Minggu, 03 November 2019

Bagian dari Midnight Poem Another Side: Setangkai Bunga Soka

Ini adalah salah satu cerpen favorit saya. Menceritakan perasaan dengan perumpamaan bunga soka. Bergumpal-gumpal dan setangkai bunga soka.

Sejak awal, kisah ini menyentuh hati saya. Saya pertama kali baca ini waktu SMP. Dulu saya, yang tidak pernah dicintai, pernah berpikir: setidaknya ya, dia masih menjadi soka meski hanya setangkai. Setidaknya rasanya masih berbalas walau sedikit.

Kalau saat ini, mungkin kisah ini mulai mirip keadaanku, ada bergumpal-gumpal soka dan setangkai soka di dalam hatiku. Entah yang setangkai itu akan menjadi gumpalan pula atau tetap hanya setangkai.

***

Saya ingin menceritakan ulang kisah ini versi saya:

Tokoh utama dalam kisah ini adalah Alana, yang sedang mengenang masa lalunya, yang diam-diam (meski ketahuan sih) mencintai sahabatnya yang bernama Seta. Namun suatu hari sahabatnya menghilang ditelan bumi, meninggalkan Alana dengan sejuta kenangan indah sekaligus perasaan sakit yang teramat dalam karena ditinggal ketika sedang sayang-sayangnya. Tiap hari Alana melamunkan kepergian Seta, ditemani oleh teman sekamarnya di kos, Alen, yang berusaha menyadarkan Alana bahwa kehidupan bisa terus berlanjut jika Alana mau mencoba move on.

Alana dan Seta sebelumnya tinggal di kosan yang bersebelahan. Kosan mereka dibatasi oleh rimbunan tanaman soka.

Suatu hari Seta melukis sebuah lukisan yang indah. Lukisan bunga soka yang bergumpal-gumpal. Sangat cantik. Alana yang sangat tertarik ingin memiliki lukisan tersebut, namun Seta melarang. Lukisan tersebut rupanya akan diberikan Seta pada gadis yang sangat ia cintai, dan itu bukan dirinya.

Alana yang mengetahui hal tersebut patah hatinya.

Apalagi ketika esok-esoknya, Seta malah menyuruh Alana mencoba jalan dengan lelaki lain, jangan terus berduaan dengannya. Makin remuk redam hatinya. Tapi Alana pura-pura tegar.

Pertemanan mereka tetap berlanjut, hingga suatu hari mereka bermain kejar-kejaran, hingga Seta berkata: "Sampai kapanpun kamu nggak akan bisa ngejar aku, Lan. Nggak akan bisa."

Alana merasa tertampar, untuk suatu alasan yant tidak jelas, ia merasa itu kode aneh dari Seta, entah apa maksudnya.

Lalu suatu hari, Seta kembali melukis bunga soka, namun kali ini hanya setangkai. Alana yang penasaran bertanya, mengapa kali ini hanya setangkai?

Seta pun menatap dalam mata Alana, kemudian berkata. Saya lupa kata-kata persisnya, tapi intinya gini:

Pernahkah kamu sangat mencintai seseorang. Cinta yang sangat mendalam. Namun suatu hari kamu sadar kamu tidak bisa terus bersama dan memilikinya, hingga akhirnya dia meninggalkanmu dan kamu kehilangan. Tapi ada cinta yang lain yang setia menunggumu. Dan kamu menyadari itu, lalu berusaha menerimanya. Sampai akhirnya kamu pun bisa mencintai orang yang baru itu. Meski kamu sadar, bahwa cinta yang baru tidak pernah dan tidak akan sebesar cinta yang lama.

Alana terdiam, ia sibuk menerka-nerka nama dalam hatinya, meski ia takut sekali jika tahu kenyataannya. Akhirnya dia tetap bungkam hingga topik teralihkan.

Setelah pertemuan kala Seta melukis setangkai soka itu, Seta menghilang ditelan bumi, tanpa kabar apapun, tanpa pamit.

Ending dari cerita ini adalah… ketika Alen, teman bergalau ria Alana pergi meninggalkan kos untuk pulang ke kampung halaman setelah sekian bulan menunggu urusannya selesai sembari menemami Alana bernostalgia.

Alana sedih sekali harus kehilangan teman lagi, namun ia sadar bahwa memang tidak akan selamanya mereka tinggal di kosan itu.

Ketika membantu Alen beberes, Alana menemukan suatu benda yang familiar.

Lukisan bunga-bunga soka!

Rupanya, sebelum pergi, Seta sempat memberi lukisan pada Alen, lukisan soka yang bergumpal-gumpal. Sekaligus menitipkan lukisan setangkai soka untuk Alana.

Ternyata sebelumnya, Alen dan Seta pernah berpacaran, namun putus karena Alen tidak bisa melanjutkan hubungan tersebut akibat keluarganya sudah pasti akan menjodohkan Alen dengan pria lain. Nah, dikala itu, mulai muncul lah Alana dalam kehidupan Seta.

Seta berusaha menerima kenyataan, dan mencoba menerima Alana pula. Namun pada akhirnya ia tak sanggup menerima kenyataan bahwa Alen akan pulang kampung untuk menikah, sehingga ia memutuskan kabur duluan setelah menyelesaikan lukisan-lukisannya. Ia juga tak sanggup menatap mata Alana yang diam-diam mencintainya begitu dalam, sementara ia tidak mampu membalas sama besarnya, meski sudah sayang sekalipun.

Pada akhirnya, pergi adalah pilihan terbaik bagi Seta.

Alana menatap lukisan miliknya. Lukisan setangkai soka yang indah, terlalu indah. Hingga ia teringat kode dari Seta.

"Sampai kapanpun kamu nggak akan bisa ngejar aku, Lan. Nggak akan bisa."

***

Dan juga, ini saya berikan foto cerpen aslinya juga kalau dirasa cerita saya kurang ngena. Selamat membaca Setangkai Bunga Soka. :)

#note: foto hanya bisa dilihat dengan jelas pada mode "web"



*3 November 2019
Untuk soulmateku tersayang dan marshmallow. Kalian pasti tahu kalian yang mana. Dan kurasa marshmallow tak mencintaiku seperti Lana pada kisah ini hahaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makasih buat semua yang udah sempat baca sampai akhir :D

Hmm... isi blog ini sebagian copas dan saya sertakan url, sebagian ada yang saya tulis sendiri. Pengennya sih, kalo misalnya ada yang copas dari sini, url saya disertakan juga :v wkwk

Silakan berkomentar. Oiya, jangan lupa ya, sopan-santun dan saling menghargai itu penting bagi manusia :)