Jumat, 29 Mei 2020
Midnight Poem part 3 (12)
You're My Fairy Tale
-adoralic-
Kumenemukanmu dalam kekaguman
Merajutmu dalam imajinasiku
Memuliakanmu dalam kepalaku
Mengagumimu dari kejauhan
Kemudian bagaikan mimpi
Kau datang padaku, dengan cara tak biasa
Tak biasa seperti tak biasanya kamu
Dan malah membuat hidupku mirip tayangan drama
Lalu, seolah masih kurang serupa dengan drama
Muncul lagi suatu keanehan yang lain
Anime itu...
Ah... anime itu...
Mengapa...
Mengapa tokohnya harus mirip denganmu
Dan mengapa aku harus mencari tahunya
Untuk kemudian menemukan fakta bahwa...
Mirip...
Bukan hanya kamu, aku pun
Pasangannya, gadis tokoh anime itu
Mirip aku, sebagaimana kamu mirip pria itu
Dan alurnya...
Mengingatkanku pada alur milik kita
Serta alur hidupku sendiri
Aku mirip dengannya, gadis anime itu
Dan caranya memandang pria itu
Mencintainya, menyayanginya, memperhatikannya
Itu adalah bagaimana diriku kepadamu
Serupa, bahkan meski kami tokoh yang berbeda
Ahhh... dan jangan lupakan... boneka itu
Sungguh, kutak paham mengapa
Bahkan hingga detail kecil sekalipun
Mengapa semua terlihat amat sangat kebetulan?
Kebetulan, apakah itu ada?
Jika ada, benarkah memang seperti ini?
Benar-benar mengejutkan
Sekaligus menakjubkan
Sungguh kutak paham, mengapa semuanya begini
Kecuali jadi menyadari sesuatu
You're My Fairy Tale
Karena setelah aku menemukanmu
Tiba-tiba semua hal ajaib yang seolah dongeng, muncul
*29 Mei 2020
Dear My Master, ini gilaaaa XD
If you're Elias, i think, i'll love you as same as Chise love Elias. :)
Minggu, 24 Mei 2020
Midnight Poem part 3 (11)
Andai
(Puisi disalin dari akun Quora saya)
-adoralic-
***
Andai waktu bisa diputar ulang
Dan kembali ke masa yang telah berlalu
Akankah kupilih jalan ini lagi?
Memilih melalui ini semua?
Kurasa iya, pasti iya
Untukku yang akhirnya pantang memandang ke belakang
Semua yang terjadi biarlah terjadi
Andai-andai itu… tiada berguna
Yang berguna hanya jika semua bisa kukendalikan
Angkat telunjukku, dan semua berubah bagai mauku
Nanti tinggal kunikmati semua yang kumau
Gravitasi yang menarik hatiku semakin dalam, misalnya
*24 Mei 2020
When I choose, I choose seriously. When I feel, I feel deeply. When I think, I think deeply. When I love, I love truly. :)
But, i know that: we always fall in love with people we can't have.
Midnight Poem part 3 (10)
Apakah Sesingkat Ini?
-adoralic-
Apakah sesingkat ini?
Apakah harus berakhir begini?
Kisah kita...
Apa memang tak bisa bersama?
Aku menunggumu
Namun yang selalu kubayangkan adalah bagian terburuknya
Kita berakhir
Aku dan kamu akhirnya berpisah
Semoga tak kembali seperti dulu
Yang asing, benar-benar asing
Ketika aku belum mengenalmu
Apalagi kamu mengenalku
Tentu aku akan tetap mengagumimu
Seperti sebelumnya, seperti seharusnya
Memang seharusnya makhluk bumilah yang menatapi langit
Bintang tak perlu repot turun ke bumi
Dan tentu cintaku tak sesingkat itu, aku yakin
Sekurangnya, sampai satu atau dua bulan lagi
Dirimu masih menghiasi relung hatiku
Aku yakin, selalu yakin
Kau adalah cinta yang unik, kusadari ketika tiada
Dan memang yang namanya cinta itu
Justru terasa ketika berpisah ya
Ketika orangnya telah tiada, baru terasa artinya
Memang begitulah cinta, karena...
We always fall in love with people we can't have
*24 Mei 2020
Selamat Hari Raya Idul Fitri. Ah, makin lengkap "trauma" lebaranku hahaha. :)
Tapi tak apa, tak apa. Aku mencintaimu, dan aku tak menyesal. :)
Pergilah, jika memang lebih baik bagimu, dan lagi-lagi aku akan "bertahan" akibat kehilangan. Tenang saja, aku kuat. :)
I love you.
Jumat, 22 Mei 2020
Midnight Poem part 3 (9)
Kali Ini Kumohon, Jangan Pergi
-adoralic-
Setelah sekian sulitnya menerima realita
Aku harus kehilangan "rumahku"
Aku tak bisa bersamanya
Harus melanjutkan hidupku
Tanpa berharap lagi, tanpa harus "rumah"
Setidaknya mungkin menemukan orang lain
Yang membuatku nyaman
Meski tiada lagi "rumah"
Ketika menemukan, rasanya lebih baik
Aku bisa menyukai orang itu
Namun tetap saja, tidak senyaman "rumah"
"Rumah" tetap yang terbaik
Dan ajaibnya... aku menemukanmu
Bintang jatuhku yang jatuh untukku
Dengan cara yang ajaib
Namun perpaduannya lebih ajaib lagi
Kau adalah bintang, aku adalah makhluk bumi
Dan kita butuh jembatan untuk menjembatani perbedaan
Sayangnya hingga kini belum ditemukan
Bahkan malah kini kita terhalang jurang
Tapi lucunya, aku tahu... kamu punya "rumah" juga
Aku bisa "pulang" kepadamu
Asalkan... kutemukan jembatannya
Hingga aku bisa menggapaimu
Sayangnya, kita malah terkena masalah
Yang mungkin akan membuat kita kandas
Dan kau akan pergi dariku
Aku akan kehilangan lagi
Mungkin memang perpisahan yang terbaik bagi kita
Namun... seandainya boleh memaksa...
Master, jangan pergi
Kumohon, jangan pergi
Tuhan, kali ini kumohon, tolong dia jangan pergi
Jangan biarkan ia pergi dariku
Aku "lelah" harus kehilangan lagi
Aku mau "pulang"
Tolong jangan iming-imingi aku dengan "rumah"
Jika tak kumiliki kesempatan menemukan jalan "pulang"
*23 Mei 2020
Dear Master, sesungguhnya aku berharap kau mau bertahan untukku, sebagaimana kau jatuh padaku.
Namun, jika berpisah memang lebih baik bagi kita semua, terutama kamu, aku terima.
Meski lagi-lagi dengan hati yang berdarah. :")
Midnight Poem part 3 (8)
Air Mengalir dan Rumah Itu
-adoralic-
Aku pernah jatuh cinta
Satu kali
Rasanya tentu berbeda
Amat berbeda dari suka yang biasanya
Ketika merasa padanya
Gravitasi seolah berpindah
Menjadi dia
Duniaku bukan lagi milikku seutuhnya
Aku yang mulanya egois
Segala hal hanyalah tentangku
Pada suatu hari berubah
Kebahagiaannya kini yang lebih penting
Seperti itulah
Dan dirinya memiliki sesuatu
Yang kusebut air mengalir
Dan juga sebuah "rumah"
Air mengalir ini, tenang
Menenangkan
Membuatku tercandu
Hingga selalu mendambakan dirinya
Dan yang kusebut "rumah"
Tempatku untuk "pulang"
Tempat yang paling nyaman
Bisa jadi diri sendiri apa adanya
Air mengalir dan sesuatu yang disebut "rumah"
Ketika aku menyadari kedua hal tersebut
Itulah komponennya
Sesuatu yang hanya ia yang punya
Ia adalah
Apa yang kusebut dengan cinta pertama
Ialah cinta pertamaku
Seseorang yang akhirnya bisa membuatku paham "apa itu cinta"
Yang hubungannya denganku terasa mengalir menenangkan
Bahkan mau seberapa kacaunya
Karena ia punya air mengalir itu
Yang sebelum maupun sesudahnya tak kutemukan pada orang lain
Yang mau semenyebalkan apapun ia, aku tetap bisa "pulang"
Selalu menyenangkan, merasa yakin ada orang yang akan selalu ada di sisimu
Yang mungkin tak bisa selalu kau temui
Namun ia selalu ada di pihakmu
Ia adalah apa yang kusebut cinta
Ia adalah orang yang kucintai
Yang membuatku ingin jatuh bangun untuknya
Dan berharap bisa bersama
Kamu, tahukah kamu?
Mengapa kuceritakan ini padamu?
Karena cinta pertamaku telah kandas
Kami tak bisa bersama
Cinta pertama selalu buruk ya
Jarang sekali berakhir baik
Dan setelahnya pun tak kutemukan orang lain yang memiliki itu
Kedua hal yang bisa membuatku jatuh cinta
Tapi, tahukah dirimu
Bahwa ternyata kau juga memiliki air mengalir dan "rumah" itu?
Mungkin airmu adalah air terjun yang deras
Dan "rumahmu" adalah rumah di padang salju
Namun... bukankah itu lebih baik daripada tidak ada?
*22 Mei 2020
Dear my Master, aku belum terlalu yakin pada perasaanku, apakah sudah cinta atau belum. Tapi aku sadar, sejak awal kau memang potensial untuk membuatku jatuh cinta.
Bukankah jatuh cinta berasal dari kecocokan jiwa? Dan menurutku, kita cocok.
Rabu, 20 Mei 2020
Midnight Poem part 3 (7)
Hujan
-adoralic-
Rintik hujan membasahi
Atap tempat naunganku
Suara rintiknya memanjakan telingaku
Namun dinginnya menusuk tulangku
Hujan
Hujan dalam arti harfiahnya
Dan apa yang ada di dalam hati pun
Turun hujan jua
Hujan
Luruh dari langit membasahi bumi
Hujan
Luruh di dalam hatiku, membasahi semua
Hati yang tersaput awan kelabu
Kini dibasahi hujan
Hujan yang kau sebabkan
Yang membuatku luruh
Hujan
Membersihkan debu-debu beterbangan
Begitu pula hujan yang di dalam
Semoga membersihkan relung hatiku
Agar aku bisa mencintaimu
Dengan sebenar-benarnya
*20 Mei 2020
Dear Master, aku butuh waktu untuk menata hati. Jangan terlalu kepikiran ya sayang, I love you kok. ;)
Selasa, 19 Mei 2020
Midnight Poem part 3 (6)
Paradoks
-adoralic-
Paradoks
Aku merindukanmu
Rindu sejak tadi
Padahal baru sehari meninggalkanmu
Padahal bahkan kita belum betul-betul melekat
Namun aku telah merindukanmu
Ah, apa sih ini
Mengapa ini terjadi?
Rindu, aku rindu
Apakah kau rindukan aku juga?
Atau lagi-lagi aku hanya merindu sendirian
Dan kamu ternyata biasa saja
Sungguh ya, aku terjebak paradoks
Di satu sisi merinduimu, menyayangimu
Berat meninggalkanmu meski hanya sementara
Namun di sisi lain, lega pula karena tak ada kamu
Aku bisa sedikit bernapas lega
Tapi merinduimu adalah dampaknya
Padahal ada dirimu pun tiada yang spesial
Namun tanpa dirimu rasanya hampa
Kamu salah satu pencetus
Kau buatku begini, hingga aku menjauh
Namun kau juga buatku rindu
Sebenarnya aku kenapa sih?
Mengapa ya, padahal baru sebentar
Baru saja saling mengenal
Mengapa t'lah merinduimu?
Dan menyayangimu?
Apa karena sebagian dirimu t'lah kuterima?
Meski yang sebagian lagi belum sanggup?
Apa kau juga merasakan rasa yang sama?
Wahai sayangku yang sedang kurindui...
*19 Mei 2020
Tuhkan, emang gini kalo gue yang ninggalin duluan. Gue yang ninggalin, pasti gue yang kangen :") hahaha
Parah banget, padahal baru sebentar kenal, udah kangen-kangen aja hahaha :")
Master, aku kangen kamu :( payah ya hahaha... kamu kangen aku juga ga? :( palingan nggak ya? wkwkwk :(
Midnight Poem another side (8)
Mengapa
-adoralic-
Sedang mempertanyakan diriku
Kepada Mu, wahai penguasa alam semesta
Terbilang lancang dan tak sepantasnya
Namun nyatanya, memang bertanyalah diriku
Wahai Pemilik Semesta Yang Maha Agung
Kemana lagi skenario-Mu akan membawaku?
Mengapa kau selalu datangkan apa yang tak pernah kuminta?
Dan jauhkan apa yang kuinginkan?
Wahai Pemilik Semesta Yang Maha Esa
Masih berapa lama lagi aku harus bertualang
Atau kapan kiranya aku mati, agar terhenti semua ini
Aku "lelah"
Wahai Pemilik Semesta Yang Maha Penyayang
Jika masih panjang perjalananku, ajari aku menerima kenyataan
Ajari aku, agar bisa mengikuti arus sahaja
Ajari aku agar tak banyak berharap pada selain-Mu
Ajari aku agar tak merencanakan apa yang harusnya mengalir
Biar lebih ikhlas dan ringan menjalani semuanya
Aku ingin mencintai-Mu
Meski di sisi lain mencintai dosa-dosaku
Aku "lelah" namun tak ingin menghujat-Mu
Namun aku bertanya, tetap mempertanyakan
Mengapa ini semua terjadi?
Mengapa Kau berikanku yang seperti itu?
Jika memang ada hikmah dari-Mu
Maka tolong tunjukkanlah padaku
Jika masih panjang
Bantulah diriku agar lebih sabar
*19 Mei 2020
Ya Allah, jika memang ia jodohku, mengapa Engkau berikan saya jodoh yang seperti itu?
Atau mungkin ia juga hanyalah jodoh pembelajaranku saja?
Ya Allah, jika memang ia jodohku yang menetap, tentu aku ingin menerimanya, meski sulit. Maka... bantu aku agar bisa menerimanya. Aamiin yaa rabbal aalamiin.
Label:
midnight poem another side,
poem,
pribadi
Midnight Poem part 3 (5)
Beda Alam
-adoralic-
Telah membersamaimu sejenak
Ya, terhitung singkat, masih
Sebentar mengenalmu
Sekilat itu kusimpulkan
Beda alam
Ya, momok yang sering kurisaukan
Membuatku lelah hanya dengan memikirkannya saja
Nyatanya realita itu menghampiriku
Aku terlupa, tersilap
Terlena euforia akan dirimu
Bintang yang jatuh dari langit untukku
Nyatanya, bumi dan langit akan tetap berbeda
Meski kau jatuh untukku, dirimu tetaplah dirimu
Dengan sifat-sifat langitmu
Dan aku adalah aku, dengan kebumianku
Kita berbeda
Dan membutuhkan jembatan
Untuk menghubungkan perbedaan yang jauh
Antara aku dengan kamu
Atau kamu dengan aku
Kamu di seberang sana, dengan akal pikiran jernihmu
Dan aku di sini, dengan hati yang bersih
Mungkin terlihat baik
Sayangnya tak terhubung
Logika sering bertentangan dengan hati
Kata orang-orang yang hidupnya sering rusuh
Kau hanya bisa memilih satu
Atau menjembatani keduanya agar bersatu
Dan menjembatani itu bukan perkara mudah
Selalu membutuhkan energi lebih 'tuk melakukannya
*19 Mei 2020
Dear my Master, aku jaga jarak sejenak, mau "istirahat". Aku "lelah" hehehe. Tapi gapapa kok, harusnya sih ini cuma sementara. Harusnya ya. :)
Selasa, 12 Mei 2020
Midnight Poem part 3 (4)
Master
-adoralic-
Berkali-kali kupikirkan
Berkali-kali pula kurenungkan
Apa baiknya julukanku untuknya
Ingin sekali dirinya kujuluki
Agar dapat tersebut dalam sajakku
Menjadi kenang-kenangan dalam hidupku
Bahkan misal kelak tak berakhir indah di antara kami
Setidaknya kami pernah berusaha bersama
Memiliki sedikit kenangan
Yang tentu kuabadikan dalam sajakku
Midnight poem part 3
Semua ini tertulis untukmu
Kamu, bintang favoritku
Yang amat sangat kukagumi
Yang bagaikan mimpi, berubah jadi bintang jatuh
Dan jatuh dihadapanku
Yang bisa kumiliki 'tuk saat ini
Hingga mewujudkan impianku
Memiliki seseorang yang kusukai
Dan menyukaiku pula
Midnight poem pertama yang isinya bahagia
Midnight poem yang diawali dengan kejelasan
Kau sedang bersama denganku
Bukan hanya aku sendiri, seperti dulu
Bintangku, bintang jatuhku
Ingin kumemanggil demikian, namun terasa tidak benar
Bukan begitu semestinya
Tak terasa pantas untukmu
Hingga kutemukan sebuah kata yang cocok
Master, begitulah kuputuskan
Master, yang utama dan paling tinggi kepandaiannya
Master, jagoan, guru pria, asli, utama
Master, kau yang utama kusayangi untuk saat ini
Bahkan misal kelak akhirnya kita tak bisa bersama
Setidaknya pernah diriku mengenalmu
Dan menyayangimu :)
*12 Mei 2020
Jadi begitulah asal-usul panggilan Master bermula :) hehehehehe
Dear my lovely Master, if you do like me, i'll love you.
Midnight Poem part 3 (3)
Kini Kita Menjadi
-adoralic-
Dan kini kita mulai menjadi
'Tuk membiasakan satu dengan yang lain
Menyesuaikan perbedaan langit dan bumi
Hingga mungkin menemukan harmoni
Sejujurnya masih terlalu ajaib bagiku
Terkadang diriku berpikir inilah mimpi
Mimpi yang terlalu indah
Membuatku tak ingin bangun lagi
Aku benci kehidupan ini
Maka jikalau bisa bermimpi indah selamanya
Tanpa merisaukan bangun dan melanjutkan hidup
Aku memilih tidur dan bermimpi
Sialnya, ini realita
Tapi beruntungnya, ini juga realita
Kini bintang jatuh ada di dekatku
Semoga ia selalu berpihak padaku
Mungkin aku belum paham cara mengenalinya
Cara terbaik memperlakukannya
Cara memaksimalkannya
Tapi setidaknya aku tahu...
Aku punya kesempatan menggenggam bintang ini lebih lama
Di bumi ini, biar menemaniku
*12 Mei 2020
Dear my lovely Master :) hehehehehehehe *apasih gajelas
I'm so glad to be with you :)
Midnight Poem part 3 (2)
Mengalir Sampai Jauh
-adoralic-
Sejak bintang jatuh kala itu
Bumi menjadi lebih terang bagiku
Kini bintangnya berpendar di sekitarku
Memancarkan cahaya indahnya lebih jelas
Bintangku, bintangku...
Membuatku takjub, sekaligus bingung kala berhadapan denganmu
Ada sensasi takut merusak yang kurasakan
Sekaligus sensasi penasaran dan ingin mengulikmu
Bintangku, bintangku...
Rupanya kau bukan sekadar bintang jatuh yang tersasar
Kau memang jatuh untukku
Dan kau nyatakan itu padaku
Bukan hanya makhluk bumi yang gemar menatapi
Rupaya bintang berkilauan di angkasa pun balas menatap balik
Meski tentu tak terasa
Karena ia selalu diam, kecuali setelah berucap
Maka terjadilah yang seharusnya terjadi
Tiba-tiba dalam sekejap semuanya terasa mengalir
Mengalir dengan deras dan cepat
Mengalir sampai jauh
Ya, jauh... bahasan masa depan pun terjamah
Bahkan meski masa depan itu sendiri belum tentu ada
Namun tak mengerti, rasanya kami terikat
Untuk membicarakannya satu sama lain
Maka begitulah akhirnya
Kini kami mulai harus beradaptasi
Pada sesuatu yang baru
Keberadaan satu sama lain
*12 Mei 2020
Dear my lovely Master, hahaha... ajaib ya kalau diingat-ingat. xD
"Ngebut didn't even begin to describe it," ujarmu.
Midnight Poem part 3 (1)
Bintang Jatuh
-adoralic-
Suatu hari, tiba-tiba kau datang padaku
Mengejutkan hati yang baru merelakan
Baru saja terpikir 'tuk menepi menyendiri
Malah harus menyambutmu
Ah kamu, tentu saja akan kusambut
Kamu yang selama ini kukagumi, amat sangat
Yang berkilauan karena cahayamu
Bagai bintang-bintang di langit yang takkan terjamah tanganku
Ketika bintang itu berubah jadi bintang jatuh
Maka muncullah harap yang dilayangkan
Seperti laiknya orang berharap keberuntungan bintang jatuh
Begitu pula aku
Ada apakah gerangan?
Mengapa sang bintang yang tinggi rela turun ke bumi?
Hingga seolah-olah bisa terjamah
Oleh tangan makhluk bumi ini
Dan rupanya bintang jatuh itu
Memanglah dijatuhkan Tuhan untukku saat ini
*12 Mei 2020
Tanggal sajaknya memang tanggal 12, tapi semua berawal sejak tanggal 5 :)
Tak kusangka secepat ini Midnight Poem part 3 muncul :) kali ini dia kujuluki "Master".
Hello my lovely Master :) it's beginning of our story, hahaha :)
Kamis, 07 Mei 2020
Bagian dari Midnight Poem Another Side: Overthinking Karenamu
Hhhhh... okay, kali ini aku akan menceritakan suatu kisah yang... bagaikan mimpi! Sampai membuatku overthinking.
Aku tahu, aku memang drama selama ini. Tapi tak kusangka potensi drama yang sangat besar akan mampir ke dalam hidupku.
Drama yang... indah sih, tapi serius mirip banget alurnya dengan drama-drama yang ditayangkan media selama ini. Rasanya sampai sulit sekali untuk dipercaya.
Seorang fan yang di notice oleh idolanya.
Begini kisahnya...
***
Aku memiliki seorang idola, yang membuatku ngefans parah padanya, entah mengapa.
Nggak sih, tentu ada alasannya, banyak malah. Dan aku sadar benar soal itu. Beberapa kualitas yang kutangkap darinya:
- Introvert.
- Amat cerdas.
- Logis. Aku jatuh hati pada kemampuannya berlogika.
- Wawasannya yang amat luas.
- Kompleksitas berpikirnya.
- Membela agama dengan rasional dan logika.
- Punya sisi-sisi unik, menarik, nyeleneh tapi lucu, maksudnya lucu bagiku.
Intinya, menurutku, dia amat sangat layak untuk kuidolakan.
Masih kuingat jelas, meski tidak hafal tanggalnya, kala itu... ketika di timelineku kutemukan tulisannya tiga kali, kubaca dengan seksama. Isi tulisannya, pemilihan katanya, alunan katanya, semangat di dalam kata-katanya, dan hal-hal lainnya kuperhatikan dari tulisannya. Hidup, penuh kecerdasan dan kelugasan, menarik, mendalam. Suatu kualitas yang "wow", membuatku tercengang.
Kuputuskan membuka profilnya, kubaca bionya. Waahhh... bionya lebih menarik lagi! Aku yakin mendapatkan gambaran bagaimana kualitas orang ini. Mengagumkan. Tanpa memperpanjang waktu berpikir, kuputuskan menekan tombol follow. Setelah itu kulanjutkan kegiatanku stalking dirinya :)
Kuamati, dia selektif dalam memfollow orang lain. Perbandingan followers dengan followingnya 4 : 1. Sudah kuduga, dan... itu nampak imut sih di mataku. Aku suka orang-orang begitu, sesama introvert yang selektif sepertiku.
Lalu kucari-cari tulisan lain yang ia tulis. Wuah, semuanya menarik. Fix, aku suka dia, walau belum langsung ngefans seperti sekarang dan memastikan bahwa ia adalah idola yang sangat kukagumi.
Kala itu pagi menjelang siang aku memfollow dirinya, dan ternyata... di followback olehnya dong. Waduh... disitu aku mulai overthinking.
"Eh, gila, kok gue di follback dia sih? Apa tulisan gue dianggap layak, sesuai standar minimal dia untuk follback orang lain?"
Waktu itu, followersku masih terhitung sedikit meski sudah ada. Nah, itu ketambahan dirinya.
Ok, sejak hari itu saya suka dia, tapi ya masih biasa saja, karena banyak penulis lain yang saya sukai juga.
Cuma terkadang, karena memang tulisannya, dan namanya, dan foto profilnya, dan... pokoknya akunnya punya daya tarik besar bagiku, dia terekam kuat dalam otakku. Aku sadar tulisannya jarang muncul di timelineku, jadi... secara setengah sadar dan berkala, jika sedang ingat, aku akan kembali membuka akunnya, membaca beberapa tulisannya sekaligus, tak lupa memberikan upvoteku.
Tulisannya tak pernah membuatku jemu. Serius. Rasanya selalu menarik dan menyegarkan suasana sehabis membaca tulisannya. :)
Suatu hari, saking iseng dan tertariknya dengan dia, waktu aku bermain platform lain, aku iseng mencari akunnya dan... ketemu! Dari sana aku perhatikan, rupanya dimana-mana dirinya ya memang seperti itu. XD
Menarik, diriku makin tertarik sejak saat itu. Apalagi kala menemukan bahwa ia sedang senang-senangnya membahas kekagumannya mengenai kejeniusan pencipta hidangan rawon yang terbuat dari kluwak, dan sejatinya kluwak tersebut tadinya adalah bahan untuk membuat senjata bagi anak panah.
Awwhhh... he is so cute, isn't he?
Hmm... cute di sini adalah cute versiku sendiri ya. Menurutku, antusiasmenya dalam hal itu nampak sangat imut x3
Dan, makin hari, aku makin suka padanya, kalau sedang ingat. Oh yaaa... ada yang sangat kukagumi darinya. Kualitas tulisannya luar biasa. Tulisannya, baik yang berbahasa Indonesia maupun Inggris... konsisten. Sumpah, konsisten. Luar biasa kalau menurutku.
Karena aku sempat membandingkan dengan penulis lain, dan... beda bahasa, nuansa yang ditimbulkan berbeda. Namun ia tidak. Sumpah, tidak. Waaahhh... benar-benar menarik, aku jadi makin kagum dan tertarik.
Hal lain yang membuatku suka, dia realistis dan logis sekaligus kompleks. Aku mencintai kompleksitasnya, termasuk dalam memandang kecantikan wanita. Dia tak sepertinya kebanyakan pria logis lainnya yang bilang: pokoknya visual nomor satu. Visual dulu, yang lain menyusul.
Tidak, namun ia bilang: kecantikan itu banyak jenisnya, dan yaaa kalau mau bilang cantik berarti mencakup banyak aspek yang dipertimbangkan.
Memang kesannya serakah, namun aku justru lebih suka yang begitu daripada yang menomorsatukan visual. Dia lebih seimbang karena memandang keseluruhan variasi aspek dengan setara, kompleks. Sudah kubilang kan, aku menyukai kompleksitas pikirannya.
Aku juga jadi lebih sering membahas tulisannya dengan teman-temanku, karena memang sangat berbobot dan menarik. Selain itu... hihihihihi... khayalanku mulai bermain-main. Tentu khayalan sebagai fans.
Misal nih, suatu hari aku bisa ke provinsinya, dan sekalian jumpa fans dengannya misal ia mau, pasti akan sangat menyenangkan. Hmm... belum tentu sih, tapi setidaknya aku bisa melihat idolaku sekali seumur hidup. XD
Aku penasaran, sosok aslinya bagaimana ya? Pikiran dan tulisannya sih gahar, tapi bisa jadi fisiknya tidak segahar itu, berbagai kemungkinan bisa terjadi.
Yaaa... pokoknya, mau bagaimanapun fisiknya, aku suka innernya. Aku kagum, amat kagum. Ia amat sangat menarik bagiku. Dalam definisiku sendiri, ia adalah keimutan paling maksimal yang pernah kutemui sejauh ini. Serius. He is the cutest man in this world, for now, in my perspective.
Suka... suka... suka... ya, begitulah yang kusadari tentangnya. Aku amat menyukainya sebagai idolaku.
Ia bagaikan impian masa kecilku yang belum sempat terwujud, yang muncul kembali dalam wujud manusia. Dimana masa kecilku itu... terkesan suram di mata banyak orang, namun punya keindahan tersendiri yang hanya bisa dinikmati olehku. Begitu pula dirinya, keindahannya tentu bisa dilihat oleh banyak orang, namun entah terasa atau tidak bagi mereka. Yang jelas aku tahu, dia itu "indah".
Idolaku yang "indah", berkilauan di mataku. Kilau yang tak pernah surut, hingga kini.
Sebegitu kagumnya aku dengannya, hingga suatu hari, aku tak bisa membendungnya lagi.
Kunyatakan kekagumanku padanya, dengan cara yang kupikir akan "menyentuhnya". Dan... ternyata berhasil ._.
Wah, aku hebat *bangga pada diri sendiri
Tapi sekaligus takut. Takut ia akan marah karena kuusik.
Namun nyatanya tidak, justru ia malah jadi tertarik padaku ._.
Lucunya, mungkin ia mengamatiku diam-diam selama ini. Ya, lumayan lama lho, dan aku samasekali tidak sadar. Yang kutahu, aku fansnya, dan sangat mengidolakannya.
Hingga kemarin, akhirnya... ia muncul "di hadapanku".
Untuk berusaha mengenaliku lebih dalam. Dan ia pun menyatakan:
"When you look into the abyss it looks back to you." :D
Benar-benar seperti mimpi rasanya...
***
Mungkin bagi sebagian orang, itu adalah kisah yang indah, dan menyenangkan. Ya, tentu saja demikian juga bagiku.
Namun kesenangan tersebut hanya sesaat, setelah menyadari bahwa biar bagaimanapun, ia adalah jurang yang amat dalam, dan aku hanyalah seorang manusia dangkal yang ada di atas dataran tinggi.
Aku sih samasekali tidak keberatan dengannya, malahan sangat senang misal ia menyukaiku dan bisa menerima diriku yang seperti ini apa adanya. Masalahnya adalah... apa ia tidak keberatan dengan diriku yang seperti ini?
Aku merasa kasihan jika ia sampai betulan suka padaku. He deserve better than me.
Aku merasa kurang kompatibel dengannya, jadi kasihan saja jika misal ia bicara dan aku tak bisa menanggapinya. :")
Ia bukan seorang perasa sepertiku, jadi aku khawatir saja ia akan... ah... pokoknya aku merasa kurang layak dengannya.
Aku merasa sedih dan tidak rela jika ia sampai betulan menyukai orang sepertiku.
Dan merasa bersalah juga karena telah membuatnya tertarik padaku yang seperti ini. :")
Kami baru kenal, dan rasanya ingin kumeninggalkannya. Demi kebaikannya, karena ia layak mendapatkan yang lebih baik dariku, jauh lebih baik.
Walau di sisi lain... aku juga sadar, misal ia ternyata betulan suka padaku, justru kepergianku malah akan melukainya kan? Dan justru yang menurutnya terbaik baginya adalah bersama denganku kan? Bahagianya adalah aku kan?
Aduuuhhh pusing :")
Mungkin, misal suatu saat ia betulan menyatakan perasaannya padaku, misal, dan ia bisa menerimaku dengan segala kekuranganku, kebodohanku, keanehanku, dan malah menyukaiku yang seperti ini, memang menyukaiku, maka apa boleh buat? Aku akan menerima perasaannya, berterimakasih padanya, dan mencintainya dengan segenap jiwaku. Akan kujadikan diriku kebahagiaan baginya.
Mungkin, ini baru kemungkinan. Dan baru permisalan pula. Karena aku juga masih berharap ini semua cuma mimpi. Masih tak rela ia menyukai orang sepertiku.
Namun dari sini, aku jadi mengetahui satu hal...
Ternyata aku mulai sayang kamu, Mas. Hahahahaha.
*7 Mei 2020
Hai Masku idolaku, rasanya aneh misal memasukkanmu ke dalam midnight poem dalam wujud puisi. Apa mungkin nanti aku ubah format saja ya? Khusus untuk dirimu, itu juga... misal memang pada akhirnya kamu jadi penghuni hatiku yang selanjutnya. Karena aku belum tahu ke depannya akan seperti apa.
Rasanya sebagian diriku ingin meninggalkanmu karena tak pantas untukmu, namun sebagian lainnya ingin melihat keadaan nantinya, apakah kau akan menjadikan aku kebahagiaanmu atau tidak? Hahaha.
Langganan:
Postingan (Atom)