Rabu, 15 Juli 2020

Bagian dari Midnight Poem: Mimpi (2)

Mimpi yang Kedua

Lagi-lagi aku bermimpi berkaitan denganmu, abangku, sahabatku, sayangku yang tak bisa kupanggil demikian.

Kali ini... aku mimpi sedang chat dengan dirimu. Aku lupa detail chatnya. Tapi ada beberapa yang kuingat, salah satunya... kita membahas My Master.

Lalu tiba-tiba kamu chat aku begini... terkait My Master:

"Jangan terlalu percaya sama Masmu. Jangan terlalu bucin, jangan terlalu baik sama dia. Dia tuh nggak sebaik itu, nggak mungkin dia begitu kalau dia baik."

Aku... dibegitukan, dalam kepalaku tentu sambil mencerna, berusaha menyikapi dengan cukup netral, sambil mencoba membela Masku juga, karena ya... tidak adil saja dia dituduh demikian oleh orang yang selama ini kuceritakan kalau aku dan Masterku "baik-baik" saja. Kesimpulan darimana dia bisa menuduh Masterku tidak baik?

Walau ya aku juga tak menolak mentah-mentah dugaannya, karena bisa jadi ada benarnya kan? Kan dia lebih detail, peka daripadaku terhadap hal-hal macam itu.

Cuma ya gitu... aku agak risih dirimu chat seperti itu, karena selain kau seolah menuduh Masku begitu saja tanpa tahu detailnya sepertiku di keseharian kami, kau juga... ada chat lain yang seperti ini. Sebelumnya kita membahas kisah orang lain yang berusaha melupakan orang yang dicintai. Lalu kau menanggapi seperti ini:

"Gue juga nih, lagi mulai berusaha melupakan seseorang yang gue cintai."

Sedangkan keadaanmu saat itu, kau tidak "putus" dengan gadismu saat ini, berarti... pasti yang berusaha kau lupakan (lagi-lagi) adalah aku.

Lagi-lagi yaa... masih cintakah kau padaku?

Mengetahui itu, makanya aku sedikit curiga bahwa informasi darimu mengandung sedikit bias. Mungkin kamu berkomentar begitu karena agak cemburu padaku dengan My Master?

Makanya aku tak mau 100% percaya padamu juga, dan tetap memberi argumen pembelaan untuk My Master, sekaligus diam-diam dalam hatiku sendiri bertanya-tanya... Mana yang saat ini lebih kupilih dan kucintai, My Master atau dirimu?

Jawabannya... My Master sih. Dan aku jadi tenang.

Namun rupanya... mimpi tersebut memang pertanda. Rupanya memang My Master yaa... "seperti itu". Benar kata-katamu, jangan terlalu baik dan percaya padanya.

Aku sampai mulai perlahan-lahan berpisah darinya.

Dan asli, aku sangat berterimakasih padamu, bahkan walau kau hanya muncul dalam mimpiku, namun memberi peringatan yang bagus.

Omong-omong... soal perasaanmu itu... apa boleh buat, aku sedih mendengarnya. Tapi... ya salahmu sendiri kan, mengapa padahal sudah kuberi "akses" dan penawaran dua kali, malah kau sia-siakan?

Namun, ada kabar (yang entahlah akan membuatmu begini atau tidak) gembira buatmu. Jika kau betulan masih mencintaiku dan suatu saat ingin denganku, kurasa kau akan bahagia mendengar ini.

Kamu memang sedang dengan gadismu saat ini, bahkan mungkin kalian nantinya akan menikah. Dan aku tak masalah dengan itu, aku dukung, jika itu yang terbaik buat kalian, terutama buatmu. Aku samasekali tak berniat mengusikmu dengan gadismu sekarang, cuma ingin tetap berteman.

Tapi... jika sebenarnya yang kau cintai adalah aku, masih aku, dan selalu aku, dan sebetulnya kau ingin bersamaku namun merasa tak mungkin karena tak pantas bersanding dan segala macam akibat segala perbedaan kita, maka... ketahuilah...

Orangtuaku sudah memberikan restu untukmu, jika memang suatu saat ada kesempatan dan kita ingin memutuskan untuk bersama.

Jujur, aku bahagia, amat sangat bahagia mendengar pernyataan ini. Bahkan, misal nantinya kau menikah dengan gadismu saat ini, atau gadis lain pun, aku ikhlas selama itu yang terbaik bagimu. :) seikhlas dan seringan itu aku, asalkan menyangkut kebahagiaanmu, aku akan ikut bahagia.

Namun tentu... jika suatu saat bisa bersamamu, aku takkan menolak. Bahkan ingin, sangat ingin. Bahkan mungkin jika ditelusuri, keinginan terbesarku di dunia ini adalah ini. Bisa bersama dengan orang yang jadi pusat gravitasiku, yang membuatku benar-benar jadi diriku sendiri apa adanya, yang membuatku merasa yakin akan bisa mencintai dan dicintai balik sama besarnya, yang takkan meninggalkanku begitu saja, yang ingin bersama denganku sampai tua, yang selalu berusaha ada untukku. Yang... bahkan saking mungkin memikirkanku, kau rela tidak egois, dan mungkin lebih memilih melepaskanku, menahan perasaanmu, dan membiarkanku bersama yang lain yang menurutmu lebih baik? Kau yang... pada akhirnya memilih jadi temanku saja, tapi ingin selalu jadi temanku, sampai kita tua nanti.

Jika ingin jadi teman, mengapa tak sekalian jadi teman hidupku saja? Jangan cuma mengenangku sampai tua, temanilah aku di sisiku, sampai kita tua nanti.

Dan, pada akhirnya, direstui untuk mencintaimu... lagi... bagiku ini adalah kabar yang sangat membahagiakan :") kupikir ketika mencintaimu aku takkan direstui siapapun, bahkan kamu sendiri. Dan makanya aku juga tak ingin mencintaimu jika akan membebanimu. Namun... kini...

Aku takkan merusak hubungan kalian, kamu dengan gadismu saat ini. Bahkan misal kalian sampai menikah sekalipun, aku dukung. :D

Namun, jika kau ingin atau bisa kembali kepadaku suatu saat nanti... kembalilah, dan bersatulah denganku. Karena kau adalah "rumahku", dan kuharap, aku juga bisa jadi "rumahmu". Sejauh apapun kita melangkah, pada akhirnya "pulang" jua.

:)))))

Dan... sebagai tambahan informasi... aku sholat istikharah dan berdoa untuk meyakinkan diriku dengan My Master, malah dirimu ikut terselip dalam benakku, hingga doaku jadi melenceng. Apakah ini pertanda baik? :)

Sebuah ilustrasi dari sahabatku untukku, biar seolah pernah bertemu kamu :) eh ya, bukankah kita berdua juga bisa dibilang bersahabat ya? :) hihihi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makasih buat semua yang udah sempat baca sampai akhir :D

Hmm... isi blog ini sebagian copas dan saya sertakan url, sebagian ada yang saya tulis sendiri. Pengennya sih, kalo misalnya ada yang copas dari sini, url saya disertakan juga :v wkwk

Silakan berkomentar. Oiya, jangan lupa ya, sopan-santun dan saling menghargai itu penting bagi manusia :)