Rabu, 27 November 2019
Bagian dari Midnight Poem: Unknown Feeling
Bagian dari Midnight Poem Another Side: Yang Tidak Bisa Dipaksakan
Selasa, 26 November 2019
Midnight Poem part 3 (1) : wrong label!!
Jumat, 22 November 2019
Midnight Poem (31)
Midnight Poem (30)
Rabu, 20 November 2019
Midnight Poem (29)
Midnight Poem (28)
Midnight Poem (27)
Rabu, 13 November 2019
Midnight Poem part 2 (6)
Midnight Poem another side (5)
Midnight Poem (26)
Midnight Poem part 2 (5)
Senin, 11 November 2019
Tanpa Tuhan Aku Bukan Sesiapa
Minggu, 10 November 2019
Midnight Poem part 2 (4)
Sabtu, 09 November 2019
Midnight Poem another side (4)
Midnight Poem another side (3)
Midnight Poem part 2 (3)
Jumat, 08 November 2019
Apakah Introver Cocok Berpasangan Dengan Sesama Introver?
Sepertinya saya sedang stres, dan entah mengapa kali ini saya memilih platform ini untuk menumpahkan isi kepala saya.
Kenapa juga saya membuat pertanyaan ini, dan mengapa pertanyaannya seperti ini?
Jawabannya adalah… mungkin karena saya agak "lelah" sehabis menghadapi drama "beda alam" hahaha.
Nggak hanya sebuah, namun beberapa drama yang intinya sih sama, "beda alam".
Dia introver, kamu ekstrover. Atau kebalikannya.
Beda alam itu nggak mudah. Bisa kok bersatu, tentu saja, tapi nggak mudah.
Nggak semudah pasangan yang berada di alam yang sama. Bahkan di alam yang sama saja nggak mudah kok, apalagi beda alam?
Nggak semudah: berlawanan sifat akan menciptakan ketertarikan dan daya tarik-menarik yang bisa menciptakan persatuan.
Oke, anggaplah menciptakan ketertarikan dan persatuan itu mudah, namun bagaimana dengan mempertahankannya?
Apakah kalau misalnya terjalin hubungan, ingin sebatas hubungan untuk bersenang-senang, atau untuk jangka panjang?
Sebetulnya, hubungan apapun, mau di alam yang sama mau yang berbeda, pasti sama-sama butuh effort agar bisa bertahan. Antara lain butuh sikap saling pengertian, kesabaran, toleransi, bisa berkomunikasi yang baik, bisa berdiskusi dengan baik, berpikiran terbuka, bisa membuat kesepakatan jalan tengah, sesekali mau mengalah, dan tentunya ada kasih sayang.
Tapi effort untuk bertahan yang harus dikeluarkan pasangan "beda alam" kemungkinan lebih besar sih daripada pasangan yang berada di alam yang sama, kecuali jika bertemu pada saat sudah sama-sama berkepribadian matang.
Dan pada kasus yang beberapa kali saya jumpai, ekstrover kesulitan memahami pasangannya yang introver, dan para introver lama-lama lelah berusaha memahamkan ekstrovernya.
Biasanya sih perbedaannya di mindset, sudah sama-sama kaku di mindset masing-masing. Introver dengan kecenderungan individual dan subjektivitasnya yang lebih kental, sedangkan ekstrover dengan kecenderungan sosial dan komunalnya.
Jadi… apa hubungannya dengan pertanyaan yang saya buat?
Menurut saya, introver dengan introver itu kemungkinan besar cocok. Ya asalkan kaliannya bisa nyambung dan saling merasa nyaman aja sih. Setidaknya, alam yang sama membuat mindset kalian secara garis besar terdapat kesamaan lah, jadinya nggak beda-beda amat gitu.
Malah saya merekomendasikan introver—introver, dengan catatan minimal salah satu di antara kalian ada yang cerewet. Karena tidak semua introver itu pendiam, dan tidak semua pendiam itu introver.
Setidaknya kalian masing-masing tidak terlalu sulit menerjemahkan pasangan masing-masing, dan… tidak menyulitkan orang lain (maksudnya ekstrover) dalam menerjemahkan kalian.
Saya bukannya bermaksud melarang atau mencegah untuk menjalin hubungan "beda alam" ya. Tentu saja boleh, malah bagus kalau berhasil. Sangat bagus, kalian luar biasa!
Namun, ada baiknya sebelum memasuki hubungan, terutama "beda alam", plis tingkatkan dulu ini:
Sikap saling pengertian, kesabaran, toleransi, bisa berkomunikasi yang baik, bisa berdiskusi dengan baik, berpikiran terbuka, bisa membuat kesepakatan jalan tengah, sesekali mau mengalah, dan tentunya ada kasih sayang.
Sekian dari saya. Terimakasih buat yang sudah menghabiskan waktu membaca tulisan ini.
Saya pribadi pun dari dulu berusaha mencari pasangan sesama introver. Untuk berteman sih oke dengan siapa saja, tapi untuk berpasangan, kalau bisa ya introver saja. Dan saya tipe yang termasuk cerewet jika sudah nyaman dengan orang.
Selasa, 05 November 2019
Best Friends
Dipandang sejuta mata
Namun hanya dirimu
Arti dari ini semua
Sisanya hanya penonton
Bukan sumber inspirasi
Wahai tebaklah, dirimu kah yang kumaksud?
Jangan pernah tanyakan aku, karena aku yang bertanya :)
Tata Cara Membaca Midnight Poem
Minggu, 03 November 2019
Midnight Poem (25)
Bagian dari Midnight Poem Another Side: Setangkai Bunga Soka
Tokoh utama dalam kisah ini adalah Alana, yang sedang mengenang masa lalunya, yang diam-diam (meski ketahuan sih) mencintai sahabatnya yang bernama Seta. Namun suatu hari sahabatnya menghilang ditelan bumi, meninggalkan Alana dengan sejuta kenangan indah sekaligus perasaan sakit yang teramat dalam karena ditinggal ketika sedang sayang-sayangnya. Tiap hari Alana melamunkan kepergian Seta, ditemani oleh teman sekamarnya di kos, Alen, yang berusaha menyadarkan Alana bahwa kehidupan bisa terus berlanjut jika Alana mau mencoba move on.
Alana dan Seta sebelumnya tinggal di kosan yang bersebelahan. Kosan mereka dibatasi oleh rimbunan tanaman soka.
Suatu hari Seta melukis sebuah lukisan yang indah. Lukisan bunga soka yang bergumpal-gumpal. Sangat cantik. Alana yang sangat tertarik ingin memiliki lukisan tersebut, namun Seta melarang. Lukisan tersebut rupanya akan diberikan Seta pada gadis yang sangat ia cintai, dan itu bukan dirinya.
Alana yang mengetahui hal tersebut patah hatinya.
Apalagi ketika esok-esoknya, Seta malah menyuruh Alana mencoba jalan dengan lelaki lain, jangan terus berduaan dengannya. Makin remuk redam hatinya. Tapi Alana pura-pura tegar.
Pertemanan mereka tetap berlanjut, hingga suatu hari mereka bermain kejar-kejaran, hingga Seta berkata: "Sampai kapanpun kamu nggak akan bisa ngejar aku, Lan. Nggak akan bisa."
Alana merasa tertampar, untuk suatu alasan yant tidak jelas, ia merasa itu kode aneh dari Seta, entah apa maksudnya.
Lalu suatu hari, Seta kembali melukis bunga soka, namun kali ini hanya setangkai. Alana yang penasaran bertanya, mengapa kali ini hanya setangkai?
Seta pun menatap dalam mata Alana, kemudian berkata. Saya lupa kata-kata persisnya, tapi intinya gini:
Pernahkah kamu sangat mencintai seseorang. Cinta yang sangat mendalam. Namun suatu hari kamu sadar kamu tidak bisa terus bersama dan memilikinya, hingga akhirnya dia meninggalkanmu dan kamu kehilangan. Tapi ada cinta yang lain yang setia menunggumu. Dan kamu menyadari itu, lalu berusaha menerimanya. Sampai akhirnya kamu pun bisa mencintai orang yang baru itu. Meski kamu sadar, bahwa cinta yang baru tidak pernah dan tidak akan sebesar cinta yang lama.
Alana terdiam, ia sibuk menerka-nerka nama dalam hatinya, meski ia takut sekali jika tahu kenyataannya. Akhirnya dia tetap bungkam hingga topik teralihkan.
Setelah pertemuan kala Seta melukis setangkai soka itu, Seta menghilang ditelan bumi, tanpa kabar apapun, tanpa pamit.
Ending dari cerita ini adalah… ketika Alen, teman bergalau ria Alana pergi meninggalkan kos untuk pulang ke kampung halaman setelah sekian bulan menunggu urusannya selesai sembari menemami Alana bernostalgia.
Alana sedih sekali harus kehilangan teman lagi, namun ia sadar bahwa memang tidak akan selamanya mereka tinggal di kosan itu.
Ketika membantu Alen beberes, Alana menemukan suatu benda yang familiar.
Lukisan bunga-bunga soka!
Rupanya, sebelum pergi, Seta sempat memberi lukisan pada Alen, lukisan soka yang bergumpal-gumpal. Sekaligus menitipkan lukisan setangkai soka untuk Alana.
Ternyata sebelumnya, Alen dan Seta pernah berpacaran, namun putus karena Alen tidak bisa melanjutkan hubungan tersebut akibat keluarganya sudah pasti akan menjodohkan Alen dengan pria lain. Nah, dikala itu, mulai muncul lah Alana dalam kehidupan Seta.
Seta berusaha menerima kenyataan, dan mencoba menerima Alana pula. Namun pada akhirnya ia tak sanggup menerima kenyataan bahwa Alen akan pulang kampung untuk menikah, sehingga ia memutuskan kabur duluan setelah menyelesaikan lukisan-lukisannya. Ia juga tak sanggup menatap mata Alana yang diam-diam mencintainya begitu dalam, sementara ia tidak mampu membalas sama besarnya, meski sudah sayang sekalipun.
Pada akhirnya, pergi adalah pilihan terbaik bagi Seta.
Alana menatap lukisan miliknya. Lukisan setangkai soka yang indah, terlalu indah. Hingga ia teringat kode dari Seta.
"Sampai kapanpun kamu nggak akan bisa ngejar aku, Lan. Nggak akan bisa."