadi tenang.

Namun rupanya... mimpi tersebut memang pertanda. Rupanya memang My Master yaa... "seperti itu". Benar kata-katamu, jangan terlalu baik dan percaya padanya.

Aku sampai mulai perlahan-lahan berpisah darinya.

Dan asli, aku sangat berterimakasih padamu, bahkan walau kau hanya muncul dalam mimpiku, namun memberi peringatan yang bagus.

Omong-omong... soal perasaanmu itu... apa boleh buat, aku sedih mendengarnya. Tapi... ya salahmu sendiri kan, mengapa padahal sudah kuberi "akses" dan penawaran dua kali, malah kau sia-siakan?

Namun, ada kabar (yang entahlah akan membuatmu begini atau tidak) gembira buatmu. Jika kau betulan masih mencintaiku dan suatu saat ingin denganku, kurasa kau akan bahagia mendengar ini.

Kamu memang sedang dengan gadismu saat ini, bahkan mungkin kalian nantinya akan menikah. Dan aku tak masalah dengan itu, aku dukung, jika itu yang terbaik buat kalian, terutama buatmu. Aku samasekali tak berniat mengusikmu dengan gadismu sekarang, cuma ingin tetap berteman.

Tapi... jika sebenarnya yang kau cintai adalah aku, masih aku, dan selalu aku, dan sebetulnya kau ingin bersamaku namun merasa tak mungkin karena tak pantas bersanding dan segala macam akibat segala perbedaan kita, maka... ketahuilah...

Orangtuaku sudah memberikan restu untukmu, jika memang suatu saat ada kesempatan dan kita ingin memutuskan untuk bersama.

Jujur, aku bahagia, amat sangat bahagia mendengar pernyataan ini. Bahkan, misal nantinya kau menikah dengan gadismu saat ini, atau gadis lain pun, aku ikhlas selama itu yang terbaik bagimu. :) seikhlas dan seringan itu aku, asalkan menyangkut kebahagiaanmu, aku akan ikut bahagia.

Namun tentu... jika suatu saat bisa bersamamu, aku takkan menolak. Bahkan ingin, sangat ingin. Bahkan mungkin jika ditelusuri, keinginan terbesarku di dunia ini adalah ini. Bisa bersama dengan orang yang jadi pusat gravitasiku, yang membuatku benar-benar jadi diriku sendiri apa adanya, yang membuatku merasa yakin akan bisa mencintai dan dicintai balik sama besarnya, yang takkan meninggalkanku begitu saja, yang ingin bersama denganku sampai tua, yang selalu berusaha ada untukku. Yang... bahkan saking mungkin memikirkanku, kau rela tidak egois, dan mungkin lebih memilih melepaskanku, menahan perasaanmu, dan membiarkanku bersama yang lain yang menurutmu lebih baik? Kau yang... pada akhirnya memilih jadi temanku saja, tapi ingin selalu jadi temanku, sampai kita tua nanti.

Jika ingin jadi teman, mengapa tak sekalian jadi teman hidupku saja? Jangan cuma mengenangku sampai tua, temanilah aku di sisiku, sampai kita tua nanti.

Dan, pada akhirnya, direstui untuk mencintaimu... lagi... bagiku ini adalah kabar yang sangat membahagiakan :") kupikir ketika mencintaimu aku takkan direstui siapapun, bahkan kamu sendiri. Dan makanya aku juga tak ingin mencintaimu jika akan membebanimu. Namun... kini...

Aku takkan merusak hubungan kalian, kamu dengan gadismu saat ini. Bahkan misal kalian sampai menikah sekalipun, aku dukung. :D

Namun, jika kau ingin atau bisa kembali kepadaku suatu saat nanti... kembalilah, dan bersatulah denganku. Karena kau adalah "rumahku", dan kuharap, aku juga bisa jadi "rumahmu". Sejauh apapun kita melangkah, pada akhirnya "pulang" jua.

:)))))

Dan... sebagai tambahan informasi... aku sholat istikharah dan berdoa untuk meyakinkan diriku dengan My Master, malah dirimu ikut terselip dalam benakku, hingga doaku jadi melenceng. Apakah ini pertanda baik? :)

Sebuah ilustrasi dari sahabatku untukku, biar seolah pernah bertemu kamu :) eh ya, bukankah kita berdua juga bisa dibilang bersahabat ya? :) hihihi...

Midnight Poem part 3 (16)

Sungguhkah Kita Berakhir Begini?
-aeliceyu-

Tak kusangka, rupanya begini
Awan mendung kelabu yang kulihat
Yang selalu menggelayutimu
Rupanya adalah tanda kita tak bisa bersama

Rupanya bintang jatuh hanya sementara
Karena bintang yang telah jatuh, ingin kembali pulang
Ia pikir jatuhnya tanpa masalah
Rupanya keadaan langit tak berpihak padanya

Ia... pada akhirnya akan pulang ke langit
Dan ingin mengajakku, namun hanya sebatas angan
Tak sungguhan mengajakku
Karena tak realistis baginya

Bintang jatuh... oh bintang jatuh
Mengapa kamu harus jatuh di hadapanku jika pada akhirnya begini?
Aku jadi kehilangan sekaligus dua...
Kamu yang di langit, dan kamu yang disisiku

Berat memang, selalu berat kehilangan
Apalagi jika kehilangan dua sekaligus
Namun... apa boleh buat?
Hanya saja... tak adakah keajaiban yang bisa mempersatukan kita?

Atau setidaknya membalik hatimu, agar sudi memperjuangkanku dulu
Seperti aku yang sebelumnya telah berjuang untukmu
Atau memanglah... seperti kata bunga tidurku
Jangan terlalu mempercayai bintangmu karena dia "seperti itu"

Pada akhirnya, kita berubah
Hubunganku dan kamu... berubah
Meski cinta ini belum berubah, namun demi kebaikanku...
Lebih baik pelan-pelan melepaskanmu

*16 Juli 2020
Dear My Master, kupikir di sana kamu memperjuangkanku, ternyata tak melakukan apapun dan hanya menunggu keajaiban? Hahaha :")
Apa boleh buat, tentu akan kutinggalkan orang yang tak ingin dipertahankan olehku.

Rabu, 08 Juli 2020

Midnight Poem another side (9)

Lucunya Hidup Ini
-adoralic-

Lucunya hidup ini
Memang mungkin karena hidup adalah ujian
Aku diberi apa yang tak diminta
Apa yang diinginkan dibawa menjauh
Dan apa yang terasa dimiliki akan diuji
Tapi lucu
Bahkan hal sekecil itu...
Ah, tidak kecil, namun...
Kecil memang, mungkin
Namun cukup berarti buatku
Bintangku di langit
Bintang yang terlihat kecil jika di langit
Namun indah, amat indah
Ketika suatu hari bintang itu jatuh
Dan aku diminta menyambutnya
Di satu sisi aku takjub
Kini bintang yang indah itu ada didekatku
Namun di sisi lain tentu aku takut
Ketika bintang yang di sisiku hilang
Maka hilanglah semua
Bintangku di langit
Dan bintang yang ada di sisiku
Aku tak punya bintang lagi
Gelaplah kembali, langitku
Tanpa satu pun penghias langit
Ahhh... lucunya hidup ini
Bahkan kesenangan kecilku memandangi sebuah bintang di langit pun harus diuji?
Dan kini... mungkin aku harus mulai bersiap kehilangan keduanya

*9 Juli 2020
Tak terasa, sudah 3 bulan aku bersama bintang jatuhku. Hari ini tepat bulan ketiga. Entah apa yang akan terjadi. Ah, lucu banget. Pokoknya lucu banget!! *ironi

Senin, 06 Juli 2020

Hati yang Compang-Camping

Siapa yang tahu seberapa compang campingnya hati saya?
Orang cuma tahu... saya "harusnya" baik-baik saja
Dan saya pasti baik-baik saja
Karena kalau tidak, maka...
Tidak bersyukur, lemah, manja, banyak maunya
Saya harus kena label-label
Yang entah buatan siapa dan darimana asalnya
Tak berhenti sampai di sana
Tuntutan itu selalu menghantui
Tuntutan agar baik-baik saja, selalu
Kamu kan punya privilege, kenapa tak baik-baik saja?
Kami lebih menderita, ujar kaum yang tak punya privilege
Padaku, yang hampir selalu berusaha menyembunyikan segalanya
Segitu saja aku sudah terlabeli
Apalagi bila jujur?
Oh, hati yang compang camping
Hanya kamu sendiri lah yang tahu seberapa keras dirimu bertahan

Kamis, 02 Juli 2020

Bagian dari Midnight Poem another side: why must you?

Why must you?

Mengapa harus kamu?

Itulah yang akhir-akhir ini kupertanyakan.

Mengapa harus kamu? Mengapa?

Tak bisakah aku dibiarkan menyukaimu

Tentu jawabnya tidak bisa, karena ini semua telah terlanjur terjadi.

Terkadang aku sedih, mengapa harus kamu orangnya? Maksudku... sebelum kita mulai dekat, aku selalu anggap kamu itu sosok yang berharga, sosok yang sangat kusukai, kukagumi, tapi samasekali bukan ke arah hubungan personal.

Mungkin lebih mirip "benda berharga" yang hanya perlu kupandangi dan kunikmati dari kejauhan saja. Aku merasa tak perlu terikat denganmu, hanya perlu menghargai tiap tulisanmu dengan apresiasi, dan mengagumimu dari jauh saja.

Dan... menyenangkan. Setelah memilikimu sebagai idola, aku merasa punya kesenangan kecil yang terkadang bisa membuatku tersenyum kecil ketika penat, atau sedikit meningkatkan moodku di kala turun. Aku menikmatinya. Kesenangan kecil itu, walau kecil namun berarti bagiku. Menebak-nebak sosok atau pemikiranmu pun merupakan kesenangan tersendiri bagiku.

Walau ternyata kita bisa pula menjalani hubungan personal, namun...

Bagaimana jika salah satu sosokmu "rusak", apakah semuanya akan "rusak" ?

Jujur, aku melihatmu selama ini dalam dua sosok, sebagai kekasihku dan seorang yang kukagumi, idolaku.

Sejak awal aku takut, takut jika suatu saat sisi fans itu nanti rusak, terlukai, berubah jika kita sekaligus menjalin hubungan personal. Sayangnya, semua terlanjur terjadi. 

Seandainya saja aku menyukai seseorang yang hanya bisa kulihat dalam 1 sosok, mungkin takkan serumit ini.

Terkadang aku merasa dipermainkan oleh kehidupan. Bahkan aku punya kesenangan yaitu memiliki seorang idola saja, lagi-lagi kesenangan itu diberikan ujian ya? Apa tak bisa dibiarkan saja itu idolaku tetaplah menjadi idolaku saja? Mengapa takdir malah menyodorkannya padaku?

Dan sekarang, misal ingin kembali seperti mulanya, semua telah terlambat. Keadaan telah terlanjur menjadi begini... jika saat ini aku hanya menginginkan sosok idolaku saja, berarti... bagaimana dengan sosok kekasihku? Bukankah artinya dia harus menghilang? :"

Aku tak mau kehilangan kekasihku, namun tak jua ingin kehilangan idolaku, apalagi suatu saat kehilangan keduanya sekaligus.

T_T

Memang, setelah bersamamu, rasa senangku bertambah berkali lipat. Namun sekaligus rasa sedihku misal ternyata berakhir buruk akan berlipat pula kan? :")

Aku tak ingin kehilangan sampai keduanya. Seburuk-buruknya, jika misal menghilang, semoga yang menghilang hanya satu saja. :")

HAHAHAHAHAHA #menggila

Midnight Poem part 3 (16)

Merindukanmu
-aeliceyu-

Merindukanmu, aku
Padahal baru sebentar saja tanpamu
Mengapa harus kurasakan sampai begini
Sungguh ini berlebihan

Walau bahkan kumencintaimu
Namun tak bisakah rasa macam ini terkendali saja?
Yang tenang...
Tak perlulah segala resah dan gelisah itu

Aku merinduimu
Padahal baru sebentar
Bagaimana bila lebih lama lagi?
Sungguh, bagaimanalah?

Namun, kerinduan yang menyiksa bagai candu tak terpenuhi
Yang membuat dalam hati dan kepala menggaungkan namamu
Yang seolah menyakitkan ini
Sesungguhnya sangat kuresapi dan nikmati tiap sentuhan sakitnya

Ingin kukembali padamu sesegera mungkin
Sekaligus ingin kumenjauh lebih lama darimu
Aku benci kerinduan ini
Sekaligus mencintai tiap keresahan yang nikmat ini

*2 Juli 2020
Dear my Master, I miss you :3
Tapi... kita "main-main" dulu ya. Sekarang, aku mau jaga jarak dulu, dan menyiksa perasaanku sendiri. Karena aku... benci sekaligus menikmati kesakitan ini. Aku rindu kamu, ini menyiksa, sekaligus menyenangkan. Makanya kujauhi dulu dirimu untuk sementara. Maaf ya. :)