Rabu, 27 November 2019

Bagian dari Midnight Poem: Unknown Feeling

Unknown feeling, perasaan yang tidak diketahui. Ya, begitulah perasaanku padamu saat ini.

Semua berawal sejak aku marah dan kecewa karena kau menyenggol prinsipku. Lalu sudah kuputuskan untuk marah padamu dan meninggalkanmu. Tapi nyatanya... kamu berbohong, demi aku. Dan demi pertemanan kita.

Sial, aku bingung setengah mampus. Lalu ujung-ujungnya... unknown feeling ini menyerangku.

Tidak tahu merasakan apa. Flat, tiba-tiba semua perasaanku seolah-olah terserap oleh sesuatu, dan lenyap entah kemana. Karena terlalu banyak perasaan bertentangan yang menghantamku bertubi-tubi.

- Marah karena kamu mengusik prinsipku dan aku jadi ingin meninggalkanmu
- Sedih karena harus meninggalkanmu, walau di satu sisi ingin
- Sedih karena walaupun marah, tapi aku tak suka berkata-kata jahat padamu
- Senang karena ternyata kamu cuma bohong, apalagi demi aku
- Sedih, karena aku tidak suka cara bohong, walau demi aku sekalipun
- Kecewa, karena sepertinya semua kata-katamu paradoks: bisa dipercaya sekaligus tidak bisa

Begitulah kira-kira penyebabnya.

Lalu aku memutuskan untuk menggantungmu, karena mengucapkan perpisahan setelah setahun lebih bersama sangat tidak mudah. Kamu pun tak mau kan kehilangan (setidaknya) pertemanan kita? Ya, aku juga.

Aslinya, aku hanya ingin menghilangkan rasa cintaku padamu, bukan menghilangkan kamu seutuhnya dari hidupku. Apalagi pertemanan kita.

Namun... namun... sulit. Karena aku bisa jatuh cinta berkali-kali padamu. Aku suka kamu karena kamu adalah kamu, anggaplah begitu.

Namun sepertinya unknown feeling ini membantu. Tapi... kok... aku malah kehilangan segala hasrat terhadapmu, termasuk hasrat berteman ya?

Seolah-olah ingin membuangmu seutuhnya, karena terasa lebih baik. Bersama, atau tidak samasekali.

Maka sempat kuputuskan mengaku menghindar darimu selama 2 bulan. Tapi, niat awalku ingin menghilang selamanya. Karena aku ingin mendoorslam dirimu.

Niat awalku, karena ujung-ujungnya baru 4 hari saja aku sudah menghubungimu lagi walau sepatah-dua patah kata. Bedanya, perasaanku saat itu unknown.

Tidak seperti dulu yang full of love and friendship.

Begitulah, aku jadi tidak yakin pada diriku sendiri. Tapi jujur saja, unknown feeling ini ada bagusnya juga, aku jadi tidak ada beban dan bisa bertindak sesukaku.

Meskipun itu artinya aku juga tidak yakin menganggapmu apa. Apa masih layak disebut temanku, atau tidak?

Hahahahaha.

Kadang aku rindu kamu kalau ingat kamu, tapi tidak yakin, itu rindu sebagai perempuan atau cuma teman.

Kadang aku merasa: sayang ya kalau pertemanan yang sudah lama ini jika hancur. Tapi tidak yakin lagi setelah ingat bahwa perlakuanmu padaku tidak seperti aku padamu. Aku anggap kau sahabat, kau hanya teman.

Masih cintakah aku padamu? Entahlah.

Yah, begitulah, tidak jelas. My unknown feeling.


*28 November 2019
Apapun, semoga ke depannya kita berdua baik-baik saja, wahai Tuan sumber inspirasi pertama Midnight Poem.

Bagian dari Midnight Poem Another Side: Yang Tidak Bisa Dipaksakan

Bulan ini, saya belajar banyak.
Tentang menerima kehadiran orang-orang baru.
Melepaskan yang lama.
Dan menerima kenyataan.
Bahwa...
Ternyata yang namanya "tidak bisa dipaksakan" itu memang ada.

Seperti cintaku padanya, tidak mudah dihapus begitu saja, tidak bisa dihapus paksa. Walau sekarang sudah berangsur memudar sih.
Seperti pertemananku dengannya, tidak bisa dipertahankan ternyata, selama aku masih bisa jatuh cinta padanya, lagi dan lagi.

Seperti kini pula, ternyata aku tidak cocok dengan marshmallow, padahal mulanya cocok. Sangat sulit ternyata bagi kami jika memaksakan kebersamaan dalam durasi terlalu banyak.
Hahaha... lucu.

Saya banyak belajar, serius.
Bahwa manusia hanya bisa mencoba, tapi Tuhan yang menentukan.
:)

Dan tidak bisa memaksakan pula, aku yang tadinya biasa saja cenderung agak curiga padamu, justru sekarang malah nyaman wkwkwk.
Tenang, baru nyaman doang hahaha. Misalkan pun... aku tidak berharap.
Karena kita hanya sampingan wkwkwk.

Selasa, 26 November 2019

Midnight Poem part 3 (1) : wrong label!!

Orang Ketiga
-adoralic

Tiba-tiba kau hadir
Di antara kami
Awalnya kuanggap sedikit mengganggu
Meski tetap kuanggap teman

Kami tertarik padamu
Kamu tidak menyangka
Lalu kita berpadu
Karena kamu bersedia

Ternyata
Bukannya mengganggu
Justru malah kau
Yang jadi penengah

Kau yang jadi penengah
Dan mungkin diperebutkan
Olehku dan olehnya
Yang kini malah berseberangan

Kau jadi penengah
Dan mulai membuatku nyaman
Mengadukan keluh kesah
Hingga aku tertarik betulan

Aku belum tahu perasaanku
Apakah aku suka betulan
Apakah aku bawa perasaanku selama ini
Namun diriku tahu benar bahwa kutertarik

Padamu yang membuatku nyaman
Padamu yang punya sensasi mengalir
Padamu yang santai
Dan entah mengapa di beberapa sisi mirip dirinya

Bukan, aku tak bandingkan dirimu dengannya
Hanya saja aku tersadar
Mungkin tipeku memang seperti itu
Semacam kalian

Tapi aku ingat
Selalu ingat
Kau berharap yang sempurna
Takkan bisa aku bersanding denganmu

Dan... kita platonis
Memutuskan untuk itu
Bahkan meski suatu hari saling mencinta pun
Kuyakin hanya akan ada dalam hati masing-masing

Kita, sampingan
Begitulah kuanggap
Karena kau orang ketiga
Dan meski kau orang ketiga dalam kumpulan sajakku

Aku pun belum bisa terima kau seutuhnya
Karena sisi dirimu banyak yang belum terungkap

*26 November 2019
Baper gak yhaaaa?? Masih nggak paham, taunya masih tertarik sama nyaman doang wkwkwk

*Januari 2020
Update, salah label ini wkwkwk. Tidak ada apapun hingga saat ini. He is only my beloved brother, and we are platonic :v wkwkwk

Maka dengan ini saya menyatakan part 3 dihapus. Sejauh ini baru ada 2 part Midnight Poem. :)

*11 Maret 2023
Update: Nah, ini ternyata berubah lagi nih, akhirnya kenak beneran juga bapernya gw T_T merasuk ke relung jiwa, masuk Midnight Poem ke-enam aja lah yaa~ :") #labil

Jumat, 22 November 2019

Midnight Poem (31)

Terlepas dari Belenggu Janji
-adoralic

Aku yang berusaha setia
Dan berpegang teguh
Pada setiap kata-kata
Maupun perbuatanku

Aku tak sembarangan berucap
Karena ucapan harus kubuktikan dengan perbuatan
Dan itu tidak mudah
Maka berucap macam berjanji

Aku pernah berjanji
Padamu
Dulu tak kuanggap kebodohan
Bahkan meski bodoh, aku siap dibodoh-bodohi

Namun sekarang baru terasa bodohnya
Bukan, bukan janjiku
Janjiku tidak bodoh
Aku yang bodoh memilih orang

Aku berjanji pada orang yang salah
Begitu lebih tepatnya
Bukan perkara cinta
Namun perkara pertemanan

Bahkan sebagai teman pun aku tak dianggap setara
Bahkan sebagai teman pun aku tak diperlakukan semestinya
Bahkan sebagai teman pun aku dibodohi
Bahkan sebagai teman pun aku dibohongi

Karena janji, aku bertahan
Yang untungnya sudah kulepas belenggunya
Janji memang prinsipku
Namun tidak berteman dengan "sampah" juga prinsipku

Jika prinsip berbenturan dengan prinsip
Maka semuanya menjadi netral
Kemudian aku bisa mulai
Mengambil keputusan yang baru


*23 November 2019
Men-doorslam-mu adalah keputusan baruku.

Midnight Poem (30)

Doorslam
-adoralic

Sejak mengenalmu
Aku jadi makin bisa menyelami lebih
Selami tipe kepribadianmu
Dan bagaimana cara menanganinya

Aku tahu pula
Sebuah istilah
Ciri khas kalian
Doorslam

Doorslam
Membuang orang yang sudah dianggap tidak penting lagi
Dari kehidupan kalian
Bahkan tidak mengakui eksistensinya lagi

Doorslam
Ya, doorslam
Kini aku sedang belajar melakukannya
Padamu yang ternyata banyak jahati aku di belakangku

*23 November 2019
Aku manusia yang hatinya mudah terombang-ambing. Bulan lalu masih memilih setia, kemarin masih belum rela melupakanmu, hari ini tiba-tiba memutuskan untuk men-doorslam-mu.
Terlalu banyak kebohonganmu rupanya, dan aku tak suka itu, bahkan meski bohong demi kebaikanku.

Rabu, 20 November 2019

Midnight Poem (29)

Kuserahkan Semua Pada-Nya
-adoralic

Tekadku kini adalah menghilangkan rasaku padamu
Bahkan jika harus betulan meninggalkanmu
Mungkin akan kulakukan itu
Karena aku sudah tak punya janji

Namun, ada satu yang kupikirkan
Hubungan kita selama ini
Bukanlah hubungan pertemanan biasa
Kurasa banyak campur tangan Tuhan

Ingatkah kau saat kuceritakan
Pernah aku sangat berniat tak ingin membalas pesanmu
Segala cara telah kulakukan
Namun apadaya, takdir Tuhan tidak seperti mauku

Tetap saja akhirnya aku membalas pesanmu
Dan terus menjadi temanmu
Selain itu, banyak hal lain yang pernah terjadi
Begitulah salah satu alasan mengapa pertemanan kita cukup lama

Tuhan yang mempertemukan kita
Tuhan yang membuat kita tetap bertahan
Kini, kita berpisah
Tapi kalau kita ditakdirkan berhubungan selamanya...

Kalau kita ditakdirkan berhubungan selamanya
Atau paling tidak hingga kiamat nanti
Maka nanti pasti aku kembali padamu
Atau kamu yang datang padaku

Sebagai teman, jika memang begitu takdirnya
Atau sebagai... entahlah
Yang jelas karena itulah aku yakin
Aku yakin untuk meninggalkanmu

Karena seyakin itu pula diriku
Bahwa hubungan kita akan tetap baik-baik saja
Selalu baik-baik saja meski tidak bertemu
Dan yakin, pasti akan bertemu lagi

*20 November
Kalau rezeki ya, kalau rezeki kita bakal bertemu lagi kok kawan, dengan cara yang tak disangka mungkin hahaha.
Maafkan daku yang main menghilang saja, tapi kurasa rasa sakitmu tidak sesakit yang kurasakan kala kehilanganmu. Jadi, semangat! ^^

Midnight Poem (28)

Semoga
-adoralic

Meski menghilang begitu saja
Bagaikan pengecut
Meninggalkanmu dalam keadaan menggantung
Namun harapku, semuanya tetap

Meski kecewa padamu
Yang hanya menganggapku teman sebatas itu
Yang tega membohongiku agar aku berpaling darimu
Padahal aku tak suka dibohongi

Meski aku begitu
Namun harapku tetap sama
Semoga
Semoga kamu mendapatkan yang terbaik dalam kehidupanmu

Bahkan meski mungkin kita tidak berteman lagi
Karena aku tidak yakin akan kembali berteman lagi atau tidak

*20 November 2019
Baru sebentar sih, aku saja izin dua bulan hahaha.

Midnight Poem (27)

Kenyataan Pahit
-adoralic

Jika kau ingin tahu
Tidak, kuyakin kau bisa bayangkan sendiri
Hal yang paling sulit dan menyakitkan bagiku
Adalah kehilangan dirimu

Aku pernah kehilanganmu sebagai seorang pria
Lalu bertepuk sebelah tangan
Tapi tak mengapa, aku tak terlalu mengharapkan itu
Aku lebih berharap pada pertemanan kita

Karena pertemanan kita lebih manis
Lebih dalam dan bermakna daripada romantis
Begitulah menurutku
Namun rupanya tidak bagimu

Jika tak bisa memilikimu, setidaknya aku ingin jadi sahabatmu
Jika bertepuk sebelah tangan dalam cinta, setidaknya tidak dalam pertemanan
Namun, ternyata aku hanya sebatas itu bagimu
Bahkan dalam pertemanan

Mungkin aku memang temanmu
Teman yang menurutmu cukup penting
Sayangnya tetap saja, tak sebanding
Rasaku tetap lebih besar daripada kamu

Kamu sahabatku
Aku? Hanya salah satu temanmu
Aku curahkan waktu untukmu, kuterima kamu apa adanya (dulu)
Kamu? Hanya datang padaku untuk mencari manfaat di kala butuh

Begitulah, kenyataan pahit yang menghantamku
Membuatku meralat janjiku tuk setia di sisimu
Meski bisa saja aku tetap mempertahankan janji itu
Tapi buat apa?

Aku sayang sahabatku, kamu
Tapi maaf, aku tak sanggup terus bersahabat denganmu
Karena rasa cintaku yang tak kunjung pudar
Ditambah rasa kecewa karena kita tak seprinsip dalam pertemanan

Namun, meninggalkanmu baik-baik
Mengucapkan terimakasih dan salam perpisahan
Aku tak sanggup
Karena kehilanganmu, sebagai semuanya, itu terlalu menyakitkan

Tak sanggup berteman, namun tak sanggup pula meninggalkan
Maka izinkan aku menghilang saja

*20 November 2019
Yang masih menangisimu, soulmateku.
Sejujurnya aku benci mengapa semua jadi rumit karena aku mencintaimu. :"

Rabu, 13 November 2019

Midnight Poem part 2 (6)

Tidak Muluk Muluk
-adoralic-

Tidak muluk-muluk
Mimpiku
Karena pernah kukatakan sebelumnya
Hatiku sudah cacat

Tidak muluk-muluk
Harapku
Karena pernah kukatakan
Aku selalu berpikir akan dibuang orang

Aslinya, aku tidak pernah berharap pada orang
Sebagaimana diriku tidak ingin diharapkan orang lain
Buang saja aku, jika kalian mau
Karena aku tidak bisa membuang kalian

Tapi kamu, aku tak ingin kehilanganmu
Setidaknya, pertemanan kita jangan sampai rusak
Tak masalah, ku tak bermimpi memilikimu sebagai wanita
Asalkan aku tak kehilangan dirimu seluruhnya

Yang terlanjur masuk ke dalam hidupku
Aku tak bisa membuangnya, sulit
Mungkin itulah kelemahanku
Sekaligus kekuatanku

Bertemanlah, bertemanlah denganku
Setidaknya jangan tinggalkan aku sebagai temanmu
Aku suka kamu, sayangku
Tapi aku siap jadi temanmu

*14 November 2019
Ini adalah yang kusebut: aku siap mencintai lagi, tapi tidak siap dengan kebahagiaan, malah siap terluka lagi. :)
#hopeless_romantic

Midnight Poem another side (5)

Cacat
-adoralic-

Dulu, kamu terlalu keras pada logikamu.
Dan hatiku terlalu lembut, hingga tak bisa menerima kenyataan.
Tapi aku pura-pura kuat, seolah mampu menerima segalanya.
Selalu.

Namun aslinya aku merana.
Sangat merana.
Tapi hidup terus berjalan bukan?
Bahkan walau aku lelah berpura-pura.

Dan sepertinya kini aku cacat.
Hatiku, cacat.
Tak bermaksud menyalahkanmu, apalagi Tuhan.
Hanya saja... sedih ya.

*14 November 2019
Kini cacat, tak bisa kuberharap kisah indah pada setelahmu. Hanya bisa "mencintai lagi dan siap untuk menderita lagi karena cinta".

Midnight Poem (26)

Kurasa Sampai Sini, Entahlah
-adoralic-

Kurasa sampai sini, hanya sampai sini
Kasihku untukmu, cintaku untukmu
Kurasa
Karena kamu telah menemukan yang lain kan?

Kurasa sampai sini
Tugasku t'lah usai
Karena ternyata t'lah kau temukan yang lain 
Dan aku tak sesetia itu

Bukannya aku tak bisa setia
Bisa, hanya saja kau bukan sesiapaku
Setia padamu nampak bagai kebodohan
Bahkan mungkin di matamu

Kita berteman, dan kau menolakku dua kali
Kita berteman, dan kau suruh aku cari yang lain
Yang awalnya tak bisa
Karena aku hanya ingin bersama orang yang kusukai, kamu

Kemudian kutemukan orang lain
Yang bisa membuatku suka dan menginginkan lagi
Dan kebetulan itu, dirimu juga memiliki orang lain
Maka sempurna lah

Kita teman, masih teman
Tentu saja, itu janjiku padamu
Hanya saja hatiku mungkin sudah bukan untukmu
Seperti harapmu bukan?

Aku sayang kamu, masih
Tapi cintaku... entahlah
Mungkin memang kini waktu yang tepat
Untuk mengakhiri cinta itu

Mungkin, karena jika terkait dirimu aku bisa labil
Lihat saja beberapa waktu lagi
Masihkah ada kisah tentang dirimu
Atau selalu tentang orang lain?

*14 November 2019
Harusnya kutulis kemarinan. Namun aku ingin lebih mantap.
Kalau datang baik-baik, pergi baik-baik :")
Terimakasih, telah mengajariku tentang cinta selama 1 tahunan ini. Aku pamit, soulmate. Tapi semoga dirimu tetap soulmateku. Dan kita saling menyayangi dalam bentuk yang lain.

Midnight Poem part 2 (5)

Hujan Sepagi Ini
-adoralic-

Hujan sepagi ini
Rintiknya terdengar
Merintih
Mungkin seperti hatiku

Hujan sepagi ini
Dinginnya terasa
Menusuk-nusuk
Mungkin bagai hatiku yang tertusuk

Hujan sepagi ini
Derasnya terasa
Mengalir
Mungkin bagai airmataku

Hujan sepagi ini
Menyadarkan bahwa aku semalam
Menghujani pipiku dengan air mata
Untuk tersadar bahwa diriku tak mau kehilanganmu

*14 November 2019
Keempat kalinya kita "bersua", dan... yaa... gila juga, kamu sudah bisa membuatku menangis. Aku makin yakin tentang rasaku, sebagaimana aku makin takut kehilanganmu.
Namun di sisi lain, aku juga ingin kehilanganmu meski akan berdarah, hanya untuk sekadar memenuhi egoku terkait logikaku yang negatif.

Senin, 11 November 2019

Tanpa Tuhan Aku Bukan Sesiapa

Tanpa Tuhan Aku Bukan Sesiapa
-adoralic-

Aku hancur, aku menderita
Dan aku bisa sembuh
Jikalau aku mau
Namun, aku memilih menyakiti diri sendiri

Aku hancur, aku menderita
Akibat keisenganku, ulahku sendiri
Jikalau aku mau, aku bisa belajar tak mengulanginya lagi
Namun, aku malah memilih menyakiti diri lagi

Tapi satu hal yang kusadari
Semua salahku, aku yang salah
Dan aku yang memilih salah
Bukan Tuhanku yang Agung

Tanpa Tuhan aku bukan sesiapa
Tapi Tuhan yang membuatku jadi sesiapa
Meski diombang-ambingkan dalam berbagai derita
Tetap saja Tuhan yang menjadi Tuhan, bukan aku

Tuhan sudah menunjukkan jalan kebenaran
Namun diriku yang memilih jalan lain
Beginilah memang
Jika iman baru sebatas dalam pikiran, belum merasuk

Namun, tanpa Tuhan aku bukan sesiapa
Maka tetaplah diriku ini beriman
Berusaha untuk itu
Meski iman yang selemah-lemahnya iman

Sebagai teis, aku minta maaf
Maaf telah mencemari nama baik jalan Tuhan
Dan tentu saja minta maaf pada Tuhan
Maaf Ya Tuhan, belum bisa membuktikan cintaku pada-Mu dengan perbuatan

*12 November 2019
Catatan seorang teis yang "ingin bertaubat" segan, tapi "terus berlinangan dosa" tak mau.

Minggu, 10 November 2019

Midnight Poem part 2 (4)

7 Waktu Bersamamu
-adoralic-

Di hari ke 7 pertama kita jumpa, rasanya
Lalu tanpa sadar, 7 hari mengenalmu
Lewat tulisan, saling bertukar kata
Hingga kita pun bersua lewat suara

7 hari kemudian, tiga masa kita jumpa
5 waktu bagaikan sembahyang
Sepenggalan waktu, yang bernilai 2
Dan yang terakhir 7 waktu

7 waktu bersamamu
Yang kau sebut rekor
Entah siapa yang gila
Aku atau dirimu

7 waktu bersamamu
Entah mengapa tak bisa dicegah
Padahal ingin kita cegah
Namun tak rela pula

7 waktu bersamamu
Adakah lanjutannya?
Atau... menjadi yang terakhir
Kala kejenuhan mulai melanda

Semoga, apapun itu...

*11 November 2019
Dear marshmallow, masih terngiang-ngiang suaramu, canda tawa kita, dan pertanyaanku: "Kita ini ngapain sih?" Hahaha.

Sabtu, 09 November 2019

Midnight Poem another side (4)

Dan Lebih Baik Aku
-adoralic-

Terkadang
Hidup itu bercanda
Sebercanda itu
Hari ini tersenyum
Besok menangis
Tiba-tiba tertawa

Namun buatku, semua nampak sama
Pada akhirnya semua hampa
Hampa, selalu ada kehampaan di baliknya
Terkadang hingga diriku merasa
Mati itu seperti apa sih?
Hampakah?
Atau lebih banyak derita?

Aku penasaran
Ingin mati
Atau ingin menghilang saja, dari dunia ini
Aku ingin menghilang dari permukaan

Dan perasaanku, kadang ingin kubunuh
Kubunuh berkali-kali, biar betulan mati
Karena dia aku tak paham
Mengapa diriku sebegininya
Apa sih yang kumaui?
Mengapa dengan mudahnya diriku menderita?
Menggantungkan sayap mimpi pada orang lain
Berharap bisa dibawa terbang bersamanya

Mengapa harus pada orang lain?
Mengapa harus ada orang lain?
Padahal aku benci orang
Ya, sebenci itu

Tapi sebegitu pula aku berharap
Ada orang yang seperti diriku
Dan suatu saat akan mengajakku
Terbang bersama ke langit ketujuh

Entah siapa, entah siapa
Atau bahkan mungkin hanya fatamorgana

Namun kembali lagi kubertanya pada diriku
Mengapa harus bersama orang?
Mengapa?

Maka terkadang terlintas dalam benakku
Ketika aku telah tersadar, lebih baik aku sendiri
Ya, lebih baik aku sendiri
Dan lebih baik aku membunuh perasaanku dalam kesendirian

*10 November 2019
Entah ini fase healing atau malah fase menghancurkan diri sendiri. Diriku yang selemah dan sebucin itu.

Midnight Poem another side (3)

Aku, Kelabilanku, dan Kesakitanku
-adoralic-

Aku mencintaimu, sayangku
Namun tak terlalu berharap kita bersama
Kecuali hanya untuk membuatmu bahagia
Hanya sebatas itu

Karena setahuku, kamu banyak menderita
Dikecewakan, dan disakiti oleh kehidupan
Dan jika kamu butuh orang seperti diriku
Aku siap berada di sisimu

Karena aku punya kemampuan di atas rata-rata
Bukan maksudku pamer, namun aku serius
Dan kurasa kamu akan nyaman jika bersama orang sepertiku
Apalagi bila kubertekad jadi yang terbaik buatmu

Aku mencintaimu, aku sayang kamu
Aku ingin kamu bahagia
Dan memang jika bukan aku, aku pun tak masalah
Selama kamu bahagia, dengan siapapun pilihanmu

Semoga dia bisa mengerti kamu
Benar-benar sayang kamu
Dan bisa membuatmu bahagia
Serta bisa membuatmu jadi sosok pria paling baik di dunia ini

Lalu aku?
Rasanya masih campur aduk
Sedikit kecewa dan cemburu pasti ada
Tentu saja, aku pun punya hati pada diriku sendiri

Kau tak kunjung membalas pesanku
Tanpa keterangan, tanpa alasan
Rupanya sedang mencintai yang lain
Baiklah kupaham

Walau normalnya aku merasa teriris
Namun aku sudah terlalu terbiasa menghadapi tingkahmu
Jadi kubiarkan saja, bagai angin lalu
Meski bagi orang biasa tingkahmu mungkin keterlaluan

Yah begitulah, sudah kubilang kemampuanku di atas rata-rata
Makanya aku sempat tak mau meninggalkanmu
Selama aku belum melihatmu bahagia dengan orang lain
Namun sepertinya kini tak mengapa

Mungkin bisa mulai kubuka hatiku
Bagi si manis, yang secara ajaib mampu menggoyahkan diriku
Dan membangun tempatnya sendiri
Di dalam hatiku

Dia adalah dirinya, tanpa bayang-bayang kamu
Hanya saja kemarin aku sempat takut
Takut kamu menyesal misalkan kehilangan aku
Namun sepertinya tidak, aku hanyalah temanmu

Baiklah, kamu juga hanyalah temanku
Mungkin, kini saatnya berhenti mencintaimu
Meski aku belum yakin
Karena jika terkait dirimu aku sering labil

Tapi mungkin kini saatnya memulai lembar baru
Aku mulai tertarik dan ingin mencoba dengan si manis
Bahkan meski kelak bernasib sama seperti ketika bersamamu
Membuatku terluka hingga berdarah-darah pada akhirnya

Begitulah, namun masih tak tahu
Karena masa depan tak ada yang tahu pasti
Kecuali setelah mengalaminya
Ketika masa depan telah menjadi masa kini, bahkan masa lalu

*10 November 2019
Ingin kumenangis namun tak bisa, saking sudah terlalu terbiasanya menangis karenamu mungkin. Hahaha.

Midnight Poem part 2 (3)

Kamu yang Mengusik Aku
-adoralic-

Kamu yang mengusik aku
Namun lembut
Menyusup perlahan
Membuatku nyaman

Meski tetap kuterusik
Karena apalah niatmu
Hanya sebatas teman
Ya, hanya itu

Nyaman pada teman
Sesungguhnya terlampau sulit bagiku
Aku lemah menahan perasaan
Pada dirimu yang begitu manis

Namun aku punya kekuatan
Yang tak dipunya semua orang
Aku kuat jadi temanmu, teman siapa saja
Meski perasaanku jatuh dan berkembang

Begitulah
Dan kurasa aku mulai siap, mungkin
Memulai kisah yang baru
Bahkan meski akan berdarah kembali

*9 November 2019
Hai kamu, terimakasih selalu mau menyemangatiku (dan siapa saja) dengan manis.

Jumat, 08 November 2019

Apakah Introver Cocok Berpasangan Dengan Sesama Introver?

Tulisan ini saya pos di salah satu akun milik saya.

***

Apakah Introver Cocok Berpasangan Dengan Sesama Introver?

Sepertinya saya sedang stres, dan entah mengapa kali ini saya memilih platform ini untuk menumpahkan isi kepala saya.

Kenapa juga saya membuat pertanyaan ini, dan mengapa pertanyaannya seperti ini?

Jawabannya adalah… mungkin karena saya agak "lelah" sehabis menghadapi drama "beda alam" hahaha.

Nggak hanya sebuah, namun beberapa drama yang intinya sih sama, "beda alam".

Dia introver, kamu ekstrover. Atau kebalikannya.

Beda alam itu nggak mudah. Bisa kok bersatu, tentu saja, tapi nggak mudah.

Nggak semudah pasangan yang berada di alam yang sama. Bahkan di alam yang sama saja nggak mudah kok, apalagi beda alam?

Nggak semudah: berlawanan sifat akan menciptakan ketertarikan dan daya tarik-menarik yang bisa menciptakan persatuan.

Oke, anggaplah menciptakan ketertarikan dan persatuan itu mudah, namun bagaimana dengan mempertahankannya?

Apakah kalau misalnya terjalin hubungan, ingin sebatas hubungan untuk bersenang-senang, atau untuk jangka panjang?

Sebetulnya, hubungan apapun, mau di alam yang sama mau yang berbeda, pasti sama-sama butuh effort agar bisa bertahan. Antara lain butuh sikap saling pengertian, kesabaran, toleransi, bisa berkomunikasi yang baik, bisa berdiskusi dengan baik, berpikiran terbuka, bisa membuat kesepakatan jalan tengah, sesekali mau mengalah, dan tentunya ada kasih sayang.

Tapi effort untuk bertahan yang harus dikeluarkan pasangan "beda alam" kemungkinan lebih besar sih daripada pasangan yang berada di alam yang sama, kecuali jika bertemu pada saat sudah sama-sama berkepribadian matang.

Dan pada kasus yang beberapa kali saya jumpai, ekstrover kesulitan memahami pasangannya yang introver, dan para introver lama-lama lelah berusaha memahamkan ekstrovernya.

Biasanya sih perbedaannya di mindset, sudah sama-sama kaku di mindset masing-masing. Introver dengan kecenderungan individual dan subjektivitasnya yang lebih kental, sedangkan ekstrover dengan kecenderungan sosial dan komunalnya.

Jadi… apa hubungannya dengan pertanyaan yang saya buat?

Menurut saya, introver dengan introver itu kemungkinan besar cocok. Ya asalkan kaliannya bisa nyambung dan saling merasa nyaman aja sih. Setidaknya, alam yang sama membuat mindset kalian secara garis besar terdapat kesamaan lah, jadinya nggak beda-beda amat gitu.

Malah saya merekomendasikan introver—introver, dengan catatan minimal salah satu di antara kalian ada yang cerewet. Karena tidak semua introver itu pendiam, dan tidak semua pendiam itu introver.

Setidaknya kalian masing-masing tidak terlalu sulit menerjemahkan pasangan masing-masing, dan… tidak menyulitkan orang lain (maksudnya ekstrover) dalam menerjemahkan kalian.

Saya bukannya bermaksud melarang atau mencegah untuk menjalin hubungan "beda alam" ya. Tentu saja boleh, malah bagus kalau berhasil. Sangat bagus, kalian luar biasa!

Namun, ada baiknya sebelum memasuki hubungan, terutama "beda alam", plis tingkatkan dulu ini:

Sikap saling pengertian, kesabaran, toleransi, bisa berkomunikasi yang baik, bisa berdiskusi dengan baik, berpikiran terbuka, bisa membuat kesepakatan jalan tengah, sesekali mau mengalah, dan tentunya ada kasih sayang.

Sekian dari saya. Terimakasih buat yang sudah menghabiskan waktu membaca tulisan ini.


Saya pribadi pun dari dulu berusaha mencari pasangan sesama introver. Untuk berteman sih oke dengan siapa saja, tapi untuk berpasangan, kalau bisa ya introver saja. Dan saya tipe yang termasuk cerewet jika sudah nyaman dengan orang.

Selasa, 05 November 2019

Best Friends

Best Friends adalah kata yang haram buatku, sejak saat itu.

Namun kini sepertinya, ia mulai kembali...

***

Tahun Baru Masih Lama
-adoralic-

Pagi hari, kutemukan tontonan.
Perpisahan, ah mengapa itu temanya.
Mengingatkan diriku pada kalian.
Sahabatku tercinta, jika boleh kuakui demikian.

Masih lama, tahun baru itu masih lama.
Itulah mengapa kubenci tahun baru.
Selain karena kembang apinya yang berisik.
Dan menyala indah, namun hanya sekejap.

Masih lama, tahun baru itu masih lama.
Seperti aku dan kalian.
Sampai nanti pun masih bersama.
Karena hati kita telah sama.

Meski terpisahkan jarak
Meski terpisahkan waktu
Kita tahu kemana harus "pulang"
Karena hati kita telah bersatu.

***

Jangan Tanya Aku, Cukup Tanya Hatimu
-adoralic-

Tulisan ini, mengudara
Dipandang sejuta mata
Namun hanya dirimu
Arti dari ini semua
Sisanya hanya penonton
Bukan sumber inspirasi
Bukan sumber segala resahku
Wahai tebaklah, dirimu kah yang kumaksud?
Jangan pernah tanyakan aku, karena aku yang bertanya :)

-salam, sobat Tsunderemu

***

Buat sahabat-sahabatku yang akan berpisah jarak dan waktu. Aku sedang sentimentil.

Tata Cara Membaca Midnight Poem

Apa itu Midnight Poem? Sudah pernah saya jelaskan lebih detail di postingan yang telah lampau, silakan cari saja dengan keyword "Asal Usul Midnight Poem". Intinya secara singkat, midnight poem adalah kumpulan sajak yang saya tulis ketika saya galau. :)

Beberapa istilah yang harus anda ketahui terkait midnight poem:

-Midnight Poem: ini maksudnya midnight poem part 1. Karena pertama tidak perlu saya beri part. Kumpulan sajak yang menceritakan tentang dia, yang kusayang, yang menjadi asal mula kelahiran "label ini"

-Midnight Poem part 2, part 3, ... dst: sejauh ini baru sampai part 2. (Itu juga... saya ragu yang part 2 akan menjelma atau hanya sekilas lewat.) Part ini untuk menandakan orang yang berbeda. Beda part berarti beda orang. Isinya sama saja, sajak untuk seseorang.

-Midnight Poem another side: sajak mengenai diriku sendiri dan isi pikiranku.

-Bagian dari Midnight Poem: postingan yang terkait dengan midnight poem, namun tidak berbentuk sajak.

Baiklah, sekian dari panduan dari saya :)

Minggu, 03 November 2019

Midnight Poem (25)

Entah
-adoralic

Entahlah
Apakah kamu kunci
Yang membuka duniaku lebih luas
Atau orang lain adalah kunci
Yang membuat diriku makin bisa mengenalmu
Entahlah, diriku tak mengerti
Yang kutahu, aku ingin lebih mengenalmu
Dan mengerti kamu
Sebagai dirimu sendiri, yang sebenarnya
Agar aku bisa mendukungmu dengan baik


*4 November 2019
Aku mencintaimu sayangku, kalau fana ingin nyata, kalau tidak tahu ingin mencoba tahu. Terserah dicintai balik atau tidak, aku kan "sebodoh" itu :)

Bagian dari Midnight Poem Another Side: Setangkai Bunga Soka

Ini adalah salah satu cerpen favorit saya. Menceritakan perasaan dengan perumpamaan bunga soka. Bergumpal-gumpal dan setangkai bunga soka.

Sejak awal, kisah ini menyentuh hati saya. Saya pertama kali baca ini waktu SMP. Dulu saya, yang tidak pernah dicintai, pernah berpikir: setidaknya ya, dia masih menjadi soka meski hanya setangkai. Setidaknya rasanya masih berbalas walau sedikit.

Kalau saat ini, mungkin kisah ini mulai mirip keadaanku, ada bergumpal-gumpal soka dan setangkai soka di dalam hatiku. Entah yang setangkai itu akan menjadi gumpalan pula atau tetap hanya setangkai.

***

Saya ingin menceritakan ulang kisah ini versi saya:

Tokoh utama dalam kisah ini adalah Alana, yang sedang mengenang masa lalunya, yang diam-diam (meski ketahuan sih) mencintai sahabatnya yang bernama Seta. Namun suatu hari sahabatnya menghilang ditelan bumi, meninggalkan Alana dengan sejuta kenangan indah sekaligus perasaan sakit yang teramat dalam karena ditinggal ketika sedang sayang-sayangnya. Tiap hari Alana melamunkan kepergian Seta, ditemani oleh teman sekamarnya di kos, Alen, yang berusaha menyadarkan Alana bahwa kehidupan bisa terus berlanjut jika Alana mau mencoba move on.

Alana dan Seta sebelumnya tinggal di kosan yang bersebelahan. Kosan mereka dibatasi oleh rimbunan tanaman soka.

Suatu hari Seta melukis sebuah lukisan yang indah. Lukisan bunga soka yang bergumpal-gumpal. Sangat cantik. Alana yang sangat tertarik ingin memiliki lukisan tersebut, namun Seta melarang. Lukisan tersebut rupanya akan diberikan Seta pada gadis yang sangat ia cintai, dan itu bukan dirinya.

Alana yang mengetahui hal tersebut patah hatinya.

Apalagi ketika esok-esoknya, Seta malah menyuruh Alana mencoba jalan dengan lelaki lain, jangan terus berduaan dengannya. Makin remuk redam hatinya. Tapi Alana pura-pura tegar.

Pertemanan mereka tetap berlanjut, hingga suatu hari mereka bermain kejar-kejaran, hingga Seta berkata: "Sampai kapanpun kamu nggak akan bisa ngejar aku, Lan. Nggak akan bisa."

Alana merasa tertampar, untuk suatu alasan yant tidak jelas, ia merasa itu kode aneh dari Seta, entah apa maksudnya.

Lalu suatu hari, Seta kembali melukis bunga soka, namun kali ini hanya setangkai. Alana yang penasaran bertanya, mengapa kali ini hanya setangkai?

Seta pun menatap dalam mata Alana, kemudian berkata. Saya lupa kata-kata persisnya, tapi intinya gini:

Pernahkah kamu sangat mencintai seseorang. Cinta yang sangat mendalam. Namun suatu hari kamu sadar kamu tidak bisa terus bersama dan memilikinya, hingga akhirnya dia meninggalkanmu dan kamu kehilangan. Tapi ada cinta yang lain yang setia menunggumu. Dan kamu menyadari itu, lalu berusaha menerimanya. Sampai akhirnya kamu pun bisa mencintai orang yang baru itu. Meski kamu sadar, bahwa cinta yang baru tidak pernah dan tidak akan sebesar cinta yang lama.

Alana terdiam, ia sibuk menerka-nerka nama dalam hatinya, meski ia takut sekali jika tahu kenyataannya. Akhirnya dia tetap bungkam hingga topik teralihkan.

Setelah pertemuan kala Seta melukis setangkai soka itu, Seta menghilang ditelan bumi, tanpa kabar apapun, tanpa pamit.

Ending dari cerita ini adalah… ketika Alen, teman bergalau ria Alana pergi meninggalkan kos untuk pulang ke kampung halaman setelah sekian bulan menunggu urusannya selesai sembari menemami Alana bernostalgia.

Alana sedih sekali harus kehilangan teman lagi, namun ia sadar bahwa memang tidak akan selamanya mereka tinggal di kosan itu.

Ketika membantu Alen beberes, Alana menemukan suatu benda yang familiar.

Lukisan bunga-bunga soka!

Rupanya, sebelum pergi, Seta sempat memberi lukisan pada Alen, lukisan soka yang bergumpal-gumpal. Sekaligus menitipkan lukisan setangkai soka untuk Alana.

Ternyata sebelumnya, Alen dan Seta pernah berpacaran, namun putus karena Alen tidak bisa melanjutkan hubungan tersebut akibat keluarganya sudah pasti akan menjodohkan Alen dengan pria lain. Nah, dikala itu, mulai muncul lah Alana dalam kehidupan Seta.

Seta berusaha menerima kenyataan, dan mencoba menerima Alana pula. Namun pada akhirnya ia tak sanggup menerima kenyataan bahwa Alen akan pulang kampung untuk menikah, sehingga ia memutuskan kabur duluan setelah menyelesaikan lukisan-lukisannya. Ia juga tak sanggup menatap mata Alana yang diam-diam mencintainya begitu dalam, sementara ia tidak mampu membalas sama besarnya, meski sudah sayang sekalipun.

Pada akhirnya, pergi adalah pilihan terbaik bagi Seta.

Alana menatap lukisan miliknya. Lukisan setangkai soka yang indah, terlalu indah. Hingga ia teringat kode dari Seta.

"Sampai kapanpun kamu nggak akan bisa ngejar aku, Lan. Nggak akan bisa."

***

Dan juga, ini saya berikan foto cerpen aslinya juga kalau dirasa cerita saya kurang ngena. Selamat membaca Setangkai Bunga Soka. :)

#note: foto hanya bisa dilihat dengan jelas pada mode "web"



*3 November 2019
Untuk soulmateku tersayang dan marshmallow. Kalian pasti tahu kalian yang mana. Dan kurasa marshmallow tak mencintaiku seperti Lana pada kisah ini hahaha.

Midnight Poem another side (2)

Lagi-lagi kutemukan
Setelah sebelumnya menemukan yang serupa

Sudah waktunya kah?
Atau hanya cocoklogi semata?

Aku masih menunggu perkembanganku dengannya
Namun si manis pun muncul perlahan, entah sebagai apa

Entah bagaimana
Nasib kita semua masing-masing ke depannya

Jumat, 01 November 2019

Midnight Poem another side

Hampa
-adoralic-

Hampa
Diriku
Memikirkan ini
Memikirkan itu

Sendiri
Gila dan merana
Mau ini, mau itu
Tapi pada akhirnya tak mau apapun

Pada akhirnya hanya mempertanyakan
Ini semua buat apa?
Sebelum kemudian terjebak gelap
Dan kembali ingin menghilang dari dunia ini

Menghilang sejenak
Bukan mati
Hanya sejenak
Tapi hilang betulan

Aku yang berjiwa bucin
Mau ini, mau itu
Harap ini, harap itu
Padahal aslinya lelah

Lelah, ingin berhenti begini
Kadang ingin mati rasa
Namun bukan manusia jika tak berperasaan
Dan seolah kehilangan diriku jika begitu

Yang kutahu, aku adalah
Perasaan yang mendalam
Pikiran yang rumit
Dan paradoks hidup

Akulah
Manusia yang ceria
Manusia yang sedih
Dan manusia yang hampa

*1 November 2019
"Capek" anjir jadi "bucin", apalagi hopeless romantic mulu wkwkwk.
"Lelah" gue dengan manusia.
Gue ingin berhenti, tapi gabisa.